5 Potret di Balik Layar Film 'NARIK SUKMO', Febby Rastanty Latihan Tarian yang Menarik Jiwa
Diterbitkan:

Tarian Narik Sukmo membuat Febby Rastanty masuk ke dunia gaib (credit:instagram.com/filmnariksukmo)
Kapanlagi.com - Film NARIK SUKMO mengisahkan Kenara, seorang mahasiswi yang tanpa sadar membangkitkan kutukan leluhur lewat sebuah tarian mistis di Desa Kelawangin. Diadaptasi dari novel berjudul sama, film ini memadukan unsur budaya Jawa, horor, dan spiritualitas dalam alur yang mencekam.
Untuk mempersiapkan perannya, Febby Rastanty menjalani latihan tari Jawa yang intens, bahkan belajar langsung dari maestro tari, Elly D Luthan. Tari yang ditampilkan dalam film ini merupakan karya asli Elly, diciptakan khusus untuk NARIK SUKMO.
Berbeda dengan tari modern yang biasa dipelajari Febby, tari tradisional menuntut ketepatan gerakan dan irama yang ketat. Proses syuting film ini berlangsung di desa fiktif Kelawangin, yang menyimpan banyak misteri.
Advertisement
1. Febby Rastanty dan Peran Kenara: Mahasiswi yang Ditarik Kutukan
Dalam film Narik Sukmo, Febby memerankan Kenara, seorang mahasiswi yang diajak sahabatnya ke desa misterius Kelawangin. Awalnya, semua terasa biasa saja, hingga Kenara mulai mengalami mimpi buruk.
Dalam mimpinya, ia melihat bayangan hitam yang mencoba menelannya. Anehnya, tubuh Kenara mulai menari sendiri saat terbangun, seolah dikendalikan oleh kekuatan gaib.
(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)
2. Latihan Tari Jawa sebagai Inti Emosi
Tarian Narik Sukmo menjadi salah satu simbol penting dalam cerita, digambarkan sebagai tarian yang bisa menarik jiwa manusia. Untuk menghidupkan peran ini, Febby menjalani latihan khusus yang sangat emosional.
Gerakan tangannya tampak anggun, namun membawa nuansa mistis. Latihan itu tak hanya mengandalkan teknik, tapi juga rasa dan keterhubungan spiritual dengan peran yang dibawanya.
3. Latar Cerita Film dari Masa Lalu Hingga Desa Kelawangin
Tarian mistis itu berakar dari kisah kelam pasangan masa lalu: Banyu Janggala dan Ratimayu. Trauma dan dendam masa lalu menjadi dasar dari kutukan yang bangkit di desa tersebut.
Kenara, tanpa disangka, memicu kembalinya kekuatan lama itu melalui kehadirannya di desa. Tarian yang ia bawakan menjadi jembatan antara masa lalu dan kutukan yang belum selesai.
4. Karakter Lain yang Menghidupkan Ketegangan
Selain Febby, karakter Prastomo yang diperankan Rifnu Wikana juga menjadi sorotan. Sosok Prastomo digambarkan sebagai ancaman diam yang disalahpahami sepanjang hidupnya.
Sementara itu, Dierja yang dimainkan oleh Aliando menjadi pelindung misterius bagi Kenara. Pertemuan mereka menambah dinamika cerita, membawa ketegangan emosional dan spiritual.
5. Tarian Sebagai Simbol Jiwa yang Tersesat
Tarian yang dilatih Febby tidak sekadar koreografi, tapi menjadi refleksi jiwanya yang terjebak. Ia harus menghidupkan perasaan takut, harap, dan tekad hanya dengan gerakan tubuh.
Adegan tersebut menjadi momen transformasi Kenara dari mahasiswi biasa menjadi sosok yang harus menghadapi takdir mistis. Inilah tantangan akting yang berhasil dijawab oleh Febby melalui ekspresi tubuh dan gerakan tradisional.
Yuk, baca artikel seputar rekomendasi film Indonesia lainnya di Kapanlagi.com. Kalau bukan sekarang, KapanLagi?
(Transformasi mencengangkan! Asri Welas sekarang terlihat makin cantik dan hot!)
(kpl/vna)
Advertisement