1. Alasan Mengapa Ana Benci Ayahnya

Ana secara jelas mengaku dalam tulisannya tersebut bahwa ia benci dengan ayahnya. Mengapa sampai terucap seperti itu? Ternyata ada sejarahnya. Dulu kala, papa Ana mengejar-ngejar ibu Ana hingga akhirnya dijodohkan dan menikah. 

Namun dalam pernikahan tersebut, yang didapat ibu Ana hanyalah tindak kekerasan. "Aku mulai ngerti dan mengingat saat aku umur 5 tahun. Waktu aku belum masuk sekolah setiap pagi mama Selalu dapet tamparan, tonjokan bahkan tendangan," tulisnya. 

Bagaimana Ana bisa bertahan dengan kondisi yang seperti itu?

2. Rumah Bukan Tempat Ternyaman

Dengan kekerasan yang ditunjukkan dan ditujukan kepada sang ibu dan keluarganya, Ana mengaku tak tahu lagi berlindung kepada siapa. Ia selalu memilih untuk masuk ke dalam kamar kakaknya dan melakukan salat.

"Di situ tempat aku nangis dan minta pertolongan sama ALLAH supaya mama, aku, ade nggak hidup dalam ketakutan," tulisnya. Saking takutnya kepada ayahnya, Ana tak mau mengobrol dengan sang ayah atau terlihat menangis di hadapan ayahnya. Jika ada kesempatan, ia memilih lari ke rumah neneknya yang kebetulan terletak di belakang rumah. 

"Lo liat nih dampak nya ke cucu gue, anak ga salah!" hardik sang nenek setiap kali Ana kabur karena ayahnya. Sempat terpikir dalam benak Ana untuk kabur, tapi hal tersebut ia urungkan karena memang usianya masih sangat belia. 

3. Tumbuh Dengan Kekerasan Sang Ayah

Ana tumbuh dengan terus menyaksikan kekerasan sang ayah. Tak jarang ia bertengkar hebat. "Jadi kadang kalo berantem semua dibanting TV, telepon rumah, pintu, pipa air dipake buat mukul," ceritanya. Dengan kondisi yang demikian, Ana lebih memilih untuk menghabiskan hari-harinya di luar rumah yakni sekolah, mengaji, dan dilanjutkan dengan kursus agama sampai malam. 

Duduk di bangku SMA, Ana makin disibukkan dengan kegiatan-kegiatan sekolah. Pernah terbesit dalam benaknya untuk tinggal di tempat kost. "Mama cuma bisa nangis kalo aku bahas itu. Papa tau tapi dia diem aja, dia itu tipe orang yang ngga banyak ngomong tapi kalo marah bahayain orang," ceritanya. 

4. Kekerasan Itu Berlanjut Hingga Sekarang

Bahkan hingga bulan lalu, Ana masih mendapat cerita dari ibunya tentang kekerasan sang ayah. "Mama telepon dan bilang kalo mama abis dipukul lagi pipinya sampe bengkak. Aku cuma bisa nangis tapi aku tahan. Aku berusaha kuatin mama. Sekarang mama lagi aku pulangin ke kampungnya buat refreshing sama bantu-bantu saudara nikahan," tulisnya. 

Dengan tindakan kekerasan ayahnya yang seperti itu, nyatanya Ana selalu berusaha untuk sayang kepada ayahnya. Baik ibu Ana maupun Ana sama-sama memilih untuk tetap menemani ayahnya. 

"Tujuh belas tahun pisah ranjang tapi mama selalu berbakti. Nggak pernah lupa buat bikin makan, ngerawat kalau dia lagi sakit-sakitan," tuturnya.

5. Harapan Ana dan Ibunya

Melihat kondisinya yang seperti ini, Ana dan ibunya selalu berdoa. Ibu Ana selalu berdoa supaya Ana tidak mendapatkan pasangan seperti ayahnya.

"Aku cerita kayak gini ga ada maksud buat ngejelekin papa aku sendiri. Tapi aku berharap dengan aku cerita ini semakin lega dan semakin memaafkan. Karena aku tau sifat/watak seseorang itu susah diubah," pungkasnya.