Kelemahan Film 'HANTU AMBULANCE'

Penulis: Yunita Rachmawati

Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Film HANTU AMBULANCE yang hadir di bioskop tanah air secara serentak pada 21 Februari ternyata memiliki beberapa kelemahan meski dibintangi, Suzanna, dengan mimik dan ciri khasnya sebagai aktris horor nomer wahid di Indonesia pada era 1980-an.Dalam film tersebut, perempuan kelahiran 13 Oktober 1942 ini kembali memerankan sosok yang dekat dengan dunia takhyul. Dalam aktingnya sebagai Widya, Suzanna mengucapkan jampi-jampi atau semacam mantra tolak bala, atau beberapa kali terlihat menyiapkan sesaji berupa bunga tujuh rupa.Sorot matanya yang tajam terlihat tidak berbeda dengan penampilannya di film-filmnya dulu. Gaya bicara dan busana yang dikenakan juga sangat khas. Tak heran jika sebagian penonton yang menyaksikan gala premiere film ini seakan reuni atau menyusuri kembali masa lalu ketika Suzanna berjaya di film bergenre horor.Apalagi dalam film ini Suzanna memboyong kostum koleksi pribadinya yang modelnya mirip kostum pada film-filmnya terdahulu. Sehingga hantu Suzanna kembali bergentayangan. Tapi, sepanjang film, terlihat kemampuan akting Suzanna yang total dalam film ini tidak diimbangi dengan akting pemain-pemain baru yang menjadi lawan mainnya.Dimas Andrean yang biasa bermain untuk sinetron percintaan tidak menjiwai peran sebagai Rano. Adegan ketika ia dikejutkan sosok bayangan di kamarnya dan ketakutan saat dikejar hantu terlihat tidak natural. Aktingnya tidak jauh berbeda dengan yang dijalaninya saat bermain di sinetron. Sehingga Dimas dan pemain lainnya dalam film layar lebar itu tidak ubahnya seperti menonton sinetron saja.Penampilan Suzanna dalam film ini juga terlihat kurang dieksplorasi dengan baik. Suzanna hanya digambarkan berakting sambil duduk atau berdiri beberapa saat saja. Padahal sang produser menyatakan berambisi mengembalikan sang ratu film horor itu kembali ke layar lebar dengan akting terbaiknya.Sejak lama Suzanna sakit, bahkan pada saat konferensi pers ia sempat absen. Shanker mengaku Suzanna sedang sakit dan tidak diperkenankan dokter untuk menempuh perjalanan jauh dari tempat tinggalnya di Magelang ke Jakarta.Dari segi cerita yang ditulis oleh Ery Sofid, film ini juga tidak terlalu menarik dan cenderung membingungkan. Asal-usul keluarga Rano tidak jelas benar, hingga tiba-tiba ada hantu bergentayangan dan menakuti Rano serta kawan-kawannya. Secara artistik, hantu-hantu yang dihadirkan dalam film itu itu juga terlihat tidak menakutkan.Efek suara yang memberi kesan menegangkan memang membuat orang yang menyaksikan akan terkaget-kaget, tapi itu untuk sesaat saja. Selebihnya penonton dibuat bingung dengan akhir cerita yang terburu-buru dan tidak terasa klimaksnya. 

(Lesti sedang hamil anak ketiga, dan saat ini sedang ngidam hal yang di luar nurul!)

(*/boo)

Rekomendasi
Trending