"Kalau Barasuara sendiri, biasanya ketika saya dan Yandi dalam proses development naskah, proses menulis naskah itu sudah juga melibatkan unsur musik. Baik di film Satu Kakak Tujuh Ponakan kemarin. Jadi proses menulis skripnya sudah bareng dengan kira-kira musik yang tepat untuk mendampingi cerita ini. Lagu apa ya, kita melakukan pencarian. Yang menemukan Barasuara itu Yandi Lawrence," jelasnya dalam interview eksklusif via zoom, pada Selasa (29/7).

"Kalau lagu Sheila On 7 itu ketemu belakangan sih, setelah Post Pro. Jadi memang kami bekerja dengan editor, jago banget. Editornya Yandi dari Keluarga Cemara, Jatuh Cinta seperti di film-film, Satu Kakak Tujuh Ponakan sampai sore, itu editor yang sama, namanya Hendradi," jelas Suryana lagi.

Suryana mengungkapkan, jika Hendradi tak hanya jago ngedit, tapi punya musikalitas. Rupanya, Hendradi dulunya anak band, sense of music sudah tak perlu diragukan, ya KLovers.

"Jadi dia punya range musik yang cukup lebar. Hendra juga yang masukin scoring-scoring atau temp-temp yang kayaknya mood musiknya kira-kira segini, yang kemudian diterjemahkan lagi oleh musik director kami tentu saja," pungkas Suryana.

"Barasuara Terbunuh Dalam Waktu, di script sudah ditulis menit keberapa, adegannya apa, tapi kemudian oleh Hendra di enhance lagi," lanjutnya.

Hendra mau eksplore, setelah selesai post-pro dan dilakukan proses edit dan review bareng, ada diskusi antara Yandi dan Hendra untuk menutup lagu ini.

"Mereka berdiskusi, coba cari mood-nya yang tepat, ketemunya lagu Sheila On 7 Hingga Ujung Waktu. Jadi di script belum ada. Waktu kita syuting pun juga belum ada. Keputusannya muncul ketika kami ngedit bareng," pungkas Suryana.