"Woh lumayan. Inside gue 100 juta, 98 bener," ungkap Tezi saat ditanya tentang penghasilan mereka dari konten, saat ditemui di kawasan Jalan Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan, belum lama ini. 

Tyas menambahkan bahwa kesuksesan sebagai konten kreator membuat mereka bisa lebih santai dalam mengambil pekerjaan di layar kaca. "Ya ini lah, sampai kita nggak mau syuting lagi. Bukan nggak mau syuting lagi, tapi maksudnya santai-santai aja dulu," jelasnya.  

Konten yang mereka buat sering kali diadaptasi dari pengalaman pribadi maupun komentar-komentar netizen. "Kadang ada adaptasi, kadang dari komen-komen orang. Kita bikin tuh. Banyak dari komen-komen memunculkan ide baru," ujar Tezi.  

Tyas menambahkan bahwa banyak orang merasa konten mereka relatable dengan kehidupan sehari-hari. "Banyak yang relate banget. Makanya di konten lumayan rame. Orang komen, 'Ih relate banget, ih sama ya suami kita,'" ungkapnya.

Meski begitu, keduanya menegaskan bahwa tidak semua yang ada di konten adalah kisah nyata mereka. "Sebenernya enggak sih. Karena kita nggak semuanya di konten itu yang kita alami," ungkap Tezi.  

Menurut Tyas, ide konten mereka juga sering kali muncul dari cerita orang lain. "Karena ya itu dari cerita orang, dari cerita temen, dari Arabis luar negeri juga. Ya kita jadiin konten," jelasnya. 

Soal perbandingan antara pekerjaan di televisi dan menjadi konten kreator, Tyas mengaku lebih menikmati proses kreatif di media digital. Meski begitu, keduanya tetap terbuka untuk kembali ke layar kaca jika merasa rindu. "Kalau udah enak nih, udah kangen, baru syuting lagi," ungkap Tezi.