"Tiga tahun yang lalu, aku pulang temenin ibu, sampai dua kali diabetes, segala macam. Ya, sampai akhirnya ibu enggak ada," kata Isa saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (21/1/2025).

Pengalaman tersebut membuat Isa sadar akan risiko diabetes yang bisa diturunkan dalam keluarganya. Hal itu menjadi titik balik yang mendorongnya untuk menjaga pola hidup agar tetap sehat.

"Kata orang-orang, kalau dari ibu kena gula atau diabetes itu bakal menurun ke anak lagi. Jadi aku dari situ kayak prepare gitu loh," ucapnya.

Isa mengaku perubahan gaya hidup sehat yang ia jalani dilakukan dengan penuh kesadaran. Ia tidak hanya memperhatikan asupan makanan, tetapi juga rutin berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuhnya.

"Aku dua-duanya, jadi aku udah cut karbohidrat, aku mengurangi sangat gula, dan aku intermittent juga, dan aku olahraga," ungkap Isa.

Isa mengakui bahwa keputusannya menerapkan pola hidup sehat tidak terlepas dari rasa takut akan potensi penyakit yang diwariskan secara genetis. Namun, ia melihat ketakutan itu sebagai motivasi untuk mempersiapkan diri lebih baik.

"Sebenarnya iya, mempersiapkan untuk nggak ke situ gitu loh, kan udah ada riwayat ibu seperti itu," ujarnya.

Perubahan yang ia jalani membuktikan bahwa pola hidup sehat tidak hanya membawa dampak positif secara fisik, tetapi juga secara mental. Isa berharap langkah yang ia ambil dapat menginspirasi orang lain untuk lebih peduli terhadap kesehatan mereka.

"Kalau aku bisa melakukan perubahan, orang lain juga pasti bisa. Intinya ya disiplin aja," kata Isa.