Ikranagara adalah seorang aktor, sastrawan dan sutradara Indonesia kelahiran Loloan Barat, Bali 19 September 1943. Ia mewarisi darah Madura-Makasar dari sang ayah dan darah Jawa-Bali dari sang ibu. Sejak kecil, ia sudah diperkenalkan dengan seni pewayangan oleh rekan ayahnya yang berprofesi sebagai dalang dan pembuat wayang. Kegemaran ibunya terhadap puisi juga membuat Ikra hobi menulis sejak kecil. Beberapa puisinya sempat dimuat di Koran Bali.
Ikranagara menikah dengan Kay Ikranagara dan memiliki dua orang anak bernama Innosanto Nagara dan Rakrian Biko Nagara.
KARIR
Ikra sebenarnya tidak sengaja menekuni dunia seni peran. Berawal dari pertemanannya dengan Putu Wijaya yang sama-sama menyukai dunia tulis-menulis, ia membuat grup teater bersama Putu Wijaya ketika SMA. Saat itu Ikra yang pemalu memilih untuk berada di balik layar sebagai penulis naskah dan Putu Wijaya sebagai pemain. Oleh Putu Wijaya, Ikra kemudian dipaksa tampil. Ternyata Ikramenikmatinya dan bahkan karena terlalu sibuk dengan grup teaternya, ia pernah tidak naik kelas.
Jiwa seninya semakin menjadi ketika pindah ke Banyuwangi dan bertemu dengan teman satu kosnya bernama Armaya yang merupakan seorang penyair. Ia kemudian bergabung dengan HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) pimpinan Hasnan Sibgodimayan dan banyak menimba ilmu dari beliau.
Lulus SMA, Ikra melanjutkan kuliah ke Fakultas Kedokteran UGM namun tidak selesai karena Ikra memilih untuk terjun di bidang seni. Ia sendiri sebenarnya tidak pernah berpikir untuk berkecimpung di dunia akting, namun tawaran selalu datang padanya. Film pertamanya adalah PAGAR KAWAT BERDURI yang sempat dilarang tayang oleh Partai Komunis Indonesia. Meskipun akhirnya diamankan oleh Presiden Soekarno,namun film ini tetap tidak bisa ditayangkan di bioskop.
Film keduanya adalah BERNAFAS DALAM LUMPUR yang dibintangi oleh Suzanna. Saat itu Ikra sempat berkelakar bahwa ia selalu ingin bermain film dengan Suzanna. Tiba-tiba Ikra dipanggil untuk datang ke lokasi syuting film Suzanna dan ucapannya akhirnya menjadi kenyataan.
Selain sebagai pemain film, ia juga pernah menjadi dosen tamu di Universitas California Tahun 1974 dan dilanjutkan dengan menjadi dosen di Universitas Ohio pada tahun 1980an.
Sepanjang karirnya, Ikra telah bermain dalam13 judul film. Beberapa penghargaan yang pernah diraih Ikra antara lain Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (2009), dan Pemeran Utama Pria Terbaik Indonesian Movie Award (2009).
Kecintaannya pada dunia seni peran membuat Ikra bersama Putu Wijaya melakukan dekonstruksi terhadap teater tradisional khususnya yang ada di Bali. Ia ingin menghasilkan pementasan teater yang berakar kepada budaya pra-Indonesia seperti yang dilakukan rekannya WS Rendra melalui budaya Jawa dan Arifin C. Noer pada budaya Cirebon dan Betawi.
FILMOGRAFI
PAGAR KAWAT BERDURI (1961)
BERNAFAS DALAM LUMPUR (1970)
SI DOEL ANAK MODERN (1976)
CINTA BIRU (1977)
DR. SITI PERTIWI (1979)
UNTUKMU INDONESIAKU (1980)
DJAKARTA 66 (1982)
KEJARLAH DAKU KAU KUTANGKAP (1985)
KELUARGA MARKUM (1986)
BINTANG KEJORA (1986)
LASKAR PELANGI (2008)
UNDER THE THREE (2008)
GARUDA DIDADAKU (2009)
SANG PENCERAH (2010)
SINETRON
SEBUAH PINTU KALBU (1992)
DUKUN PALSU (1995)
MASIH ADA WAKTU (1997)