Mischa bercerita tentang pengalaman pertamanya mencoba berpuasa. Karena tidak terbiasa, ia langsung menghadapi tantangan besar pada hari kedua. Saat berbuka, bukannya menyesuaikan porsi makan, ia malah makan berlebihan sehingga akhirnya muntah.

"Puasa pertama kali nyoba, itu perut lagi syuting aja clip on-nya bunyi. Yang lain buka puasa minum teh, gue langsung makan banyak. Lima menit kemudian gue muntahin karena perutnya nggak nerima," ceritanya dengan tawa.

Menurutnya, puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan emosi. Hal ini membuatnya semakin kagum dengan teman-temannya yang tetap produktif meskipun sedang berpuasa.  

"Saya nggak puasa, lemes. Sementara teman-teman lain yang puasa mereka kuat. Yang susah saya pikir pas puasa itu bukan menahan makan dan minum, tapi menahan nafsu emosi. Nah, mereka bisa menahan itu. Luar biasa sih," tambahnya.

Mischa juga menghargai sikap toleransi teman-temannya selama bulan Ramadan. Ia bercerita bahwa mereka selalu memperbolehkannya untuk makan atau minum di dekat mereka tanpa merasa terganggu.  

"Kalau mau makan, saya pasti minta izin dulu. Tapi mereka malah bilang, 'Makan di sini aja, nggak apa-apa kok. Justru kita dapat pahalanya,'" ujarnya.  

Pengalaman ini membuatnya belajar untuk lebih menghormati perbedaan. Ia merasa bulan Ramadan mengajarkannya banyak hal tentang nilai kehidupan, terutama semangat untuk saling menghargai.

"Makanya sekali lagi gue bilang, gue salut banget sama orang yang puasa. Luar biasa deh. Apalagi mereka bangun pagi, sahur, terus kerja sampai buka puasa. Itu salut banget sih," tutup Mischa.