Bagi aktor yang baru saja melakoni debutnya sebagai sutradara ini, perasaan yang paling dominan saat ini adalah overwhelming atau luapan emosi yang membuncah. Ia melihat piala yang diraihnya bukan hanya sebagai miliknya, melainkan sebagai hadiah untuk sinema Indonesia secara keseluruhan.

"Overwhelming pasti, terus bersyukur sekali sama mungkin ya mudah-mudahan ini bisa jadi apa ya, semacam hadiah juga buat sinema Indonesia gitu," ucapnya saat ditemui di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Rabu (01/10/2025).

Reza menyadari betul bahwa pengakuan dari festival film sekelas BIFF memiliki dampak yang signifikan. Ia berharap kemenangan ini dapat menjadi magnet yang menarik perhatian publik dalam negeri terhadap film Pangku saat tayang di bioskop nanti.

Menurutnya, apresiasi internasional adalah bonus, namun tujuan utamanya tetaplah penonton di Indonesia. Baginya, tolok ukur kesuksesan tertinggi sebuah film adalah ketika karya tersebut bisa sampai dan dinikmati oleh masyarakatnya sendiri.

"Dan sekaligus mudah-mudahan membawa filmnya bisa semakin di, publik semakin aware adanya film ini," lanjutnya.

Harapan itu ia pertegas dengan sebuah pernyataan yang menunjukkan fokus utamanya. "Pada akhirnya kan yang diharapkan adalah bagaimana penonton umum nantinya menonton film ini gitu," tutur Reza.

Aktor berusia 38 tahun ini seolah ingin menegaskan bahwa hiruk pikuk festival dan penghargaan internasional adalah jembatan untuk mencapai tujuan akhir, yakni mempertemukan karyanya dengan penonton Indonesia.

Kemenangan ini diharapkan tidak hanya mengangkat nama film Pangku, tetapi juga memberikan suntikan semangat dan kebanggaan bagi para sineas dan penikmat film di Tanah Air.

Kini, Reza dan seluruh timnya memiliki tugas baru: memastikan "hadiah" yang mereka bawa dari Busan ini dapat diterima dengan hangat di rumahnya sendiri saat film Pangku resmi dirilis di bioskop-bioskop Indonesia.