Dikritik Hanung Bramantyo Terkesan Buru-buru, Produser 'MERAH PUTIH ONE FOR ALL' Buka Suara
KapanLagi.com/Fikri Alfi Rosyadi
Tak hanya dari warganet, kritik terhadap film MERAH PUTIH ONE FOR ALL juga datang dari sineas kenamaan Tanah Air, Hanung Bramantyo. Sutradara peraih Piala Citra itu sempat menyentil film ini yang dinilai terkesan dibuat secara terburu-buru.
Menanggapi komentar dari sesama insan perfilman, Endiarto selaku produser eksekutif film Merah Putih One for All memberikan penjelasan panjang lebar untuk meluruskan persepsi tersebut.
Baca juga berita lainnya di Liputan6.com.
Dikritik oleh Hanung Bramantyo, Endiarto menegaskan bahwa filmnya sama sekali tidak dibuat dengan tergesa-gesa. Sebaliknya, ia mengungkapkan bahwa perilisan film ini telah direncanakan dengan matang untuk sebuah momen yang sangat spesifik.
Hanung Bramantyo sendiri menyebut bahwa anggaran sekitar Rp 6,7 miliar, setelah dipotong pajak 13 % menjadi sekitar Rp 6 miliar, tidak cukup memadai untuk menghasilkan film animasi layar lebar yang berkualitas.
"Kan saya bilang, kita enggak buru-buru, karena memang kita sudah desain dari awal ini untuk 80 tahun," ujar Endiarto saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (12/8/2025).
Momen yang dimaksud adalah perayaan HUT Kemerdekaan RI yang ke-80, yang jatuh pada tahun 2025 ini. Endiarto menyatakan bahwa tujuan utama timnya adalah mempersembahkan karya ini tepat pada perayaan bersejarah tersebut, sehingga semua linimasa produksi disesuaikan untuk mencapai target itu.
"Iya, kita enggak ada buru-buru. Jadi kita sudah tahun kemarin," jelasnya. Menurutnya, semua proses telah dirancang jauh-jauh hari.
Untuk membuktikan bahwa film ini bukan proyek "Sangkuriang", Endiarto membeberkan jadwal produksinya secara rinci. Ia menjelaskan bahwa proses inti seperti pascaproduksi, yang meliputi penyatuan semua elemen animasi, baru dimulai pada pertengahan tahun ini setelah semua persiapan karakter dan cerita rampung.
"Nah, mulai Mei itu kita lakukan pascaproduksi," ungkapnya. Proses pascaproduksi itu sendiri berjalan secara intensif selama kurang lebih tiga bulan. Endiarto ingin meluruskan kabar miring yang menyebut film ini dibuat hanya dalam waktu sebulan. Menurutnya, satu bulan itu adalah rentang waktu di mana film ini menjadi perbincangan, bukan durasi pembuatannya.
"Sudah selesai semua karakter ini, sudah kita tinggal generate, tinggal jahit, itu mulai Mei, Juni, Juli selesai. Jadi yang berseliweran film ini dibuat satu bulan itu, itu pascaproduksinya mulai Mei, Juni, Juli, Agustus," pungkas Endiarto.