Menolak Mundur, Presiden Korea Selatan Sebut Pernyataan Darurat Militer Tak Salah
Diperbarui: Diterbitkan:

Yoon Suk Yeol (Credit: Instagram @sukyeol.yoon)
Kapanlagi.com - Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, kini menjadi pusat perhatian setelah menolak untuk mundur meski tengah menghadapi kontroversi seputar deklarasi darurat militer yang baru-baru ini ia umumkan. Keputusan berani ini telah memicu ketegangan politik yang semakin memanas antara pemerintah dan pihak oposisi, yang menuduh tindakan darurat tersebut melanggar konstitusi negara.
Dalam sebuah pernyataan yang tegas, Yoon mengungkapkan bahwa langkah tersebut diambil untuk mencegah apa yang ia sebut sebagai upaya pemakzulan yang tidak berdasar dari Partai Demokrat Korea (DPK), oposisi utama. Ia menegaskan bahwa deklarasi darurat militer yang dikeluarkannya sesuai dengan prosedur hukum dan konstitusi Korea Selatan. Meski diserang kritik tajam dan dihadapkan pada ancaman mosi pemakzulan dari parlemen, Yoon bersikeras tidak akan mundur dari jabatannya.
Situasi ini mencerminkan semakin dalamnya ketegangan politik di Korea Selatan. Dengan rencana mosi pemakzulan yang sedang dipersiapkan oleh oposisi, posisi Yoon Suk Yeol sebagai presiden kini berada dalam sorotan tajam, dengan berbagai implikasi yang bisa mengguncang stabilitas politik negara tersebut. Simak fakta-fakta seputar situasi ini yang telah dirangkum oleh Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Kamis (5/12).
Advertisement
1. Deklarasi Darurat Militer dan Kontroversinya
Pada awal Desember 2024, Presiden Yoon Suk Yeol mengejutkan publik dengan pengumuman darurat militer yang kontroversial, yang ia klaim sebagai langkah untuk mencegah ketidakstabilan politik setelah Partai Demokrat Korea (DPK) melayangkan mosi pemakzulan terhadapnya.
Keputusan ini langsung memicu gelombang protes dari berbagai kalangan, termasuk oposisi dan masyarakat sipil, yang mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran konstitusi.
Mereka berargumen bahwa penggunaan kekuatan militer untuk mengatasi krisis politik adalah langkah yang tidak proporsional, terutama ketika masih ada ruang untuk menyelesaikan masalah melalui jalur parlemen.
Ironisnya, pencabutan darurat militer hanya beberapa jam setelah pengumuman tersebut malah menambah kritik terhadap Yoon, dengan banyak yang menilai langkah ini mencerminkan kelemahan strategi politik yang diterapkan oleh pemerintahannya.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
2. Penolakan Mundur oleh Yoon Suk Yeol
Di tengah badai tekanan yang mengguncang, Yoon Suk Yeol dengan tegas menolak untuk mundur dari kursi kepresidenan, menunjukkan sikapnya yang tak tergoyahkan dalam pertemuan dengan para tokoh politik, termasuk Perdana Menteri Han Duck-soo dan pemimpin Partai Kekuatan Rakyat (PPP) Han Dong-hoon.
Dalam kesempatan tersebut, Yoon menjelaskan bahwa keputusan untuk menerapkan darurat militer diambil berdasarkan konstitusi dan hukum yang ada, bertujuan untuk menjaga stabilitas pemerintahan dari ancaman pemakzulan yang dianggapnya sembrono.
Ia dengan tegas membantah anggapan bahwa langkah tersebut hanya untuk kepentingan politik, menekankan pentingnya menjaga integritas sistem hukum di tengah tantangan politik yang ada.
Namun, keputusan ini menciptakan ketegangan di dalam partainya sendiri, di mana sebagian anggota mendukungnya, sementara yang lain mulai mempertimbangkan cara alternatif untuk meraih kembali kepercayaan publik.
Advertisement
3. Tanggapan Oposisi dan Mosi Pemakzulan
Partai Demokrat Korea (DPK) menganggap deklarasi darurat militer yang dikeluarkan oleh Presiden Yoon sebagai pelanggaran konstitusi yang serius dan penyalahgunaan kekuasaan yang mencolok.
Dalam langkah tegas, mereka tengah merancang mosi pemakzulan yang akan segera diajukan ke parlemen, dengan argumen bahwa tindakan Yoon jelas bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan supremasi hukum.
Pemimpin DPK, Lee Jae-myung, menegaskan bahwa langkah darurat militer ini tidak hanya keliru secara hukum, tetapi juga berpotensi menciptakan preseden berbahaya bagi politik Korea Selatan.
DPK menuntut akuntabilitas penuh dari Yoon dan kabinetnya. Sementara itu, di kubu Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa, suara-suara terbelah; sebagian mendukung pemakzulan, sementara yang lain lebih memilih penyelesaian internal tanpa menggoyang kursi kepresidenan.
4. Dampak Politik dari Krisis Darurat Militer
Krisis yang melanda Korea Selatan saat ini telah menciptakan gelombang ketegangan politik yang mengguncang stabilitas negara, memicu demonstrasi masif di berbagai penjuru kota yang menuntut pengunduran diri Presiden Yoon serta reformasi pemerintahan.
Para demonstran menganggap pemerintah telah kehilangan legitimasi setelah pengumuman darurat militer yang dinilai cacat hukum. Sementara itu, hubungan antara eksekutif dan legislatif semakin meruncing, dengan parlemen mengambil kesempatan ini untuk menekan pemerintah.
Ketegangan yang mengemuka tak hanya berpotensi memengaruhi kebijakan domestik dan hubungan internasional, tetapi juga memberikan ruang bagi oposisi untuk menguatkan posisi menjelang pemilu mendatang.
Di tengah segala dinamika yang rumit ini, kemampuan pemerintah untuk memulihkan kepercayaan publik menjadi sebuah ujian yang krusial.
5. Respons Publik dan Implikasi Internasional
Reaksi publik terhadap krisis yang melanda Korea Selatan sangat beragam, dengan banyak yang mengkritik langkah darurat militer sebagai tindakan yang sembrono.
Demonstrasi besar-besaran di ibu kota Seoul mencerminkan ketidakpuasan mendalam masyarakat terhadap kepemimpinan Yoon Suk Yeol.
Di panggung internasional, situasi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekutu, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, yang khawatir ketegangan politik domestik dapat melemahkan posisi Korea Selatan dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara dan tantangan regional lainnya.
Kini, memulihkan stabilitas politik menjadi tantangan utama bagi pemerintahan Yoon, yang memerlukan dukungan dari partai penguasa serta upaya diplomasi internal untuk mengatasi krisis ini dengan efektif.
6. Mengapa Presiden Korea Selatan menolak mundur?
Presiden Yoon dengan tegas menyatakan bahwa langkah darurat militer yang diambilnya adalah langkah yang sah secara hukum, bertujuan untuk menjaga stabilitas politik negara.
7. Apa dampak darurat militer di Korea Selatan?
Langkah ini telah menciptakan gelombang ketegangan politik yang memanas, disertai kritik pedas dari berbagai kalangan, serta ancaman mosi pemakzulan yang mengguncang posisi pemerintah dari pihak oposisi.
8. Bagaimana reaksi publik terhadap darurat militer?
Gelombang demonstrasi yang mengguncang berbagai kota memunculkan seruan lantang untuk pengunduran diri Presiden Yoon, menciptakan suasana yang penuh semangat di tengah masyarakat yang berani bersuara.
9. Apa alasan oposisi mengajukan mosi pemakzulan?
Oposisi dengan tegas menilai bahwa penerapan darurat militer ini bukan hanya melanggar konstitusi, tetapi juga merupakan bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang patut dicurigai.
Mereka menganggap langkah tersebut sebagai ancaman terhadap demokrasi dan hak-hak asasi manusia, yang seharusnya dilindungi dan dihormati dalam setiap tatanan pemerintahan.
10. Apa dampak internasional dari krisis politik ini?
Ketegangan yang melanda dalam negeri dipandang dapat menggerogoti kekuatan Korea Selatan saat berhadapan dengan berbagai tantangan di tingkat regional.
(kpl/rmt)
Ricka Milla Suatin
Advertisement