Kapanlagi.com - Nama Gus Miftah mendadak populer dalam beberapa waktu terakhir karena cara dakwahnya yang unik, yakni dengan mendatangi lokasi-lokasi yang tak biasa seperti lokalisasi, kelab malam dan sejenisnya. Beliau juga dikenal sebagai sosok pemuka agama yang open-minded.
Berangkat dari popularitas tersebut, kini Gus Miftah punya program televisi sendiri yang bertajuk Ngobrol Bareng GUs Miftah. Pada program tersebut, beberapa narasumber yang tengah viral pun kerap dihadirkan, seperti Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Erick Thohir, Syekh Ali Jaber, Ustaz Yusuf Mansur, Deddy Corbuzier dan masih banyak lainnya.
Pada salah satu episode terbarunya, Gus Miftah mengundang Komjen Pol Boy Rafli Amar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Tentunya pada kesempatan itu, keduanya membahas tentang topik terorisme yang ada di Indonesia.
Menurut Boy Rafli Amar, wilayah Sulawesi Tengah menjadi wilayah yang masuk dalam program prioritas BNPT karena menjadi episentrum kejahatan terorisme.
"Yang dilakukan pertama adalah kontra radikalisasi. Kedua, deradikalisasi. Di masa lalu Sulawesi Tengah seperti Palu dan Poso merupakan wilayah yang memiliki konflik sosial dan tentu upaya deradikalisasi telah dijalankan menjadi bagian program BNPT," terang Komjen Pol Boy Rafli Amar kepada Gus Miftah.
Boy Mar Rafli juga menekankan jika pendefinisian terorisme tidak akan lepas dari bias politik dan ideologi. Instabilitas politik, keamanan, dan lemahnya pemahaman keagamaan serta menurunnya wawasan kebangsaan dapat menimbulkan keinginan disintegrasi bangsa sehingga memicu lahirnya terorisme.
Credit Foto: Dokumentasi Pribadi
Sementara itu, Gus Miftah juga punya pandangan sendiri tentang aksi terorisme dan juga keterkaitannya dengan agama."Fenomena terorisme tidak terjadi karena suku dan agama atau ras tertentu saja, tetapi terorisme berpotensi ada di setiap individu tanpa melihat agamanya," ujarnya.
"Kalau diperdebatkan, semua orang akan mengatakan agamanya paling benar. Tapi kalau ada yang mengatakan semua agama itu benar, salah. Yang benar adalah semua agama benar bagi penganutnya," tutup Gus Miftah.
(kpl/gtr)