Namun, hanya tujuh bulan setelah dinobatkan, Rachel mengejutkan publik dengan mengumumkan pengunduran dirinya melalui video berdurasi 56 menit di YouTube pada akhir Mei 2025. Dalam video tersebut, ia mengungkapkan berbagai pengalaman negatif selama masa jabatannya, termasuk pelecehan verbal terkait tubuh, kurangnya dukungan finansial, serta kondisi tempat tinggal yang tidak layak. Rachel juga menuduh adanya praktik tidak etis dalam organisasi MGI, seperti dugaan suap dalam proses voting.

Menanggapi tuduhan tersebut, pihak Miss Grand International membantah keras dan menyebut klaim Rachel sebagai "palsu, menyesatkan, dan mencemarkan nama baik." Mereka merilis pernyataan resmi disertai bukti berupa foto akomodasi dan korespondensi email yang menunjukkan bahwa Rachel telah melanggar kontrak, termasuk melakukan proyek tanpa izin dan meminta fasilitas pribadi dari sponsor. Organisasi juga menyatakan bahwa mereka telah memutuskan kontrak Rachel karena ketidakmampuannya memenuhi tugas sebagai ratu kecantikan.

Setelah pengunduran diri Rachel, gelar Miss Grand International 2024 diberikan kepada runner-up pertama, Christine Juliane Opiaza dari Filipina. Opiaza, yang sebelumnya tampil memukau dengan kostum nasional bertema anahaw dan gaun malam rancangan desainer ternama, resmi dinobatkan pada 3 Juni 2025. Penobatannya menandai pencapaian tertinggi bagi Filipina dalam sejarah MGI.

Kontroversi di ajang MGI 2024 tidak hanya melibatkan Rachel Gupta. Perwakilan Myanmar, Thae Su Nyein, menolak posisi sebagai runner-up kedua dan secara terbuka menyatakan bahwa hasil kompetisi tidak adil. Akibat insiden ini, Presiden MGI, Nawat Itsaragrisil, memutuskan hubungan dengan tim nasional Myanmar dan mencabut lisensi mereka secara permanen.

Sebelumnya, Rachel Gupta telah meraih berbagai prestasi di dunia pageant, termasuk memenangkan Miss Super Talent of the World pada 2022 dan Miss Grand India 2024. Ia juga dikenal aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam mendukung kesadaran kesehatan mental dan membantu anak-anak kurang mampu di Bangkok.

Dalam sejarah Miss Grand International, beberapa pemenang sebelumnya juga mengalami kontroversi. Pada 2015, Anea Garcia dari Republik Dominika dicopot dari gelarnya karena tidak dapat memenuhi tugasnya, dan digantikan oleh Claire Elizabeth Parker dari Australia. Parker kemudian mengundurkan diri pada 2019 untuk mengikuti ajang Miss Universe Australia.

Pemenang MGI lainnya yang mencatat sejarah termasuk Ariska Putri Pertiwi dari Indonesia pada 2016, yang menjadi perempuan Asia pertama memenangkan gelar tersebut. Pada 2020, Abena Appiah dari Amerika Serikat menjadi wanita kulit hitam pertama yang meraih mahkota MGI, menandai momen penting dalam keberagaman dan inklusi di dunia pageant.

Kasus Rachel Gupta menyoroti tantangan dan tekanan yang dihadapi para ratu kecantikan di balik gemerlap panggung. Meskipun organisasi MGI membantah tuduhan yang dilontarkan, pengunduran diri Rachel membuka diskusi luas tentang perlunya transparansi, dukungan, dan perlindungan bagi peserta dalam industri pageant global.