Seiring berjalannya cerita, penonton disuguhkan dengan pengalaman visual yang segar dan berbeda dari film-film lainnya. Penggunaan teknik sinematografi yang menarik dipadukan dengan penampilan akting yang kuat dari Putri Marino dan Jerome Kurnia, menambah kekuatan emosional dalam film ini.
Bagi yang penasaran, film SAMPAI JUMPA, SELAMAT TINGGAL tak hanya menawarkan kisah yang menggugah, tetapi juga memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Untuk mengetahui lebih dalam tentang apa saja yang berhasil disajikan oleh film ini, yuk simak ulasan lengkapnya dalam review berikut!
Dalam perjalanan pencariannya, film ini berusaha menggambarkan dampak emosional dari pengabaian sepihak, serta perasaan yang muncul ketika seseorang pergi tanpa memberi alasan yang jelas. SAMPAI JUMPA, SELAMAT TINGGAL menunjukkan bagaimana luka hati akibat ghosting bisa membekas dan mempengaruhi kehidupan seseorang.
Selain itu, film ini juga menyentuh fenomena orang-orang yang melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari masalah, bahkan sampai mengganti identitas mereka. Cerita ini menggambarkan betapa jauh seseorang bisa pergi untuk menghindari konfrontasi dan mencari pelarian dari kenyataan yang sulit dihadapi.
Setting yang suram ini tidak hanya memperkuat tema cerita, tetapi juga menggambarkan realitas keras yang sering dialami oleh para imigran dan masyarakat kelas menengah bawah di Korea Selatan. Sinematografi yang digunakan memberikan kesan berbeda dari gambaran Korea Selatan yang sering ditampilkan di film, yang biasanya penuh dengan kecerahan dan kesan modern. Sebaliknya, film ini menyajikan sisi lain dari negara tersebut, yang jarang terlihat di layar lebar.
Putri Marino dan Jerome Kurnia berhasil menunjukkan penampilan akting yang solid dalam menghidupkan karakter mereka. Putri berhasil menyampaikan emosi Wyn yang penuh dengan rasa kehilangan dan rasa ingin tahu, sementara Jerome, sebagai Rey, berhasil menunjukkan ketegangan dan ketakutan yang dirasakan seorang imigran ilegal. Keduanya membangun dinamika yang menarik, terutama dalam adegan-adegan yang menonjolkan kerentanan masing-masing. Karakter-karakter pendukung seperti Dani, Vanya (Lutesha), dan Anto (Kiki Narendra) juga turut memberikan warna tambahan yang memperkaya narasi film ini.
Hal ini berdampak pada beberapa konflik emosional yang sebenarnya bisa dieksplorasi lebih dalam, namun justru terasa datar dan kurang menggugah. Penonton mungkin merasa kesulitan untuk benar-benar merasakan kesakitan dan kegelisahan yang dialami Wyn, yang seharusnya menjadi elemen paling menarik dalam cerita ini. Kekurangan dalam pengembangan karakter utama ini membuat film kehilangan potensi emosionalnya.
Selain itu, film ini juga menghadirkan karakter Rey dengan stereotipe "abang-abangan" yang kadang terasa berlebihan. Tidak ada penjelasan yang memadai mengenai mengapa ia menjadi imigran gelap di Korea Selatan, sehingga interaksinya dengan karakter lain terkesan kurang mendalam. Hal ini membuat sisi emosional dari karakter Rey gagal tersampaikan dengan kuat, sehingga membuat pengaruhnya terhadap cerita terasa lemah.