Kapanlagi.com - Kain ihram merupakan pakaian khusus yang dikenakan oleh jamaah haji dan umrah sebagai simbol kesucian dan kesetaraan di hadapan Allah SWT. Memahami cara menggunakan kain ihram dengan benar adalah langkah penting untuk memastikan ibadah berjalan sesuai syariat Islam.
Bagi jamaah yang baru pertama kali menunaikan ibadah haji atau umrah, mengenakan kain ihram mungkin terasa asing dan memerlukan latihan. Namun dengan panduan yang tepat, proses ini dapat dilakukan dengan mudah dan nyaman.
Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang cara menggunakan kain ihram, mulai dari persiapan hingga tata cara pemakaian yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Melansir dari bpkh.go.id, ihram bukan hanya sekadar mengenakan pakaian khusus, tetapi merupakan niat untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah yang kemudian diikuti dengan melakukan amalan-amalan ibadah tersebut.
Secara etimologi, ihram memiliki arti menahan atau melarang. Sedangkan secara syariat, ihram adalah niat untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah yang kemudian diikuti dengan melakukan amalan-amalan haji atau umrah. Ihram menandai dimulainya rangkaian ibadah dan merupakan salah satu rukun yang tidak boleh ditinggalkan.
Kain ihram untuk laki-laki terdiri dari dua lembar kain putih yang tidak dijahit, satu untuk bagian bawah (izar) dan satu untuk bagian atas (rida). Sementara untuk perempuan, pakaian ihram adalah pakaian yang menutup seluruh aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Kesederhanaan pakaian ini melambangkan kesetaraan semua umat Muslim di hadapan Allah SWT, tanpa memandang status sosial atau kekayaan.
Jamaah haji atau umrah yang sedang dalam keadaan ihram harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dilarang, seperti memburu hewan, menggunakan wewangian pada pakaian, memotong kuku atau rambut, dan melakukan maksiat lainnya. Apabila melanggar larangan-larangan yang sudah ditentukan, maka wajib membayar kafarat atau denda.
Ihram dimulai dari miqat yang sudah ditentukan sesuai wilayah dan diakhiri dengan melakukan tahallul, yakni memotong rambut minimal tiga helai. Bagi jamaah Indonesia, miqat biasanya dimulai dari Jeddah sebelum menuju ke Mekkah.
Sebelum mengenakan kain ihram, ada beberapa persiapan penting yang harus dilakukan. Persiapan ini merupakan bagian dari sunnah yang dianjurkan untuk menyempurnakan ibadah. Langkah pertama adalah membersihkan diri dengan melakukan mandi sunnah ihram, mencukur kumis, bulu ketiak, dan bulu kemaluan, serta memotong kuku.
Setelah membersihkan diri, jamaah dianjurkan untuk menggunakan wewangian atau parfum pada tubuh, seperti kepala, jenggot, dan ketiak. Namun perlu diingat, wewangian hanya boleh digunakan pada tubuh, bukan pada kain ihram. Mengutip dari bpkh.go.id, Aisyah ra. pernah berkata: "Aku memakaikan wangi-wangian kepada Nabi untuk ihramnya sebelum berihram, dan halalnya sebelum thawaf di Kabah."
Langkah berikutnya adalah menunaikan shalat sunnah ihram dua rakaat. Pada rakaat pertama membaca surah Al Fatihah dan Al Kafirun, kemudian rakaat kedua membaca Al Fatihah dan Al Ikhlas. Shalat ini sebaiknya dilakukan setelah shalat fardhu jika waktunya bertepatan, atau dapat dilakukan secara tersendiri.
Setelah semua persiapan selesai, jamaah siap untuk mengenakan kain ihram dan membaca niat ihram. Persiapan yang matang akan membantu jamaah merasa lebih nyaman dan khusyuk dalam menjalankan ibadah.
Cara menggunakan kain ihram untuk laki-laki memerlukan teknik khusus agar kain tidak mudah lepas selama beraktivitas. Berikut adalah langkah-langkah lengkapnya:
Jamaah laki-laki tidak diperbolehkan mengenakan pakaian berjahit seperti kaus, celana, atau pakaian dalam selama dalam keadaan ihram. Kepala juga tidak boleh ditutupi dengan topi, peci, atau penutup kepala lainnya. Namun, menggunakan ikat pinggang atau sabuk untuk mengencangkan kain diperbolehkan dan tidak termasuk pakaian berjahit yang dilarang.
Cara menggunakan kain ihram untuk perempuan berbeda dengan laki-laki. Perempuan mengenakan pakaian yang menutup seluruh aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Berikut panduannya:
Perempuan yang sedang haid atau nifas tetap dianjurkan untuk mandi sunnah ihram dan mengenakan pakaian ihram. Mereka tetap dapat memasuki keadaan ihram meskipun tidak dapat melakukan tawaf hingga suci kembali. Melansir dari bpkh.go.id, kebersihan dan kesucian menjadi syarat mutlak dalam setiap ibadah, termasuk dalam melaksanakan rukun haji dan umrah.
Setelah mengenakan kain ihram dan membaca niat, jamaah memasuki keadaan ihram yang memiliki berbagai larangan. Memahami larangan ini penting untuk menjaga kesempurnaan ibadah:
Jika melanggar larangan-larangan tersebut, jamaah wajib membayar dam atau denda, yakni dengan menyembelih seekor kambing, berpuasa tiga hari, atau memberi makan enam orang miskin. Ketentuan ini sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 196.
Selama menjalankan ibadah haji atau umrah, jamaah mungkin perlu merawat atau mengganti kain ihram. Berikut beberapa tips praktis yang perlu diketahui:
Jamaah diperbolehkan mencuci kain ihram jika kotor atau berkeringat. Setelah dicuci, kain dapat dikenakan kembali atau diganti dengan kain ihram yang baru. Tidak ada larangan untuk berganti kain ihram selama masih dalam keadaan ihram, asalkan kain pengganti memenuhi syarat yang sama.
Jika kain ihram robek atau rusak, segera ganti dengan kain yang baru. Pastikan kain pengganti juga berwarna putih dan tidak dijahit. Membawa kain ihram cadangan adalah langkah bijak untuk mengantisipasi situasi darurat.
Untuk menjaga kain tetap bersih, hindari tempat-tempat yang kotor atau berdebu. Saat makan atau minum, berhati-hatilah agar makanan atau minuman tidak tumpah pada kain. Jika terkena najis, segera cuci bagian yang terkena najis tersebut.
Menggunakan ikat pinggang atau sabuk khusus ihram sangat membantu menjaga kain bagian bawah tetap kencang dan tidak mudah melorot. Sabuk ini dapat dibeli di toko-toko perlengkapan haji atau dibawa dari tanah air. Pastikan sabuk tidak mengandung logam atau bahan yang dilarang.
Saat tidur, jamaah tetap harus mengenakan kain ihram. Gunakan selimut atau kain tambahan jika udara dingin, tetapi pastikan kain ihram tetap terpasang dengan benar. Jika kain terlepas saat tidur, segera kenakan kembali dengan cara yang benar.
Bagi jamaah yang kesulitan mengenakan kain ihram karena kondisi kesehatan tertentu, seperti sakit atau lanjut usia, diperbolehkan meminta bantuan orang lain. Jika benar-benar tidak mampu mengenakan kain ihram, jamaah dapat mengenakan pakaian biasa dan wajib membayar fidyah sesuai ketentuan syariat.
Untuk laki-laki, tidak diperbolehkan mengenakan pakaian dalam atau celana dalam selama dalam keadaan ihram karena termasuk pakaian berjahit yang dilarang. Namun, untuk perempuan diperbolehkan mengenakan pakaian dalam asalkan tertutup oleh pakaian ihram yang longgar dan menutup aurat.
Jika kain ihram terlepas, segera kenakan kembali dengan cara yang benar. Tidak ada denda atau kafarat untuk hal ini, namun usahakan untuk selalu memastikan kain terpasang dengan kuat menggunakan ikat pinggang atau sabuk agar tidak mudah lepas.
Meskipun sangat dianjurkan menggunakan kain ihram berwarna putih sesuai sunnah Rasulullah SAW, namun secara syariat tidak ada kewajiban mutlak. Yang terpenting adalah kain tidak dijahit dan memenuhi syarat menutup aurat. Namun, warna putih melambangkan kesucian dan kesetaraan sehingga lebih utama.
Ya, boleh menggunakan sandal jepit atau sandal terbuka asalkan bagian atas kaki dan jari-jari kaki tidak tertutup sepenuhnya. Sandal yang digunakan sebaiknya nyaman untuk berjalan jauh karena jamaah akan banyak berjalan selama ibadah haji atau umrah.
Ya, perempuan dianjurkan bahkan diwajibkan mengenakan kaos kaki untuk menutupi kaki selama dalam keadaan ihram. Berbeda dengan laki-laki yang harus membiarkan bagian atas kaki terbuka, perempuan harus menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
Jika kain terlalu panjang, lipat bagian atas kain saat melilit di pinggang agar panjangnya sesuai. Pastikan kain tidak menyentuh tanah atau melewati mata kaki. Jika terlalu pendek dan tidak menutup aurat dengan sempurna, sebaiknya ganti dengan kain yang ukurannya lebih sesuai untuk menghindari terbukanya aurat.
Tidak ada perbedaan dalam cara menggunakan kain ihram antara haji dan umrah. Tata cara, syarat, dan larangan ihram berlaku sama untuk kedua ibadah tersebut. Yang membedakan hanya rangkaian ibadah setelah ihram dan durasi waktu berada dalam keadaan ihram, dimana haji memiliki rangkaian yang lebih panjang dibandingkan umrah.