Tasya Kamila & Ceritanya Menembus Beasiswa ke Columbia University
Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Tasya Kamila mendapatkan kesempatan yang jarang dimiliki oleh anak Indonesia lainnya. Ia mendapatkan beasiswa LPDP yang akan membawanya berkuliah di salah satu universitas bergengsi dunia.
Jenjang pasca sarjana atau S2 di Columbia University jurusan public administration menjadi tujuannya. Gadis yang kini berusia 23 tahun ini mengatakan akan menghabiskan 2 tahun di Amerika Serikat untuk studinya ini.
Ini adalah kali pertama Tasya belajar di sekolah berkelas International. Lalu, apa ya hal yang menarik baginya dalam studi pertamanya di negeri orang ini?
Advertisement
"Aku belum pernah international school. Aku pengen menggali potensi aku seberapa jauh bisa menaklukan tantangan hidup di luar negeri sendiri," ucapnya saat ditemui usai acara 'Marina Beauty Journey' di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/7).
Dua minggu jelang keberangkatan-nya ke AS, Tasya masih belum tahu pasti akan bagaimana kehidupan di sana. Namun, ia optimis bisa hidup mandiri di New York, kota tempat di mana kampusnya berada.
"Aku siap-siap aja. Aku enggak tahu gimana di sana, kalau kebayang bisa lah masak-masak dikit. Tempat tinggal gak jauh dari kampus. Aku bisa survive. Mungkin kalau aku udah di sana aku bisa curhat lagi," terang mantan artis cilik ini.

Untuk bisa menembus Columbia University, Tasya melakukan serangkaian tes demi keperluan seleksi mahasiswa baru. Meskipun tak mudah, ia menjadikan hal tersebut sebagai suatu tantangan. Dari 400 orang yang masuk Columbia University di angkatannya kali ini, hanya 3 orang yang berasal dari Indonesia.
"Gak semua orang bisa keterima (di kampus barunya). Menurut aku itu jadi tantangan. Aku sudah persiapkan dari Januari 2015. Alhasil perjuangan aku selama ini bisa dapat beasiswa dan mendapatkannya (jurusan public administration)," ceritanya.
Serangkaian tes yang dilewati Tasya antara lain adalah tes GRE yang berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa memahami bacaan yang rumit. Kemudian ada lagi tes spesifik yang terdiri dari matematika dan Bahasa Inggris, tes TOEFL, serta yang terakhir tes essay.
"Kalau kuliah di Amerika ada tes GRE. Tes spesifik itu ada matematika dan Bahasa Inggris. Aku juga ada TOEFL test. Setelah itu ada essay, ada batasan kata kalau kita jawabnya," ceritanya.
TOEFL yang digunakan dalam persyaratan masuk di Columbia University adalah TOEFL IBT yang tesnya menggunakan komputer. Di sini Tasya di uji kemampuan Reading, Listening, Writing dan Speaking. Skor maksimal dari ujian ini adalah 120 dan sekolahnya meminta untuk calon mahasiswa melebihi angka 100. Lalu, berapa skor Tasya?
"Sekarang kan paling tinggi 120. Sekolah aku minta 100. Aku di atas seratus," kata cewek yang sebelumnya berkuliah di Universitas Indonesia jurusan Akutansi ini.
Meski tak ada teman dekat, Tasya mengaku tak masalah dengan hal ini. "Kalau teman dekat (di sana) gak ada. Teman baru ada. Satu angkatan aku 400 orang, 3-nya orang Indonesia. Teman ku juga ada yang di sana, masih ada teman orang Indonesia sih," ucapnya.
Mendapatkan beasiswa dan menjadi wakil dari Indonesia untuk menuntut ilmu di Columbia University tak dijadikan beban oleh Tasya. Baginya ini amanah yang akan memotivasi-nya untuk giat belajar di sana dan tujuannya adalah membawa pulang ilmu yang bermanfaat.
"Alasan aku (ambil S2) itu karena aku punya obsesi untuk jadi Menteri yah. Aku penyuka lingkungan, dan aku mengenali potensi aku di situ. Bidang lingkungan aku geluti. Makanya aku belajar jurusan itu," pungkasnya.
Jangan Lewatkan!
Sang Ibunda Galau dan Keberatan Lepas Tasya Kamila ke Amerika
Save Lagu Anak, Rachel Amanda Buat Karya Sama Mantan Artis Cilik
Sudah Tak Adakah Ruang Musik Untuk Anak-Anak di Indonesia?
#SaveLaguAnak Jilid 2, Penyanyi Cilik Kumpul Bersama Kak Ria Enes
Prihatin, Tina Toon: Nggak Pantas Anak Nyanyi 'Lelaki Kardus'
(Lesti sedang hamil anak ketiga, dan saat ini sedang ngidam hal yang di luar nurul!)
(kpl/pur/otx)
Mathias Purwanto
Advertisement
-
Video Kapanlagi V1RST (LIVE PERFORMANCE) - KAPANLAGI BUKA BARENG FESTIVAL 2025