Kapanlagi.com - Hidup ini penuh dengan momen yang bisa membuat hati kita bergetar, bahkan hingga meneteskan air mata. Ada kalanya kita menangis karena kesedihan, haru, atau rasa kecewa yang mendalam. Namun, tahukah Anda bahwa dalam Islam, menangis bukanlah sesuatu yang dilarang? Justru, Nabi Muhammad SAW pun pernah meneteskan air mata dalam berbagai situasi.
Seperti yang diungkapkan dalam Al-Quran, "Dan sesungguhnya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis," (QS. An-Najm: 43). Ini menunjukkan bahwa tangisan adalah bagian dari fitrah manusia. Namun, penting untuk diingat bahwa menangis sebaiknya tidak berlarut-larut atau berlebihan, apalagi sampai menjauhkan kita dari Allah. Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan, termasuk dalam mengekspresikan perasaan.
Berdasarkan berbagai sumber, berikut adalah empat jenis tangisan yang sebaiknya kita hindari, karena dapat mendatangkan murka Allah. Mari simak dan renungkan agar kita bisa lebih bijak dalam meluapkan emosi, seperti yang dilansir Kapanlagi.com dari berbagai sumber (15/11).
Jangan biarkan air mata mengalir karena kehilangan harta duniawi, karena cinta berlebihan pada harta hanya akan menjadikan kita tamak dan melupakan bahwa semua itu hanyalah titipan sementara dari Sang Pemilik.
Ketika anda mengalami kehilangan, anggaplah itu sebagai momen di mana Allah sedang mengambil kembali apa yang telah Dia percayakan kepada kita. Ingatlah, harta bukanlah segalanya ada nilai yang lebih abadi yang seharusnya kita utamakan.
Mencintai seseorang adalah anugerah yang indah, karena cinta itu sendiri tumbuh dengan izin Allah SWT. Namun, kita perlu bijak dalam mencintai jangan sampai cinta itu membuat kita terpuruk dalam kesedihan yang berkepanjangan setelah kehilangan.
Biarlah air mata kita mengalir sebagai ungkapan cinta kepada Sang Pencipta, bukan kepada makhluk yang bisa menyakiti hati dan membawa luka.
Dalam ajaran Islam, menangis atas kehilangan orang tercinta diperbolehkan, asalkan dilakukan dengan cara yang wajar dan tanpa suara keras, apalagi meratap.
Meratapi, yang dikenal sebagai niyahah, adalah tindakan menangis disertai keluhan dan jeritan, yang seharusnya dihindari karena kematian adalah bagian dari takdir Allah SWT. Praktik niyahah ini dilarang dan dianggap sebagai dosa besar, bahkan pelakunya akan menghadapi ancaman siksaan di akhirat.
Sebagaimana dinyatakan dalam hadis, orang yang meratapi dengan cara ini akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan mengenakan pakaian yang berlumuran cairan tembaga dan mantel yang penuh penyakit gatal, sebagai peringatan akan konsekuensi dari tindakan tersebut.
Orang munafik tak pernah merasakan kedalaman tangis sejati. Dalam sebuah hadis, ditanyakan, "Apakah orang munafik bisa menangis?" Dan jawabannya tegas, "Hanya air mata yang terlihat di wajahnya, sementara hatinya tetap beku." Tangisan yang mereka tunjukkan hanyalah sebuah sandiwara, pura-pura merasakan kesedihan tanpa ada sedikit pun empati di dalam hati.
Contohnya, saat mereka berpura-pura menangis ketika membaca Al-Qur'an, semua itu demi menarik perhatian orang lain, sebuah tindakan riya yang seharusnya dihindari. Mari biarkan tangisan sejati mengalir dari kedalaman hati kita, agar makna ayat-Nya dapat menyentuh jiwa.