"Ketika tayang di Venice mereka bilang film ini sangat membuka mata, mereka bilang di sini bukan Indonesia yang indah, tapi Indonesia yang real. Kita memang tampilkan Indonesia seadanya, kita ingin tampilkan kapsul waktu. Jakarta di sini kontradikti tapi puitis," cerita Joko di Plaza Indonesia XXI, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (16/11).
Tak hanya cara film ini bertutur, penampilan pemain pun turut mendapat pujian. Terutama Tara Basro yang sempat dikira sebagai pekerja salon sungguhan saking alaminya dia saat berakting sebagai Sari.
"Pemainnya bermain sangat natural sampai mereka berpikir ini real life character. Kejujuran dari gambar dan pengadeganan sangat natural, kita gambarkan romance drama yang humanis, nggak pakai gula-gula," imbuh Joko.
Melihat respon tersebut Tara mengaku senang namun tentu saja ia tak ingin cepat puas. Justru dari sini kualitasnya sebagai aktris semakin diuji.
"Mereka (penonton festival) suka dengan kejujuran yang disajikan walau ada unsur politik karena ini bisa terjadi di negara manapun. Pas jalan keluar mereka senyum, ngajak salaman dan bilang: 'Makasih udah bikin film ini," tutupnya.
(kpl/abs/tch)