Kapanlagi.com - Di era digital yang berkembang pesat ini, istilah scam semakin sering terdengar dan menjadi ancaman nyata bagi pengguna internet. Apa arti scam sebenarnya dan mengapa kita perlu memahaminya dengan baik? Scam merupakan bentuk kejahatan digital yang dapat merugikan siapa saja, baik secara finansial maupun privasi data pribadi.
Pemahaman mendalam tentang apa arti scam menjadi sangat penting mengingat semakin canggihnya metode penipuan yang digunakan para pelaku. Kejahatan ini tidak hanya menyasar individu, tetapi juga dapat menimpa perusahaan dan organisasi besar.
Melansir dari djkn.kemenkeu.go.id, scam adalah tindakan penipuan yang dirancang untuk memperoleh keuntungan finansial atau informasi berharga dari korban melalui berbagai skema dan strategi terorganisir. Pelaku memanfaatkan kelalaian atau kurang telitinya pengguna terhadap informasi yang diberikan untuk mencapai tujuan mereka.
Scam adalah istilah yang menggambarkan skema penipuan untuk mendapatkan uang, barang, atau data pribadi dari korban sasarannya. Dalam konteks teknologi modern, scam merupakan upaya terorganisir untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya melalui tindakan penipuan yang memanfaatkan celah kelalaian pengguna.
Tindakan scam akan terjadi ketika terdapat celah pada kelalaian dan kurang teliti user terhadap suatu informasi yang diberikan. Kelalaian ini kemudian dimanfaatkan sebagai upaya untuk mengeruk data pribadi dan informasi berharga, atau bahkan uang secara langsung yang kemudian digunakan dengan cara tidak bertanggung jawab oleh pelakunya.
Mengutip dari buku Lentera Literasi Digital Indonesia: Panduan Literasi Digital Kaum Muda Indonesia Timur, scam merupakan bentuk kejahatan yang memanipulasi psikologis korbannya. Korban akan dibuat terlalu bahagia dengan mendapat hadiah atau panik ketika mendapat telepon dari oknum yang mengaku sebagai polisi atau petugas rumah sakit.
Scam berbeda dengan kejahatan konvensional karena pelakunya menggunakan teknologi digital sebagai media utama. Para scammer memanfaatkan berbagai platform online seperti email, media sosial, aplikasi pesan, hingga website palsu untuk menjangkau korban potensial mereka.
Berdasarkan buku Lentera Literasi Digital Indonesia, terdapat 14 bentuk penipuan online yang perlu diwaspadai. Setiap jenis memiliki karakteristik dan modus operandi yang berbeda-beda.
Mengenali ciri-ciri scammer merupakan langkah penting dalam melindungi diri dari penipuan. Para pelaku scam memiliki pola perilaku yang dapat diidentifikasi jika kita cukup waspada dan teliti dalam mengamatinya.
Scammer seringkali menyamar sebagai figur atau instansi tertentu untuk mendapatkan kepercayaan korban. Mereka bisa mengaku sebagai bank, pemerintah, rumah sakit, atau bahkan teman dekat. Dengan memanfaatkan keterpercayaan ini, mereka berusaha memancing korban untuk memberikan informasi pribadi yang seharusnya tidak boleh dibagikan sembarangan.
Setelah memperoleh kepercayaan korban, scammer akan menginformasikan adanya masalah pada akun korban atau menawarkan hadiah menarik. Hal ini dilakukan untuk mengelabui korban agar melakukan tindakan tertentu, seperti mengklik tautan berbahaya atau mengungkapkan informasi sensitif.
Salah satu taktik yang sering digunakan adalah menuntut korban untuk segera bertindak. Mereka mengancam akan terjadi masalah besar jika korban tidak segera menyelesaikan masalah atau mengklaim hadiah yang ditawarkan. Tekanan waktu ini bertujuan untuk membuat korban panik dan melakukan tindakan impulsif tanpa berpikir panjang.
Secara umum, metode scam merupakan sebuah metode yang digunakan penipu dalam mengelabui korbannya untuk mengirimkan sejumlah uang atau data yang kemudian disalahgunakan. Pemahaman tentang cara kerja scammer dapat membantu kita lebih waspada terhadap upaya penipuan.
Tahap pertama adalah kontak awal dengan korban potensial. Scammer melakukan kontak melalui berbagai cara dan media, mulai dari email, telepon, media sosial, hingga aplikasi pesan. Mereka dapat mencuri data dan informasi pribadi korban untuk membobol akun rekening bank atau melakukan phishing.
Selanjutnya, scammer akan berupaya meyakinkan korban dengan memberikan informasi, kalimat persuasif dan intimidatif, sehingga korban akan percaya pada apa yang diinformasikan. Mereka menggunakan teknik manipulasi psikologis untuk membangun kepercayaan dan menciptakan rasa urgensi.
Pelaku kemudian akan memancing korban untuk mengunjungi situs tertentu, menghubungi nomor tertentu, atau melakukan kontak dengan suatu pihak untuk mendukung apa yang disampaikan sebelumnya. Tahap ini bertujuan untuk mengarahkan korban ke dalam jebakan yang telah disiapkan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan permintaan transaksi secara langsung atau tidak langsung dan meminta korban mengirimkan uang ke rekening atas nama pribadi. Setelah itu, pelaku akan melakukan pengecekan dan menjanjikan klaim dalam tempo waktu tertentu, namun pada akhirnya akan mengakhiri komunikasi dengan berbagai alasan dan tidak bisa dihubungi kembali.
Scam tidak hanya berpotensi menimbulkan kerugian finansial yang signifikan, tetapi juga dapat mengancam keamanan informasi pribadi, merusak reputasi, dan menyebabkan tekanan emosional yang mendalam bagi korban. Ketika informasi sensitif seperti data perbankan atau informasi identitas jatuh ke tangan yang salah, risiko penyalahgunaan dan kerugian yang lebih besar menjadi sangat nyata.
Dari segi finansial, korban scam dapat kehilangan tabungan, terjerat hutang kartu kredit, atau bahkan mengalami kebangkrutan. Kerugian ini seringkali sulit dipulihkan karena uang yang telah ditransfer ke scammer biasanya sulit dilacak dan dikembalikan.
Dampak psikologis juga tidak kalah serius. Korban scam seringkali mengalami trauma, kehilangan kepercayaan diri, dan merasa malu karena telah tertipu. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan profesional mereka dalam jangka panjang.
Melansir dari buku PENIPUAN MENGGUNAKAN PASAR ONLINE, kasus penipuan online terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kementerian Luar Negeri RI pernah menyelidiki kasus penipuan online pada September 2022 yang melibatkan 934 WNI sebagai korban di kawasan Asia Tenggara, dengan 639 kasus berada di Kamboja, 142 kasus di Myanmar, 97 kasus di Filipina, 35 kasus di Laos, dan 21 kasus di Thailand.
Pencegahan merupakan langkah terbaik dalam menghadapi ancaman scam. Terdapat beberapa strategi efektif yang dapat diterapkan untuk melindungi diri dari berbagai bentuk penipuan digital yang semakin canggih.
Langkah pertama adalah selalu memverifikasi informasi sebelum mengambil tindakan apapun berdasarkan email, pesan, atau tawaran online. Hubungi perusahaan atau entitas yang bersangkutan melalui kontak resmi yang tertera di situs web resmi atau sumber terpercaya lainnya. Jangan pernah menggunakan informasi kontak yang diberikan dalam pesan yang mencurigakan.
Penting untuk menggunakan keamanan internet yang komprehensif dengan memasang perangkat lunak keamanan internet yang terpercaya, seperti antivirus dan firewall, dan memastikan perangkat lunak tersebut selalu diperbarui secara berkala. Perangkat lunak keamanan dapat membantu mendeteksi dan mencegah malware, phishing, atau ancaman siber lainnya.
Jangan pernah membagikan informasi pribadi atau keuangan yang sensitif kepada pihak yang tidak dikenal atau situs web yang tidak terpercaya. Informasi seperti nomor kartu kredit, kata sandi, nomor identitas, atau detail rekening bank harus dijaga kerahasiaannya. Lembaga keuangan atau perusahaan resmi tidak akan pernah meminta informasi sensitif melalui email atau pesan teks yang tidak terenkripsi.
Waspadai tautan dan lampiran yang mencurigakan. Jika menerima email atau pesan dengan tautan atau lampiran yang tidak dikenal, yang tampak mencurigakan, atau yang berasal dari sumber tidak terpercaya, jangan pernah mengklik atau membukanya. Tautan dan lampiran tersebut berpotensi mengandung malware atau mengarahkan ke situs web palsu.
Scam adalah bentuk penipuan atau kecurangan yang dirancang untuk memperoleh keuntungan finansial atau informasi berharga dari korban melalui berbagai skema terorganisir, terutama dalam konteks digital.
Scammer dapat dikenali dari ciri-ciri seperti menyamar sebagai instansi resmi, menawarkan hadiah tidak masuk akal, meminta informasi pribadi, menciptakan tekanan waktu, dan meminta pembayaran dengan berbagai dalih.
Jenis scam yang umum meliputi phishing, Nigerian 419 scam, penipuan kartu kredit, penipuan lelang online, love scam, identity theft, dan penipuan berkedok lowongan kerja.
Jika menjadi korban scam, segera laporkan ke pihak berwenang, hubungi bank untuk memblokir rekening, ganti semua password akun, dan dokumentasikan semua bukti komunikasi dengan scammer untuk keperluan investigasi.
Meskipun scam digital lebih umum, penipuan juga dapat terjadi melalui telepon, SMS, atau bahkan tatap muka. Namun, internet memberikan jangkauan yang lebih luas bagi para scammer.
Orang mudah tertipu karena scammer menggunakan teknik manipulasi psikologis, memanfaatkan emosi seperti ketakutan atau keserakahan, dan menciptakan situasi yang membuat korban bertindak impulsif tanpa berpikir jernih.
Kasus scam dapat dilaporkan ke Polda Cyber Crime, OJK untuk kasus keuangan, Kominfo untuk konten digital, atau lembaga terkait lainnya. Sertakan semua bukti komunikasi dan transaksi yang terjadi.