Aditya Gumay Beberkan Kelemahan Film Pendek Indonesia
Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Sutradara ternama Aditya Gumay menilai kelemahan film-film pendek yang dibuat sekarang ini rata-rata terletak pada penulisan cerita atau skenario yang sebenarnya menjadi pondasi film.
"Penulisan skenario adalah cetak biru yang menjadi pondasi film yang baik," katanya, usai Malam Grand Final Lawangsewu Film Festival 2012 di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Minggu (11/11) malam.
Menurut sutradara yang pernah menyutradarai film EMAK INGIN NAIK HAJI dan RUMAH TANPA JENDELA ini, skenario atau cerita memiliki kekuatan sekitar 50 persen. "Kalau penulisan cerita sudah bagus, alurnya jelas, dan ada benang merahnya, selebihnya tinggal dipoles sedikit dengan pengolahan teknis, editing, tata kamera, dan suara untuk menjadi film yang bagus," jelasnya.
Gumay yang menjadi salah satu dewan juri Lawangsewu Film Festival mengakui kelemahan penulisan cerita pada film-film pendek yang dibuat sineas-sineas muda ditemui pada festival film di seluruh daerah di Indonesia. "Saya pernah jadi juri pada festival film yang digelar Universitas Indonesia (UI) Jakarta, termasuk Festival Film Indonesia (FFI) kategori film pendek. Kebanyakan film pendek memang lemah di cerita," katanya.
Karena itu, pria yang pernah menelurkan serial LENONG BOCAH sebanyak 300 episode dan JENDELA RUMAH KITA tahun 1990-an itu mengharapkan para sineas muda mau lebih banyak belajar dan memahami pembuatan skenario film.
Kalau untuk penguasaan teknis, ia mengakui kebanyakan juri masih memaklumi kekurangannya karena menyadari kebanyakan yang membuat film pendek adalah pegiat film indie yang memiliki keterbatasan dalam peralatan. "Yang paling penting dalam film sebenarnya kekuatan cerita. Seorang anak SMP pernah menjuarai FFI untuk kategori film pendek karena filmnya memiliki kekuatan cerita. Sineas-sineas muda jangan menyerah," katanya.
Ia mengharapkan kalangan sineas muda untuk serius berkreasi menghasilkan film-film yang bermutu, sebab film menjadi alat untuk meninggalkan jejak sejarah yang masih bisa dinikmati hingga ratusan tahun ke depan. "Karya-karya inspiratif, baik film, buku, maupun lagu menjadi jejak sejarah bagi pembuatnya yang bisa dinikmati ratusan tahun ke depan dengan kecanggihan teknologi untuk menyimpan, termasuk internet," kata Gumay.
(Ashanty berseteru dengan mantan karyawannya, dirinya bahkan sampai dilaporkan ke pihak berwajib.)
(antara/dka)
Mahardi Eka Putra
Advertisement
-
Fashion Selebriti Indonesia Potret Cantik Syahnaz Sadiqah Pakai Batik, Pancarkan Pesona Istri Pejabat