
Norbertus Riantiarno, atau yang lebih sering dikenal dengan Nano Riantiarno adalah seorang aktor, tokoh teater penulis, sutradara dan wartawan Indonesia. Pria kelahiran Cirebon, 6 Juni 1949 ini juga dikenal sebagai suami dari aktris Ratna Riantiarno. Pada tahun 1977 ia bersama pekerja teater lainnya seperti Rima Melati,Titi Qadarsih, Ratna Madjid, Jajang Pamontjak mendirikan Teater Koma.
Setelah lulus SMA, Nano melanjutkan sekolah teater di Akademi Teater Nasional Indonesia. Tahun 1971 ia melanjutkan sekolahnya ke Sekolah TInggi Filsafat Driyakara Jakarta. Bersama Teguh Karya, ia mendirikan Teater Populer pada tahun 1968.
KARIR
Aktif di teater semenjak masa kuliah telah membawa Nano ke berbagai pementasan teater di Jakarta. ia menulis sendiri sebagain besar karya panggungnya seperti Rumah Kertas, Maaf. Maaf. Maaf., Opera Sembelit, Sampek Engtay, dan masih banyak lagi. Bersama Teater Koma, ia telah menggelar 111 produksi panggung dan televisi.
Tahun 1975, Nano mendapat kesempatan untuk berkeliling Indonesia mengamati teater rakyat dan kesenian tradisional. tahun 1978 ia mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa selama 6 bulan. Tahun 1987 ia diundang sebagai peserta pada International Word Festival di Canberra. Tahun 1985 Nano menjabat sebagai ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta, Anggota Komite Artustik Seni Pentas untuk Kesenian Indonesia di Amerika Serikat. Nano juga merupakan konseptor dari Jakarta Performing Art yang diselenggarakan sebulan penuh pada tahun 1997
Selain menulis naskah untuk pementasan teater, Nano juga menulis skenario film dan televisi. Salah satu naskah yang ia tulis, JAKARTA, JAKARTA berhasil menyabet Piala Citra pada FFI tahun 1978 di Ujung Pandang. Tahun 1987 ia kembali memperoleh penghargaan Piala Vidia atas naskah sinetron Karina. Tahun 1979, Nano mendirikan majalah Zaman dan bekerja sebagai redaktur. Ia juga mendirikan majalah Matra pada tahun 1986 dan menjabat sebagai Pemred.
Nano juga menelurkan beberapa judul novel yaitu CERMIN MERAH, CERMIN BENING, CERMIN CINTA dan RANJANG BAYI. Novelnya RANJANG BAYI meraih hadiah Sayembara Novelet majalah Femina. Pada 1993, ia dianugerahi Hadiah Seni, Piagam Kesenian dan Kebudayaan dari Departemen P&K. Beberapa penghargaan yang pernah ia raih antara lain pada tahun 1999 ia menerima Piagam Penghargaan dari Menteri Pariwisata Seni dan Budaya Sebagai Seniman dan Budayawan Berprestasi. Salah satu karya pentasnya, Sampek Engtay juga memecahkan rekor MURI sebagai karya pentas yang telah digelar selama 8 kali selama 16 tahun dengan pemain dan musisi yang sama.
BIBLIOGRAFI
TRILOGI OPERA KECOA: BOM WAKTU, OPERA JULINI, (DRAMA) - MAHA TARI, YOGYAKARTA
PERCINTAAN SENJAT - MAJALAH KARTINI
CERMIN MERAH - GRASINDO (2004)
TEGUH KARYA DAN TEATER POPULER - SINAR HARAPAN
MENYENTUH TEATER: TANYA JAWAB SEPUTAR TEATER KITA, PANDUAN TEATER BAGI PARA PEKERJA SENI PERTUNJUKAN - SAMPURNA (2003)
REPUBLIK BAGONG, DRAMA - GALANG PRESS
TIME BOMB AND COCKROACH OPERA, DRAMA, DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA INGGRIS - LONTAR
OPERA SEMBELIT, DRAMA - BALAI PUSTAKA
CERMIN BENING, NOVEL – GRASINDO (2005)
MAAF. MAAF. MAAF. POLITIK CINTA DASAMUKA, DRAMA - GRAMEDIA (2005)
FIKSI DI RANJANG BAYI, KUMPULAN CERPEN DAN NOVELET - KOMPAS (2005)
PRIMADONA, ROMAN - GRAMEDIA (2005)
CERMIN CINTA, NOVEL - GRASINDO (2006)