Christine Hakim Senang Jadi Gubernur Ideal

Penulis: Erlin

Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Bintang film ternama Herlina Christine Natalia Hakim (51) sangat senang menjadi gubernur ideal, meskipun hanya dalam film terbarunya berjudul ANAK-ANAK BOROBUDUR yang serentak diputar di bioskop-bioskop di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya mulai 5 Juli 2007."Ini peran pertama saya sebagai Gubernur setelah lebih dari 30 tahun malang-melintang di dunia perfilman," kata aktris kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956 itu, di Jakarta, Kamis (5/7).Peraih Piala Citra sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik, dalam film CINTA PERTAMA (1974), SESUATU YANG INDAH (1977), PENGEMIS DAN TUKANG BECAK (1979), DI BALIK KELAMBU (1983) KERIKIL-KERIKIL TAJAM (1985), dan TJOET NJA DHIEN (1988), mengatakan, gubernur dalam film itu merupakan sosok pejabat ideal menurut sutradara dan penulis skenario Arswendo Atmowiloto. "Film ini menggambarkan Gubernur ideal menurut mas Wendo," kata Christine yang juga Duta Unicef.Dalam film itu Christine berperan sebagai Gubernur Jawa Tengah yang pemikirannya luas, luwes, modis, dan perhatian kepada rakyatnya. "Anak-Anak Borobudur" diproduksi PT Atmo Adamel Film dan penampilan Christine dalam film itu merupakan terbaru sejak film PASIR BERBISIK (2001).ANAK-ANAK BOROBUDUR antara lain juga dibintangi Adi Kurdi, Butet Kartaredjasa, Nungki Kusumastuti, Djenar Maesa Ayu, Adadiri Tanpalang, Alexandra Gottardo, dan Lani Regina.Perihal keseluruhan film tersebut, Christine mengagumi kesederhanaan seorang anak desa berprestasi dan mampu mempertahankan kejujurannya. "Ini adalah misi pokok dari film ini," katanya.Ia menilai bahwa sekarang jarang ditemui film anak-anak di layar lebar maupun televisi yang membawa pesan moral kental. Christine mengaku terkejut ia yang terpilih menjadi Gubernur Jawa Tengah dalam ANAK-ANAK BOROBUDUR. "Ini suatu kejutan buat saya ketika mas Wendo menawarkan untuk bermain dalam film ini," ungkapnya.Menurut dia, ANAK-ANAK BOROBUDUR bukan film dengan tujuan komersil semata, syuting film ini telah rampung dua tahun lalu, namun karena terbentur dana dalam proses pembuatan dan penyelesaiannya, akhirnya film ini baru dapat diputar mulai tanggal 5 Juli 2007."Saya tahu pada saat memulai syuting, mas Wendo mempunyai kesulitan untuk bisa menyelesaikan film ini sampai tuntas. Tapi Alhamdulillah akhirnya walaupun katanya dengan menggadai rumah, film ini bisa selesai," katanya.Film itu berkisah tentang seorang bocah bernama Amat (Adadiri Tanpalang) dari sebuah desa di dekat Candi Borobudur, yang cukup mahir memahat patung. Kadang ia membantu ayahnya yang bisu-tuli (Adi Kurdi), yang memang berprofesi sebagai pembuat patung. Suatu hari, Amat memutuskan untuk mengikuti lomba memahat patung.Kemenangan Amat sebagai juara pertama malah membuahkan masalah, karena Amat justru mengembalikan pialanya. Amat mengaku bahwa patung itu diselesaikan ayahnya dan Amat tidak mengirimkan patung itu ke lomba tersebut. Hal tersebut membuat penduduk kampung marah dan sepakat untuk mengucilkan Amat dan ayahnya.Pertolongan datang dari seorang pengamat seni bernama Doni (Butet Kartaredjasa) dan Gubernur Jawa Tengah (Christine Hakim). Kehadiran mereka membawa kebahagiaan. Christine berharap film ini dapat ditonton dan dapat memberikan nilai-nilai yang kini mulai hilang. 

(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)

(*/erl)

Editor:

Erlin

Rekomendasi
Trending