'Aku Ingin Bersama Selamanya', Puisi Pertemanan Geng Cinta 'AADC'

Penulis: Natanael Sepaya

Diperbarui: Diterbitkan:

'Aku Ingin Bersama Selamanya', Puisi Pertemanan Geng Cinta 'AADC' AADC © KapanLagi.com/Agus Apriyanto

Kapanlagi.com - Lebih dari sekedar drama percintaan, tema persahabatan pada film ini juga sukses membuat ADA APA DENGAN CINTA meledak di Tanah Air 14 tahun silam. Yap, geng Cinta yang terdiri dari Cinta, Maura, Karmen, Alya dan Milly.

Bahkan, ikatan persahabatan mereka langsung terasa sejak awal kalau kamu memutar film ini lagi KLovers. Yap, tampak jelas bagaimana geng ini menguatkan satu sama lain saat Alya curhat tentang keadaan keluarganya.

Tapi ada yang menarik di mana Cinta yang diceritakan mengikuti lomba puisi mengungkapkan isi karyanya itu pada Maura cs. Dengan memainkan chord gitar yang sederhana, Cinta pun kemudian membawakan puisi yang berjudul Aku Ingin Bersama Selamanya itu lewat musikalisasi puisi.

Aku Ingin Bersama Selamanya, puisi dan kisah persahabatan geng Cinta serta titik awal ia bertemu dengan Rangga © Miles ProductionsAku Ingin Bersama Selamanya, puisi dan kisah persahabatan geng Cinta serta titik awal ia bertemu dengan Rangga © Miles Productions

Dalam puisi ini, Cinta banyak menceritakan kisah persahabatan mereka dengan penggambaran alam. Tak peduli apa pendapat orang, jatuh-bangun, tantangan, hingga angan diwakili oleh kata-kata Cinta yang dibalut manis dengan nada-nada sederhana dari permainan gitarnya.

Hanya saja puisi tersebut diceritakan gagal menjadi nomor satu dan justru karya milik Rangga lah yang keluar sebagai juara lomba di sekolahnya itu. Meski hanya menjadi juara kedua, tapi di sisi lain, karena puisi inilah Rangga dan Cinta bertemu.

Bisa jadi sebagian dari kamu ada yang menganggap hal seperti ini kekanak-kanakan, tapi justru inilah yang bakal membuat kamu punya banyak cerita kelak. So, kita simak dulu yuk di sini puisi persahabatan geng Cinta di film AADC pertama.

Aku Ingin Bersama Selamanya

Ketika tunas ini tumbuh,
serupa tubuh yang mengakar.
Setiap nafas yang terhembus adalah kata.
Angan, debur dan emosi bersatu dalam jubah berpautan.
Tangan kita terikat, lidah kita menyatu.
Maka setiap apa yang terucap adalah sabda pendita ratu.
Hahhh... Di luar itu pasir, di luar itu debu.
Hanya angin meniup saja lalu terbang hilang tak ada.
Tapi kita tetap menari, menari cuma kita yang tahu.
Jiwa ini tandu maka duduk saja.
Maka akan kita bawa semua.
Karena kita adalah satu.

(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)

(kpl/ntn)

Editor:

Natanael Sepaya

Rekomendasi
Trending