Namun, ada satu hidangan yang selalu dinantikan Citra setiap Natal, yaitu Kue 8 Jam. Kue tradisional yang penuh dengan rasa manis ini hanya dibuat oleh ibundanya di momen-momen spesial seperti Natal atau perayaan keluarga.  

"Kenapa ini spesial? Pertama rasanya manis banget. Kalau makanan bule nyebutnya egg custard. Nah kalau di Indonesia, kita punya Kue 8 Jam. Rasanya benar-benar enak dan lembut," kata Citra dengan penuh antusias.

Menurut Citra, Kue 8 Jam membutuhkan proses pembuatan yang tidak mudah. Hidangan ini dimasak selama delapan jam penuh dengan perhatian ekstra, membuatnya menjadi simbol cinta yang tulus dari sang ibu. 

"Masaknya ini benar-benar pakai proses yang cukup melelahkan. Selama 8 jam harus bolak-balik ngecek. Jadi, aku benar-benar ngerasain cinta mama lewat dessert ini," ungkapnya dengan bangga.  

Meski sangat menyukai kue tersebut, Citra mengaku hidangan ini jarang dibuat di luar momen Natal. Biasanya, ibunya hanya membuat Kue 8 Jam di acara-acara tertentu seperti ulang tahun atau perayaan keluarga besar.  

"Biasanya kalau ulang tahun atau ada acara keluarga. Keluarga kami itu sering banget merayakan sesuatu, entah kelahiran, ulang tahun, atau cuma sekadar kumpul-kumpul karena kangen," tambah wanita berusia 30 tahun itu. 

Selain menikmati hidangan istimewa, Natal bagi Citra juga identik dengan tradisi bertukar kado bersama keluarga tercinta. Ia mengaku selalu menyiapkan banyak kado untuk diberikan kepada anggota keluarga, terutama keponakan-keponakannya.  

"Cuma kadang keponakan yang sudah pada besar minta mentahnya aja. Jadi ya udah, dikasih mentahnya," ucapnya sambil tertawa ringan.  

Bagi Citra, Natal tahun ini memiliki makna yang begitu mendalam. Di tengah kesibukannya sebagai penyanyi, ia tetap merasakan keberkahan dan suka cita yang jarang ia temukan sepanjang tahun.  

"Puji Tuhan, masih ada berkah yang aku dapat dan juga bisa merasakan lagi kehangatan kumpul keluarga," tutup Citra dengan penuh syukur. Ikuti terus update terbaru tentang Citra dan artis-artis lainnya hanya di KapanLagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?