Kapanlagi.com - Asparagus merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak diminati pasar ekspor. Sayuran ini dikenal sebagai tanaman yang rendah kalori, tidak mengandung kolesterol, dan sangat rendah sodium. Menanam asparagus di rumah bisa menjadi pilihan tepat karena tanaman ini dapat dipanen berkali-kali setelah sekali tanam.
Keunggulan asparagus tidak hanya terletak pada nilai gizinya yang tinggi, tetapi juga pada prospek bisnisnya yang menjanjikan. Target pasar asparagus biasanya adalah restoran dan hotel mewah, bahkan banyak diekspor ke luar negeri dengan harga yang cukup mahal. Memahami cara menanam asparagus dengan benar akan membantu menghasilkan panen berkualitas.
Melansir dari Cybex Kementerian Pertanian RI, asparagus merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6, kalsium, magnesium, seng, serat, protein, vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin K, thiamin, riboflavin, rutin, niacin, asam folat, besi, fosfor, kalium, tembaga, mangan, dan selenium. Kandungan nutrisi yang lengkap ini menjadikan asparagus sebagai sayuran fungsional yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Tahap awal dalam cara menanam asparagus adalah mempersiapkan bibit yang berkualitas. Pembibitan asparagus dapat dilakukan melalui tiga metode, yaitu secara vegetatif dengan kultur jaringan, anakan yang berasal dari tunas maupun setek, serta secara generatif dari biji. Dari ketiga metode tersebut, pembibitan dari biji dianggap lebih baik dan paling sering digunakan oleh petani.
Untuk lahan seluas 1 hektar, diperlukan sekitar 600 gram bibit asparagus. Asparagus merupakan tanaman yang ditanam secara tidak langsung melalui persemaian terlebih dahulu. Proses persemaian ini memerlukan perhatian khusus agar bibit yang dihasilkan berkualitas dan siap untuk dipindahkan ke lahan tanam.
Dalam pembibitan dengan biji, terdapat beberapa tahapan penting yang harus dilakukan. Pertama, pilih lahan persemaian yang memiliki drainase baik, bukan bekas lahan tanaman asparagus, dengan tanah yang gembur, subur, dan berpasir. Bedengan tempat persemaian perlu diolah tanahnya dengan baik, diberi pupuk dasar dan Furadan 3G untuk menghindari serangan hama sejak awal.
Benih yang akan disemaikan harus direndam terlebih dahulu dalam air dingin pada suhu 27 derajat celcius selama 24 sampai 48 jam. Selama proses perendaman, air perlu diganti dua sampai tiga kali untuk menjaga kualitas benih. Biji yang mengambang pada saat perendaman harus dibuang karena kemungkinan besar tidak akan berkecambah dengan baik.
Setelah proses perendaman selesai, benih siap untuk disemai pada bedengan yang telah disiapkan. Buat bedengan dengan lebar 120 cm, tinggi 20 sampai 25 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 cm. Ukuran bedengan ini penting untuk memastikan drainase yang baik dan memudahkan perawatan bibit.
Benih disemai pada tanah dengan jarak tanam 15 x 10 cm dan kedalaman sekitar 2,5 cm. Setiap lubang tanam hanya diisi dengan satu biji asparagus untuk menghindari persaingan nutrisi antar bibit. Setelah benih ditanam, tutup permukaan tanah dengan jerami atau sekam kemudian siram secukupnya untuk menjaga kelembapan media tanam.
Perawatan persemaian meliputi pencegahan hama dan penyakit yang harus dilakukan seawal mungkin. Pemupukan susulan dengan urea dilakukan setiap 20 sampai 30 hari sekali untuk mendukung pertumbuhan bibit yang optimal. Penyiangan gulma juga perlu dilakukan secara rutin karena asparagus tidak menoleransi keberadaan gulma di sekitarnya.
Transplanting atau pemindahan bibit dilakukan setelah bibit berumur lima sampai enam bulan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam transplanting adalah memilih bibit yang sehat, bibit yang dicabut harus segera ditanam, dan sebelum penanaman akar dipotong dengan menyisakan 20 cm, serta pucuk tanaman dipangkas hingga tinggi tanaman hanya sekitar 20 cm.
Pemeliharaan tanaman asparagus merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya sayuran ini. Beberapa aspek pemeliharaan yang perlu diperhatikan meliputi pembumbunan, pemangkasan, pengairan, pemupukan susulan, dan pengelolaan hama serta penyakit. Setiap aspek memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal.
Pembumbunan dilakukan apabila tunas sudah mulai tumbuh. Kegiatan ini bertujuan untuk menutup akar tanaman yang muncul ke permukaan tanah dan memperdalam parit pada musim hujan karena asparagus tidak menyukai genangan air. Pembumbunan yang tepat akan membantu tanaman tumbuh lebih kokoh dan produktif.
Pemangkasan dilakukan setelah induk tanaman membentuk 8 sampai 10 batang, kemudian selebihnya dipangkas. Setelah mendekati masa panen, batang yang dipelihara cukup 3 sampai 5 batang saja. Pemangkasan juga dilakukan pada cabang dan batang yang terserang hama atau penyakit untuk mencegah penyebaran ke bagian tanaman yang sehat.
Pengairan dilakukan dengan cara menggenangi parit setinggi setengah dari tinggi parit, tunggu hingga air meresap sampai atas, kemudian sisa air dibuang. Pada musim kemarau, irigasi dilakukan minimal setiap seminggu sekali. Penyiraman harus dilakukan secara teratur namun tidak berlebihan agar tidak terjadi genangan yang dapat merusak akar tanaman.
Pemupukan susulan merupakan bagian penting dalam cara menanam asparagus yang berhasil. Selain pupuk susulan rutin, setiap tahun juga dilakukan pemupukan berkala atau pemupukan berat seperti saat pertama kali tanam. Pada saat tersebut, tidak dilakukan panen selama tiga sampai empat minggu sebagai fase istirahat tanaman dan dilakukan seleksi induk.
Pupuk susulan diberikan dengan cara membuat parit sepanjang barisan berjarak 20 cm dari tanaman dengan kedalaman parit 15 cm, kemudian pupuk dicampur dan ditutup dengan tanah. Pupuk susulan kimia diberikan setiap bulan, sedangkan pupuk kandang diberikan setiap 3 bulan sekali. Rotasi pemupukan ini membantu menjaga ketersediaan nutrisi bagi tanaman secara berkelanjutan.
Pengelolaan hama dan penyakit harus dilakukan sejak awal untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Tanaman induk yang mati karena terkena hama atau penyakit harus segera dipotong dan diganti dengan cara membesarkan batang yang tumbuh normal. Hama yang sering dijumpai adalah ulat grayak dan ulat tanah yang biasanya menyerang selama periode transisi musim kemarau ke musim hujan.
Penyakit yang menyerang asparagus umumnya berasal dari golongan jamur. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik selama serangan belum terlalu berat, seperti dengan membuang bagian tanaman yang terserang. Aplikasi pestisida dilakukan jika serangan sudah cukup berat, dengan mengutamakan penggunaan pestisida organik seperti ekstrak daun tembakau yang lebih aman bagi lingkungan.
Asparagus dapat dipanen rebungnya pada umur empat sampai lima bulan setelah transplanting. Asparagus hijau yang dipanen adalah tunas yang sudah muncul di atas tanah dengan kondisi pucuk yang masih kuncup. Pemanenan pada waktu yang tepat akan menghasilkan asparagus dengan kualitas terbaik, baik dari segi rasa maupun tekstur.
Panen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mencabut dan memangkas batang muda. Dari kedua cara tersebut, memangkas batang muda merupakan cara yang lebih baik karena tidak merusak sistem perakaran tanaman yang dijadikan indukan. Teknik pemangkasan yang tepat akan memungkinkan tanaman terus menghasilkan tunas baru untuk panen berikutnya.
Jika panen pertama dilakukan pada umur 4 bulan setelah pindah tanam, maka panen kedua dapat dilakukan pada umur 5 bulan dengan interval panen 2 hari sekali. Pada bulan keenam dan seterusnya, asparagus dapat dipanen setiap hari. Frekuensi panen yang tinggi ini menjadikan asparagus sebagai tanaman yang sangat produktif dan menguntungkan.
Pada tahun pertama penanaman, tombak asparagus biasanya direkomendasikan untuk tidak dipanen terlebih dahulu dan dibiarkan tumbuh menjadi pakis, atau dipanen hanya selama 2 minggu. Hal ini bertujuan untuk menguatkan sistem perakaran tanaman sehingga pada tahun-tahun berikutnya dapat menghasilkan panen yang lebih melimpah dan berkualitas.
Asparagus dapat dipanen untuk pertama kalinya pada umur 4-5 bulan setelah transplanting atau pemindahan bibit ke lahan tanam. Namun, pada tahun pertama penanaman disarankan untuk tidak memanen terlalu banyak agar sistem perakaran tanaman menjadi kuat. Panen optimal biasanya baru dapat dilakukan pada tahun kedua setelah penanaman.
Ya, asparagus dapat ditanam di dalam pot atau polybag meskipun biasanya lebih direkomendasikan untuk ditanam di tanah. Gunakan pot berukuran besar dengan kedalaman minimal 30 cm dan pastikan pot memiliki lubang drainase yang baik. Media tanam yang digunakan harus berupa campuran tanah subur dan pupuk organik dengan perbandingan yang tepat.
Bibit asparagus yang berkualitas dapat dilihat dari kondisi fisiknya yang sehat, tidak layu, dan bebas dari hama penyakit. Jika membeli bibit mahkota atau akar tanaman, pilih yang masih terlihat tegak dan segar, tidak lembek atau busuk. Untuk bibit dari biji, pastikan biji tidak mengambang saat direndam dalam air karena biji yang mengambang biasanya tidak akan berkecambah dengan baik.
Setelah tanaman asparagus mencapai usia produktif, panen dapat dilakukan hampir setiap hari karena tunas baru akan terus bermunculan. Pada bulan keenam setelah transplanting, asparagus sudah dapat dipanen setiap hari. Dengan perawatan yang baik, satu tanaman asparagus dapat terus berproduksi selama bertahun-tahun dengan panen yang berkelanjutan.
Tanah yang paling cocok untuk budidaya asparagus adalah tanah podsolik merah kuning, tanah latosol, dan tanah andosol. Ketiga jenis tanah ini memiliki karakteristik gembur, subur, berpasir, dan memiliki drainase yang baik. Asparagus tidak menyukai tanah yang tergenang air, sehingga drainase yang baik menjadi faktor penting dalam pemilihan lahan.
Pengendalian hama dan penyakit pada asparagus dimulai dengan pencegahan sejak awal melalui sanitasi lahan dan pemilihan bibit yang sehat. Jika serangan masih ringan, lakukan pengendalian secara mekanik dengan membuang bagian tanaman yang terserang. Untuk serangan yang lebih berat, gunakan pestisida organik seperti ekstrak daun tembakau yang lebih aman bagi lingkungan dan kesehatan.
Setelah panen, tanaman asparagus memerlukan pemupukan susulan untuk menggantikan nutrisi yang terserap. Lakukan pemangkasan pada batang yang sudah tidak produktif dan biarkan beberapa batang tumbuh menjadi pakis untuk memperkuat sistem perakaran. Setiap tahun, berikan fase istirahat selama 3-4 minggu tanpa panen sambil melakukan pemupukan berat untuk meremajakan tanaman.