Deddy Mizwar: Tema Film Bukan Cuma Soal Hantu

Penulis: Yunita Rachmawati

Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Sutradara, produser, sekaligus aktor kawakan Deddy Mizwar menilai Indonesia memiliki keragaman persoalan sosial yang layak diangkat sebagai tema film, bukan hanya tema hantu-hantuan dan drama remaja yang membuat masyarakat bosan.

"Saya kira kalau kita mau menggali dan terus menggali akan banyak hal yang bisa kita angkat. Bukan hanya persoalan hantu di negeri ini," katanya usai menjadi bintang tamu dalam Kabaret Jo, di Jakarta, Rabu (9/5) malam.

Pemeran Nagabonar dalam film NAGABONAR JADI DUA ini mengungkapkan setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap masalah sosial, sehingga diangkat dalam film akan melahirkan tema yang beragam pula.

"Ada anak gantung diri karena masalah sepele, ada orang saling menghujat antargolongan, ada kecurigaan yang berlangsung, ada beras yang tidak sampai ke penduduk miskin, ada gagal panen yang memperparah keadaan, jadi begitu banyak hal yang bisa diangkat dalam film," kata pria yang kerap memproduksi sinetron dan film sarat pesan moral ini.

Terkait film-film bertema hantu, berbau mistis, dan drama remaja, Deddy menilai hal itu terjadi karena ada stigma bahwa saat ini sedang digemari tema-tema tersebut. Sehingga sebanyak mungkin dibuat film dengan tema-tema serupa untuk alasan mendongkrak kesuksesan sebuah film.

"Stigma kalau bukan hantu maka tidak laku, kalau bukan film remaja maka tidak ada yang menonton. Itu bohong semua. Stigma itu diciptakan sendiri oleh orang film, bukan oleh masyarakat," ungkapnya.

Pandangan-pandangan yang keliru itu, lanjut Deddy, pada akhirnya berdampak pada masyarakat yang harus dikorbankan. Keseragaman tema film-film di bioskop saat ini membuat masyarakat tidak punya alternatif tontonan yang lain.

"Masyarakat memerlukan keberagaman informasi, sehingga mereka bisa memilih, kapan nonton film hantu, kapan nonton film remaja, dan kapan nonton film-film bertema lain yang lebih menarik. Biarkan masyarakat yang memilih," ujar pria kelaihan Jakarta, 5 Maret 1955 ini.

Disinggung bagaimana seharusnya menghilangkan stigma tersebut, Deddy menilai dirinya tak memiliki kapasitas mengatur atau mengambil inisiatif untuk menghapusnya dari benak para pelaku industri film.

"Diperlukan kesadaran masing-masing, karena saya tidak bisa mencampuri ruang kreatif orang. Persoalannya, kita harus tanyakan pada diri sendiri, kita membuat film untuk apa. Sebab setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda-beda," kata Deddy.

(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)

(*/boo)

Rekomendasi
Trending