7 Rekomendasi Film Paling Epic yang Akan Buatmu Susah Lupa
Diterbitkan:

Ini beberapa film yang terlalu sulit dilupakan (credit:imdb)
Kapanlagi.com - Menonton film bukan hanya soal hiburan, tetapi kadang menjadi pengalaman mendalam yang mengguncang pikiran dan menyayat perasaan. Beberapa karya sinematik bahkan mampu menanamkan trauma, harapan, atau rasa bersalah yang membekas selama bertahun-tahun. Film-film semacam ini bukan hanya menghibur, tetapi juga menguji batas empati dan pemahaman kita sebagai manusia.
Di antara ratusan judul film yang telah dirilis, hanya segelintir yang berhasil mengguncang jiwa penontonnya secara intens. Mereka membahas tema-tema seperti trauma perang, kehancuran mental akibat narkoba, pembunuhan sadis, hingga absurditas eksistensial manusia. Gaya sinematik yang unik dan berani membuat film-film ini begitu berbeda dan sulit dilupakan.
Artikel ini menyajikan tujuh film pilihan yang telah diakui publik dan kritikus sebagai karya yang tidak hanya epik secara narasi, tetapi juga brutal secara emosional. Disusun secara kronologis, setiap film akan dijelaskan dari aspek cerita, sudut pandang sinematik, hingga dampaknya pada penonton.
Advertisement
1. ERASERHEAD (1977): Teror Eksistensial yang Abstrak
Film debut David Lynch ini membongkar sisi tergelap ketakutan manusia dalam bentuk simbolisme absurd. Henry, karakter utama, dihadapkan dengan situasi tidak biasa setelah menikahi Mary dan mengasuh bayi dengan wujud mengerikan.
Visual hitam-putih yang sunyi, set surreal, dan skor musik mengganggu menjadikan ERASERHEAD sebagai pengalaman menonton yang lebih mirip mimpi buruk. Film ini tak mudah dimengerti, namun justru karena itulah ia meninggalkan kesan mendalam yang tidak mudah hilang.
(Ashanty berseteru dengan mantan karyawannya, dirinya bahkan sampai dilaporkan ke pihak berwajib.)
2. COME AND SEE (1985): Kekejaman Perang Lewat Mata Anak
Disutradarai oleh Elem Klimov, COME AND SEE membawa kita ke tahun 1943, mengikuti remaja desa Flyora yang ingin bergabung dengan gerilyawan Belarusia. Apa yang ia temukan justru bukan kebanggaan, tapi kehancuran.
Film ini secara sinematik menggambarkan kekerasan dan trauma yang dialami warga sipil. Dengan visual yang ganjil tapi realistis, Come and See menghadirkan horor perang tanpa glorifikasi, membuatnya sangat menyiksa secara emosional dan sulit untuk dilupakan.
3. GRAVE OF THE FIREFLIES (1988): Luka Masa Perang Lewat Animasi
Film animasi produksi Studio Ghibli ini berkisah tentang dua saudara, Seita dan Setsuko, yang berjuang bertahan hidup di tengah kehancuran Jepang akhir Perang Dunia II. Meskipun animasi, film ini sama sekali tidak ringan.
Kematian, kelaparan, dan trauma digambarkan dengan lirih dan menyayat. Film dibuka dengan adegan kematian Seita di stasiun, dan sejak saat itu, penonton diajak menelusuri kepiluan tanpa akhir yang sangat membekas.
4. REQUIEM FOR A DREAM (2000): Obsesi dan Candu yang Membunuh Mimpi
Film garapan Darren Aronofsky ini menyorot kehidupan empat orang yang terjerumus dalam candu, dari heroin hingga obat pelangsing. Sara Goldfarb, seorang ibu tua, menjadi simbol pecandu tak kasat mata yang ingin tampil cantik di TV.
Visualisasi kecanduan digarap dengan brutal dan sangat efektif, lengkap dengan editing cepat serta skor musik dari Clint Mansell yang legendaris. REQUIEM FOR A DREAM bukan sekadar film, tapi peringatan keras yang menyakitkan bagi siapa pun yang menontonnya.
5. THE LOVELY BONES (2009): Narasi Roh Korban yang Mengintai
Film ini membuka luka tentang pembunuhan berantai dari sudut pandang korban: Susie Salmon. Setelah diperkosa dan dibunuh, ia mengamati kehancuran keluarganya dari alam antara.
Peter Jackson berhasil meramu film dengan visual indah namun tema mengerikan. Meskipun tidak menonjol dari sisi karakterisasi, THE LOVELY BONES tetap meninggalkan nuansa muram dan tragis yang membuat penonton enggan lupa.
6. SON OF SAUL (2015): Neraka Auschwitz dari Mata Satu Orang
Lewat kamera close-up dan aspek rasio sempit, penonton dipaksa mengikuti Saul, seorang Yahudi Hungaria anggota Sonderkommando, yang ingin menguburkan anak laki-laki secara layak.
Gaya sinematik yang fokus hanya pada Saul menjadikan film ini sangat intim namun juga membuat sesak. Kengerian kamp Auschwitz disampaikan tanpa eksploitasi, tapi justru lebih mengerikan karena hanya "diekor" dari satu sudut pandang terbatas.
7. KINDS OF KINDNESS (2024): Eksperimen Psikologis dalam Tiga Babak Gila
Film terbaru Yorgos Lanthimos ini disajikan dalam bentuk tryptich: tiga cerita berbeda tapi terhubung. Dari pria yang keluar dari sistem kerja obsesif, istri yang berubah total, hingga pencarian manusia dengan kemampuan membangkitkan orang mati.
Dibalut humor gelap dan absurditas khas Lanthimos, film ini mengacak-acak logika penonton. Kemenangan Jesse Plemons sebagai aktor terbaik di Cannes menunjukkan kekuatan akting dalam membawakan narasi segila ini.
Yuk, baca artikel seputar rekomendasi film Internasional lainnya di Kapanlagi.com. Kalau bukan sekarang, KapanLagi?
(Deddy Corbuzier buka suara terkait isu cerai, marah ke pihak Pengadilan Agama!)
Berita Foto
(kpl/vna)
Advertisement
-
Fashion Selebriti Indonesia Potret Cantik Syahnaz Sadiqah Pakai Batik, Pancarkan Pesona Istri Pejabat