Tari juga berperan sebagai seni pertunjukan atau sering disebut sebagai seni teatris. Menurut ahli filsafat seni Susanne K. Langer, tari sebagai seni tontonan merupakan perwujudan lahir dari proses batin manusia untuk dilihat sendiri dan oleh orang lain.
Dalam sejarahnya, tari mengalami tiga periode. Pada periode primitif (sekitar tahun 20.000 SM hingga 400 M), tari hanya diiringi dengan sorak-sorai dan tepukan tangan. Pada periode feodal (sekitar tahun 400 M hingga 1945 M), tari memiliki berbagai fungsi, seperti tari upacara, tari hiburan, dan tari pertunjukan. Pada periode modern (sekitar tahun 1945 sampai sekarang), tari ditandai dengan munculnya koreografer individu yang menciptakan karya-karya baru sebagai ekspresi diri. Tokoh-tokoh tari modern antara lain Isadora Duncan, Martha Graham, Doris Humphrey, Mary Wigman, Sardono W. Kusumo, dan Sal Murgiyanto.
Unsur-unsur utama dalam tari meliputi gerak, ruang, dan waktu. Gerak dibagi menjadi gerak nyata (representasional) dan gerak maknawi. Ruang merupakan tempat untuk bergerak, baik panggung tertutup maupun terbuka. Waktu dalam tari tergantung pada tempo, ritme, dan durasi gerak penari.
Selain itu, tata rias dan kostum juga merupakan unsur pendukung penting dalam pertunjukkan tari. Riasan dan kostum akan menjadi identitas karakter yang dibawakan oleh penari, serta mendukung terciptanya suasana tarian dan menyampaikan karakter tersebut.