PERSONAL
The Morning After berdiri pada tahun 2002 di Kota Malang. Beranggotakan Bambang Iswanto (vokal dan gitar), Akhmad Sya’ban Nasution (Bass), Onny Maretino Nugroho (Drums) dan Pramudya Ananta (gitar, bergabung tahun 2004). Cikal bakalnya adalah sebuah band SMU bernama Mayonaise Punch yang menyisakan dua personelnya (Bambang dan Sya’ban) dan kemudian bertransformasi menjadi The Morning After.
Berawal dari rubrik disebuah majalah Belanda, akhirnya dipilihlah nama The Morning After sebagai nama band. Ketika itu tak terpikirkan apa arti sebenarnya dari kata ”the morning after”, namun nama ini terdengar enak di telinga dan mudah untuk diingat tanpa ada filosofi apapun dibelakangnya.
Genre musik The Morning After adalah rock alternatif, yang merupakan perpaduan akustik distorsi dengan sound ambience yang menguasai ruangan, hentakan beat yang dinamis di tambah dengan karakter vocal yang menambah khas lagu-lagu The Morning After.
Penulisan lirik The Morning After yang sebagian besar mengangkat tema kehidupan, dengan bahasa yang cerdas, tegas dan tidak murahan - bahkan pada lagu dengan tempo lambat pun musik the morning after tak terlihat cengeng- membuat orang tersentuh mendengarnya. Hal ini membuat musik The Morning After dapat dinikmati semua orang, dari remaja umur belasan tahun hingga penikmat musik umur 30 tahunan.
Beberapa band memang sangat memberi influence besar terhadap musik The Morning After. Band seperti Foo Fighters, My Vitriol, Smashing Pumpkins, MEW, Goo Goo Dolls, Netral album MINGGU INI, Pure Saturday memberi banyak imajinasi untuk musik The Morning After.
KARIR
Pada awal pemunculannya mereka sering bermain dari kampus ke kampus di Malang dengan membawakan lagu-lagu dari Smashing Pumpkins, Foo Fighters, Goo Goo Dolls. Beberapa band tersebut akhirnya menjadi influence bagi musik The Morning After.
The Morning After mulai mengirim beberapa demonya ke beberapa perusahaan rekaman pada tahun 2005. Dua tahun berlalu, 2007 menjadi titik awal yang cerah. The Morning After berhasil menjuarai kompetisi band indie nasional dan masuk dalam album kompilasi dengan single “Quatro” yang menjadikan nama The Morning After dikenal secara nasional. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Lil’Fish Records menawarkan kontrak untuk full album dan menjadi penawaran yang tidak disia-siakan oleh The Morning After. 30 Mei 2008, album pertama The Morning After, ANOTHER DAY LIKE TODAY, dilempar kepasaran dengan Universal Music Indonesia sebagai distributor.
Single pertama yang berjudul Dengar dan Diam cukup memberi penyegaran pasar musik Indonesia, sehingga majalah ”Rolling Stones” menobatkan The Morning After sebagai "Artist To Watch 2008". Tak berhenti sampai disitu, pada April 2009, The Morning After masuk dalam nominasi Karya Produksi Alternatif Terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia 2009 (AMI Awards 2009).
Bukannya tanpa hambatan dan kendala, masalah tetap silih berganti menerpa The Morning After. Pada pertengan 2009, management band mengalami masalah yang menyebabkan pergerakan The Morning After sempat terhambat. Kebuntuan penyelesaian membuat Band memutuskan untuk vakum selama 1 tahun. Selama vakum tersebut akhirnya, Pramudia Ananta sang Gitaris memutuskan untuk bekerja di kota yang terpisah dari personel lainnya. Sehingga dapat dikatakan sejak saat itu The Morning After hanya berjalan dengan 3 orang personel. Tidak pernah ada keputusan untuk keluar dari band dari Pramudia Ananta atau keputusan sebaliknya dari pihak band.
Pada awal 2011 The Morning After kembali masuk studio untuk menyusun materi-materi baru yang di peruntukkan untuk album ke dua nantinya. Ini adalah awal kembalinya The Morning after. Dan kabar terakhir yang cukup membanggakan adalah sudah ada obrolan dengan sebuah label musik nasional untuk album kedua. Hingga profile ini di update, The Morning After dalam tahap pematangan materi. Ada beberapa momentum penting lainnya ketika The Morning After didaulat menjadi salah satu pengisi dalam Festival Musik Terbesar di Asia Tenggara, Java Rockingland 2011.
The Morning After berharap kedepan mampu bertahan dan berkembang menjadi lebih baik, tetap menghasilkan musik-musik berkualitas dan menjadikan musik Indonesia lebih berwarna.
DISKOGRAFI
ANOTHER DAY LIKE TODAY
The Morning After berdiri pada tahun 2002 di Kota Malang. Beranggotakan Bambang Iswanto (vokal dan gitar), Akhmad Sya’ban Nasution (Bass), Onny Maretino Nugroho (Drums) dan Pramudya Ananta (gitar, bergabung tahun 2004). Cikal bakalnya adalah sebuah band SMU bernama Mayonaise Punch yang menyisakan dua personelnya (Bambang dan Sya’ban) dan kemudian bertransformasi menjadi The Morning After.
Berawal dari rubrik disebuah majalah Belanda, akhirnya dipilihlah nama The Morning After sebagai nama band. Ketika itu tak terpikirkan apa arti sebenarnya dari kata ”the morning after”, namun nama ini terdengar enak di telinga dan mudah untuk diingat tanpa ada filosofi apapun dibelakangnya.
Genre musik The Morning After adalah rock alternatif, yang merupakan perpaduan akustik distorsi dengan sound ambience yang menguasai ruangan, hentakan beat yang dinamis di tambah dengan karakter vocal yang menambah khas lagu-lagu The Morning After.
Penulisan lirik The Morning After yang sebagian besar mengangkat tema kehidupan, dengan bahasa yang cerdas, tegas dan tidak murahan - bahkan pada lagu dengan tempo lambat pun musik the morning after tak terlihat cengeng- membuat orang tersentuh mendengarnya. Hal ini membuat musik The Morning After dapat dinikmati semua orang, dari remaja umur belasan tahun hingga penikmat musik umur 30 tahunan.
Beberapa band memang sangat memberi influence besar terhadap musik The Morning After. Band seperti Foo Fighters, My Vitriol, Smashing Pumpkins, MEW, Goo Goo Dolls, Netral album MINGGU INI, Pure Saturday memberi banyak imajinasi untuk musik The Morning After.
KARIR
Pada awal pemunculannya mereka sering bermain dari kampus ke kampus di Malang dengan membawakan lagu-lagu dari Smashing Pumpkins, Foo Fighters, Goo Goo Dolls. Beberapa band tersebut akhirnya menjadi influence bagi musik The Morning After.
The Morning After mulai mengirim beberapa demonya ke beberapa perusahaan rekaman pada tahun 2005. Dua tahun berlalu, 2007 menjadi titik awal yang cerah. The Morning After berhasil menjuarai kompetisi band indie nasional dan masuk dalam album kompilasi dengan single “Quatro” yang menjadikan nama The Morning After dikenal secara nasional. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Lil’Fish Records menawarkan kontrak untuk full album dan menjadi penawaran yang tidak disia-siakan oleh The Morning After. 30 Mei 2008, album pertama The Morning After, ANOTHER DAY LIKE TODAY, dilempar kepasaran dengan Universal Music Indonesia sebagai distributor.
Single pertama yang berjudul Dengar dan Diam cukup memberi penyegaran pasar musik Indonesia, sehingga majalah ”Rolling Stones” menobatkan The Morning After sebagai "Artist To Watch 2008". Tak berhenti sampai disitu, pada April 2009, The Morning After masuk dalam nominasi Karya Produksi Alternatif Terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia 2009 (AMI Awards 2009).
Bukannya tanpa hambatan dan kendala, masalah tetap silih berganti menerpa The Morning After. Pada pertengan 2009, management band mengalami masalah yang menyebabkan pergerakan The Morning After sempat terhambat. Kebuntuan penyelesaian membuat Band memutuskan untuk vakum selama 1 tahun. Selama vakum tersebut akhirnya, Pramudia Ananta sang Gitaris memutuskan untuk bekerja di kota yang terpisah dari personel lainnya. Sehingga dapat dikatakan sejak saat itu The Morning After hanya berjalan dengan 3 orang personel. Tidak pernah ada keputusan untuk keluar dari band dari Pramudia Ananta atau keputusan sebaliknya dari pihak band.
Pada awal 2011 The Morning After kembali masuk studio untuk menyusun materi-materi baru yang di peruntukkan untuk album ke dua nantinya. Ini adalah awal kembalinya The Morning after. Dan kabar terakhir yang cukup membanggakan adalah sudah ada obrolan dengan sebuah label musik nasional untuk album kedua. Hingga profile ini di update, The Morning After dalam tahap pematangan materi. Ada beberapa momentum penting lainnya ketika The Morning After didaulat menjadi salah satu pengisi dalam Festival Musik Terbesar di Asia Tenggara, Java Rockingland 2011.
The Morning After berharap kedepan mampu bertahan dan berkembang menjadi lebih baik, tetap menghasilkan musik-musik berkualitas dan menjadikan musik Indonesia lebih berwarna.
DISKOGRAFI
ANOTHER DAY LIKE TODAY