Bintangi 'AKU JATI, AKU ASPERGER' Bareng Jefri Nichol, Ini 7 Potret Dikta Akui Recall Momen Saat Temani Sang Kakak yang Tuli

Pradikta Wicaksono, yang lebih dikenal sebagai Dikta mengungkapkan fakta menarik tentang kehidupannya yang belum banyak diketahui orang. Hal ini terungkap saat dirinya membintangi film terbarunya berjudul AKU JATI, AKU ASPERGER yang diproduksi oleh Falcon Pictures.

Dalam film ini, Dikta memerankan karakter Daru, kakak dari Jati (diperankan oleh Jefri Nichol), seorang penyandang sindrom asperger. Meski hanya akting, kemampuan Dikta dalam berperan begitu alami, seolah-olah ia memiliki pengalaman langsung dengan orang berkebutuhan khusus.

Ternyata, penampilan natural tersebut bukan tanpa alasan. Di balik layar, Dikta memang memiliki hubungan erat dengan orang-orang berkebutuhan khusus sejak kecil. Salah satu orang terdekatnya adalah sang kakak, Jasmoro Wahyu Diati atau yang akrab dipanggil Arty, yang merupakan seorang tunarungu.

Kedekatannya dengan Arty membuat Dikta banyak berinteraksi dengan komunitas berkebutuhan khusus, termasuk mereka yang menyandang sindrom asperger.

"Saya dari kecil kebetulan berhubungan dengan teman-teman yang punya kelebihan asperger, autis, tuli, SLBA, SLBB, SLBC, kaena kakak saya tuli," kata Dikta dalam konferensi pers film AKU JATI, AKU ASPERGER, Kamis (17/10/2024).

Sejak kecil, Dikta sering menemani dan mengantar Arty ke sekolah. Pengalaman ini membantunya memahami perilaku orang-orang berkebutuhan khusus. Dikta melihatnya sebagai suatu keistimewaan yang tidak dimiliki banyak orang.

"Dari kecil antar kakak ke sekolah dia, saya kebetulan punya privilege untuk tahu bagaimana behaviour mereka," katanya.

Foto 1 dari 7
KapanLagi.com/Fikri Alfi Rosyadi dan instagram.com/plazaindonesia

Karena pengalaman pribadinya ini, Dikta merasa sangat terhubung dengan perannya sebagai Daru dalam film AKU JATI, AKU ASPERGER. Menurutnya, tidak butuh waktu lama untuk mendalami karakter Daru, karena ia sudah memiliki bekal pengetahuan yang cukup dalam menangani orang-orang berkebutuhan khusus. 

Foto 2 dari 7
KapanLagi.com/Fikri Alfi Rosyadi dan instagram.com/plazaindonesia

Film ini juga menjadi kesempatan bagi Dikta untuk menunjukkan kemampuannya dalam memahami dan memerankan seseorang yang memiliki latar belakang seperti itu. Dikta menekankan bahwa penyandang sindrom asperger sering kali dihadapkan pada stigma negatif, seperti dianggap sulit bersosialisasi. 

Foto 3 dari 7
KapanLagi.com/Fikri Alfi Rosyadi dan instagram.com/plazaindonesia

Namun, ia justru melihat sisi positif dan kelebihan mereka yang mungkin tidak dimiliki oleh orang biasa. Dikta mengagumi kemampuan mereka dalam mengingat detail dengan tajam serta pola hidup yang sangat teratur. 

Foto 4 dari 7
KapanLagi.com/Fikri Alfi Rosyadi dan instagram.com/plazaindonesia

"Di perjalanan hidup saya beberapa kali ketemu teman-teman dengan kelebihan asperger ini. Kenapa saya sebut kelebihan? Saya kagum dengan mereka. Mereka ada sesuatu yang kita nggak punya sebenarnya," jelasnya.

Foto 5 dari 7
KapanLagi.com/Fikri Alfi Rosyadi dan instagram.com/plazaindonesia

Pengalamannya bekerja dengan Jefri Nichol dalam film ini juga mengingatkan Dikta akan orang-orang yang ia kenal dengan sindrom asperger. Menurutnya, Nichol berhasil memerankan karakter Jati dengan sangat baik. Dikta pun merasa tersentuh oleh akting Nichol yang mampu menghidupkan karakter tersebut. 

Foto 6 dari 7
KapanLagi.com/Fikri Alfi Rosyadi dan instagram.com/plazaindonesia

"Di perjalanan hidup saya beberapa kali ketemu teman-teman dengan kelebihan asperger ini. Kenapa saya sebut kelebihan? Saya kagum dengan mereka," kata Dikta.

Foto 7 dari 7
KapanLagi.com/Fikri Alfi Rosyadi dan instagram.com/plazaindonesia

"Mereka ada sesuatu yang kita nggak punya sebenarnya. Ketika saya nonton dan saya lihat Nichol memerankan orang dengan kelebihan asperger ini sangat baik, saya kayak 'Wah gila Nichol berhasil me-recall saya'," pungkas Dikta.

Read More

Load More