Danang mengungkapkan bahwa ia tidak pernah menuntut anaknya harus menjadi yang terbaik. Namun ia berdoa agar bisa menjadi orang tua yang bertanggung jawab dan mampu memberikan kesejahteraan bagi buah hati.

Aku tidak menuntut anak ini, tapi aku berdoa jadikan aku orangtua bertanggung jawab dan mensejahterakan anak ini. Ini berkah dari Allah, jadi apa yang harus kita berikan ke anak kita agar anak kita jadi sesuatu. Gimana mau nuntut jadi yang terbaik tapi kita tidak memberikan yang terbaik, katanya.

Soal persiapan perlengkapan bayi, sang istri mengaku belum melakukan belanja sama sekali. Danang pun menambahkan bahwa teman-teman justru melarang mereka membeli barang-barang, karena ingin membantu dengan memberikan perlengkapan yang dibutuhkan. Belum belanja sama sekali, ujar Hemas.

Teman-teman aku larang aku belanja, minta aku buat list apa aja yang dibutuhkan, mereka mau kasih. Masya Allah ya bukan maruk, tapi kita bingung takut merepotkan. Mereka mau kasih yang belum ada biar berguna. Ya mereka nanya belum beli apa, ya aku belum beli semua, jelas Danang.

Danang pun menceritakan perjalanan 2,5 tahun menjalani hubungan jarak jauh dengan Hemas antara Yogyakarta dan Jakarta. Ia juga mengaku sempat menyalahkan dirinya sendiri karena menuntut istrinya untuk cepat hamil, padahal itu adalah urusan Tuhan.

Kemarin 2,5 tahun aku LDR sama Nura, wara-wiri Yogyakarta-Jakarta. Dia stres karena harus sekolah, oke aku bisa merasakan semua. Aku pernah berantem sama istri, kamu gak berdoa biar hamil. Dia bilang aku gak ngerti harus hamil kapan, kenangnya.

Hemas menambahkan bahwa selama kehamilan Danang sangat perhatian dan selalu mendahulukan istrinya, terutama saat ia merasa tidak nyaman.

Dia merasa bersalah gitu kayaknya karena sudah nuntut. Tiap malam aku kebangun pas hamil, dia bangun nanya aku kenapa. Terus dokter pas dia ada kerjaan selalu mendahulukan aku itu senang banget, tuturnya.