Liam Payne Sempat Curhat Masalah Kesehatan Mental Sebelum Meninggal, Pernah Ingin Mengakhiri Hidup
Instagram/@ liampayne
Kepergian Liam Payne menyisakan duka mendalam baik dari kalangan sesama artis atau pun penggemar. Di balik senyum yang ia perlihatkan di hadapan publik, sebenarnya Liam Payne pernah menceritakan tentang masalah kesehatan mental yang ia alami.
Hanya saja, selama ini jarang diperlihatkan di depan pubik. Berikut kisah Liam Payne yang tenyata sudah lama menghadapi mental health hingga akhirnya meninggal pada usia 31 tahun, tanggal 16 Oktober 2024.
Liam Payne diketahui telah lama berjuang untuk lepas dari kecanduan alkohol dan masalah mental yang ia hadapi.
Sebagai salah satu anggota band One Direction yang terkenal di kala itu, ia merasa kewalahan segala aktivitas dan mengatasi masalah di dalam dirinya sendiri.
Mantan penyanyi One Direction itu sebelumnya menjelaskan bahwa ia mengonsumsi minuman beralkohol untuk mengatasi stres atas kesuksesan besar One Direction.
Ia pernah mengatakan kepada Men's Health Australia bahwa 'sulit memiliki level ketenaran yang kami miliki di dalam band'.
"Ada banyak orang yang bermasalah dengan kesehatan mental namun tidak benar-benar mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan, dan saya pikir itu sedikit masalah dalam industri kami," ungkapnya dalam Men's Health Australia tahun 2019 lalu.
Liam sempat mengatakan bahwa ia pernah mengalami pikiran untuk bunuh diri selama menjadi anggota One Direction, ketika diwawancarai di podcast The Diary of a CEO tahun 2021.
Pria kelahiran tahun 1993 itu juga sempat menyamakan situasi saat itu seperti memakai kostum Disney. Ketika naik ke panggung, ia bagai mengenakan topeng dan kostum Disney.
Ia mengaku sering mabuk-mabukan karena tidak ada cara lain untuk memahami apa yang sedang terjadi. "Maksud saya, itu menyenangkan. Kami benar-benar bersenang-senang, tetapi ada bagian-bagian tertentu yang menjadi sedikit beracun," jelas Liam Payne.
Bulan Juli tahun 2023, Liam memberi tahu fans bahwa ia merayakan 6 bulan masa tenang setelah menghabiskan hampir 100 hari di sebuah tempat rehabilitasi di Louisiana. Ia merasa lebih bisa mengendalikan hidupnya saat itu. Ia menimati waktu istirahatnya dan fokus pada pemulihan.