Rebus kulit petai segar hingga mendidih, kemudian saring air rebusan dan konsumsi selama 4-7 hari secara rutin.
Kapanlagi.com - Asam urat, penyakit yang kerap mengganggu banyak orang di Indonesia, terutama mereka yang telah menginjak usia 30 tahun, kini menjadi sorotan. Meskipun bukan penyakit menular, asam urat bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama saat gejala kambuh yang ditandai dengan nyeri tajam di persendian, terutama di jempol kaki.
Peningkatan kadar asam urat dalam tubuh umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan tinggi purin. Makanan seperti jeroan, otak sapi, kembang kol, dan hati sapi sering kali menjadi biang keladi. Ditambah dengan pola hidup yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik, kondisi ini semakin parah.
Namun, baru-baru ini, sebuah penelitian menarik telah mengungkapkan potensi luar biasa dari kulit petai. Kulit petai ternyata mengandung zat-zat tertentu yang diyakini mampu menurunkan kadar asam urat dalam tubuh. Lantas, bagaimana sebenarnya kulit petai dapat membantu mengatasi masalah ini? Mari kita simak penjelasan selengkapnya berikut ini.
Asam urat, yang merupakan hasil sampingan dari pemecahan purin dalam tubuh, seharusnya dikeluarkan melalui urine dalam jumlah normal. Namun, ketika produksi asam urat berlebihan atau tubuh tidak mampu mengeluarkannya dengan baik, zat ini dapat menumpuk di persendian dan memicu masalah serius.
Salah satu penyebab utama peningkatan kadar asam urat adalah pola makan, terutama konsumsi makanan tinggi purin seperti daging merah, jeroan, serta beberapa sayuran seperti asparagus dan kembang kol. Selain itu, obesitas dan gangguan fungsi ginjal turut memperburuk keadaan.
Penderita asam urat sering kali menghadapi serangan gout yang datang tiba-tiba, disertai nyeri hebat pada persendian. Oleh karena itu, menjaga kadar asam urat dalam batas wajar sangatlah penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Penelitian menarik mengungkapkan bahwa kulit petai menyimpan rahasia kesehatan yang menakjubkan berkat kandungan taninnya, senyawa polifenol yang dikenal memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi.
Tanin ini berperan dalam menurunkan kadar asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase, yang menjadi biang keladi pembentukan asam urat.
Dalam sebuah studi yang dimuat di Jurnal Dunia Gizi Vol. 1 No.1 tahun 2018, terungkap bahwa rebusan kulit petai berpotensi besar sebagai obat herbal yang ampuh. Mekanismenya? Ia meningkatkan ekskresi asam urat melalui urine dan mencegah penumpukan kristal di persendian.
Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada dosis dan cara konsumsi, sehingga penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang tepat agar manfaatnya dapat dirasakan secara optimal.
Mengolah kulit petai sebagai ramuan herbal cukup sederhana. Anda hanya perlu menyiapkan beberapa langkah berikut ini:
Selama mengonsumsi ramuan ini, sebaiknya hindari makanan tinggi purin untuk mempercepat proses penyembuhan. Konsultasikan juga dengan dokter jika Anda memiliki riwayat penyakit lain.
Meskipun kulit petai kaya akan manfaat, bagi penderita asam urat, biji petai tetap perlu dikonsumsi dengan hati-hati. Kandungan purin yang ada pada biji petai, meskipun dalam jumlah sedang, bisa memperburuk gejala jika terlalu banyak dikonsumsi.
Namun, menariknya, penelitian mengungkapkan bahwa purin yang berasal dari sumber nabati seperti petai cenderung tidak memicu serangan gout secepat purin dari sumber hewani. Ditambah lagi, petai juga mengandung serat yang bermanfaat untuk mengurangi risiko serangan asam urat dengan cara mengikat asam lemak jenuh.
Selain memanfaatkan kulit petai, pengelolaan asam urat membutuhkan perubahan gaya hidup. Berikut langkah-langkah yang direkomendasikan:
Pola hidup sehat ini perlu diterapkan secara konsisten untuk mencegah kekambuhan gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Petai aman jika dikonsumsi dalam jumlah wajar. Namun, biji petai mengandung purin yang dapat memicu gejala asam urat jika dikonsumsi berlebihan.
Rebus kulit petai segar hingga mendidih, kemudian saring air rebusan dan konsumsi selama 4-7 hari secara rutin.
Ya, penelitian menunjukkan bahwa purin nabati jarang memicu serangan gout dibandingkan purin dari sumber hewani.