Nama Rumah Adat Bali: Mengenal Kekayaan Arsitektur Tradisional Pulau Dewata


Showbiz | Jum'at, 10 Oktober 2025 09:40
Editor : Chiara Mahardika Kinanti Sarono

Kapanlagi.com - Bali dikenal sebagai pulau yang kaya akan budaya dan tradisi, termasuk dalam hal arsitektur tradisionalnya. Nama rumah adat Bali mencerminkan kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun selama berabad-abad.

Setiap bagian dari rumah adat Bali memiliki fungsi dan makna filosofis yang mendalam. Arsitektur tradisional Bali tidak hanya memperhatikan aspek estetika, tetapi juga nilai-nilai spiritual dan sosial masyarakat Hindu Bali.

Mengutip dari Pedoman Pengelolaan Sampah Berbasis Desa Adat yang diterbitkan oleh Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, Desa Adat di Bali adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki wilayah, kedudukan, susunan asli, hak-hak tradisional, harta kekayaan sendiri, tradisi, tata krama pergaulan hidup masyarakat secara turun temurun dalam ikatan tempat suci.

1 dari 6 halaman

1. Pengertian dan Filosofi Rumah Adat Bali

Pengertian dan Filosofi Rumah Adat Bali (c) Ilustrasi AI

Rumah adat Bali merupakan wujud arsitektur tradisional yang dibangun berdasarkan konsep filosofi Tri Hita Karana. Konsep ini mengajarkan tentang keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam lingkungan. Setiap nama rumah adat Bali memiliki makna dan fungsi yang spesifik dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali.

Pembangunan rumah adat Bali mengikuti pedoman Asta Kosala Kosali, yaitu aturan membangun rumah dalam masyarakat Bali yang menentukan luas dan tata letak ruangan. Konsep ini memastikan bahwa setiap bagian rumah memiliki fungsi yang optimal dan selaras dengan nilai-nilai budaya setempat.

Arsitektur rumah adat Bali juga menerapkan konsep Tri Angga yang membagi bangunan menjadi tiga bagian: kepala (atap), badan (dinding), dan kaki (pondasi). Pembagian ini mencerminkan konsep kosmologi Hindu yang memandang alam semesta terdiri dari tiga tingkatan: Bhur Loka (dunia bawah), Bhuwah Loka (dunia tengah), dan Swah Loka (dunia atas).

Selain itu, penataan ruang dalam rumah adat Bali menggunakan konsep Sanga Mandala atau Nawa Sanga, yaitu pembagian ruang menjadi sembilan bagian yang masing-masing memiliki fungsi dan makna spiritual tersendiri. Konsep ini memastikan bahwa energi positif dapat mengalir dengan baik di seluruh bagian rumah.

2. Daftar Nama Rumah Adat Bali dan Fungsinya

Daftar Nama Rumah Adat Bali dan Fungsinya (c) Ilustrasi AI

Rumah adat Bali terdiri dari berbagai bagian yang memiliki nama dan fungsi spesifik. Setiap nama rumah adat Bali mencerminkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Berikut adalah daftar lengkap nama-nama rumah adat Bali beserta penjelasannya:

1. Angkul-Angkul: Berfungsi sebagai pintu masuk utama yang berbentuk seperti Candi Bentar. Bagian ini memiliki atap penghubung yang terbuat dari rumput kering atau genteng dengan ukiran indah pada dindingnya.
2. Aling-Aling: Merupakan dinding pembatas setinggi 150 cm yang berfungsi sebagai pembatas antara bagian luar dan dalam rumah. Aling-aling dipercaya dapat membawa energi positif dan menjaga privasi penghuni.
3. Bale Manten: Diperuntukkan bagi kepala keluarga atau anak perempuan yang belum menikah. Berbentuk persegi panjang dengan dua ruangan (bale kanan dan bale kiri) yang terletak di sebelah utara bangunan utama.
4. Bale Dauh: Berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan tempat tidur anak remaja laki-laki. Terletak di bagian barat rumah dengan jumlah tiang yang bervariasi, seperti sakenem (6 tiang), sakutus (8 tiang), atau sangasari (9 tiang).
5. Bale Sekapat: Tempat berkumpul dan bersantai keluarga yang memiliki empat tiang penyangga dengan atap berbentuk pelana. Filosofinya adalah menciptakan keharmonisan dan keakraban dalam keluarga.
6. Bale Gede: Ruangan terbesar yang berfungsi sebagai tempat perayaan upacara adat bersama keluarga dan masyarakat. Biasanya berbentuk persegi panjang dengan 12 tiang penyangga.
7. Klumpu Jineng: Bangunan panggung yang berfungsi sebagai lumbung padi dengan atap dan dinding dari jerami kering. Struktur tinggi melindungi gabah dari kelembaban dan jamur.
8. Pura Keluarga: Tempat ibadah keluarga yang wajib dimiliki setiap rumah tangga Bali. Terletak di area timur laut rumah dan juga disebut pamerajan atau sanggah.
9. Pawarengan: Berfungsi sebagai dapur dengan dua ruangan: satu untuk memasak dan satu untuk menyimpan makanan serta peralatan dapur. Terletak di sebelah selatan atau barat laut rumah.
10. Lumbung: Tempat penyimpanan bahan makanan pokok seperti beras, jagung, dan sayuran. Ukurannya lebih kecil dari Bale dan terpisah dari bangunan utama.

3. Ciri Khas dan Keunikan Arsitektur Rumah Adat Bali

Ciri Khas dan Keunikan Arsitektur Rumah Adat Bali (c) Ilustrasi AI

Nama rumah adat Bali tidak hanya menunjukkan fungsi, tetapi juga mencerminkan ciri khas arsitektur yang unik. Setiap bagian rumah memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari arsitektur daerah lain di Indonesia.

Ciri khas utama rumah adat Bali terlihat dari penggunaan pola massa Sanga Mandala atau Konsep Nata dalam penataan ruang. Bahan bangunan yang digunakan umumnya berasal dari alam, seperti kayu, bambu, batu, dan tanah liat. Bentuk atap menggunakan konsep limasan yang berbentuk segitiga, menyerupai destar atau udeng (topi khas Bali).

Ornamen dan ukiran pada rumah adat Bali juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Motif Pepatran yang berupa bunga-bunga patra sari sering diukir pada tiang-tiang dan blandar. Setiap ukiran tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga sebagai media penyampaian nilai-nilai spiritual dan budaya.

Material bangunan dalam rumah adat Bali juga mencerminkan strata sosial masyarakat. Masyarakat kalangan atas biasanya menggunakan bata merah sebagai material utama, sedangkan masyarakat kelas menengah ke bawah menggunakan tanah liat dan bambu.

4. Makna Filosofis dalam Setiap Nama Rumah Adat Bali

Makna Filosofis dalam Setiap Nama Rumah Adat Bali (c) Ilustrasi AI

Setiap nama rumah adat Bali mengandung makna filosofis yang berkaitan dengan kehidupan spiritual dan sosial masyarakat Hindu Bali. Filosofi Tri Hita Karana menjadi landasan utama dalam penamaan dan fungsi setiap bagian rumah.

Angkul-Angkul sebagai pintu masuk memiliki makna sebagai tempat penyucian diri sebelum memasuki rumah. Melewati Angkul-Angkul dianggap sebagai proses meninggalkan energi negatif di luar dan membawa energi positif ke dalam rumah.

Aling-Aling tidak hanya berfungsi sebagai pembatas fisik, tetapi juga sebagai filter energi yang melindungi penghuni rumah dari pengaruh negatif. Keberadaan Aling-Aling mencerminkan konsep perlindungan spiritual dalam budaya Bali.

Pura Keluarga sebagai tempat ibadah menunjukkan pentingnya hubungan vertikal dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan pura di setiap rumah menegaskan bahwa spiritualitas adalah bagian integral dari kehidupan masyarakat Bali.

Bale Gede sebagai tempat berkumpul masyarakat mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan. Ruang ini menjadi simbol hubungan horizontal antarmanusia yang harmonis dalam konsep Tri Hita Karana.

5. Tradisi dan Ritual dalam Pembangunan Rumah Adat Bali

Tradisi dan Ritual dalam Pembangunan Rumah Adat Bali (c) Ilustrasi AI

Pembangunan rumah adat Bali tidak hanya melibatkan aspek teknis, tetapi juga ritual dan tradisi yang sakral. Sebelum membangun rumah, masyarakat Bali melakukan berbagai upacara untuk memohon restu dan keselamatan.

Upacara Nasarin atau peletakan batu pertama dilakukan sebagai bentuk permintaan restu kepada bumi agar rumah menjadi kuat dan tahan lama. Ritual ini mencerminkan penghormatan terhadap alam sebagai bagian dari filosofi Tri Hita Karana.

Ritual Prayascita juga dilakukan untuk memohon keselamatan para pekerja bangunan. Upacara ini menunjukkan perhatian masyarakat Bali terhadap kesejahteraan sesama manusia dalam setiap aktivitas kehidupan.

Pemilihan hari baik untuk memulai pembangunan juga menjadi bagian penting dalam tradisi Bali. Perhitungan berdasarkan kalender Bali (Pawukon) dilakukan untuk memastikan bahwa pembangunan dimulai pada waktu yang tepat dan membawa berkah.

Setelah rumah selesai dibangun, dilakukan upacara Melaspas sebagai ritual penyucian dan pemberkatan rumah. Upacara ini menandai bahwa rumah telah siap dihuni dan dilindungi oleh kekuatan spiritual yang positif.

6. FAQ (Frequently Asked Questions)

FAQ (Frequently Asked Questions) (c) Ilustrasi AI

1. Apa saja nama rumah adat Bali yang paling penting?

Nama rumah adat Bali yang paling penting meliputi Angkul-Angkul sebagai pintu masuk, Pura Keluarga sebagai tempat ibadah, Bale Manten untuk kepala keluarga, Bale Dauh untuk tamu, dan Pawarengan sebagai dapur. Setiap bagian memiliki fungsi vital dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.

2. Mengapa setiap rumah Bali harus memiliki Pura Keluarga?

Pura Keluarga wajib ada di setiap rumah Bali karena mencerminkan hubungan spiritual dengan Tuhan dalam filosofi Tri Hita Karana. Pura ini menjadi tempat pemujaan leluhur dan pelaksanaan ritual keagamaan sehari-hari yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Hindu Bali.

3. Apa perbedaan antara Bale Manten dan Bale Dauh?

Bale Manten diperuntukkan bagi kepala keluarga atau anak perempuan yang belum menikah dan terletak di utara bangunan utama, sedangkan Bale Dauh berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan tempat tidur anak laki-laki remaja yang terletak di barat rumah dengan ketinggian lantai lebih rendah.

4. Bagaimana konsep Tri Hita Karana diterapkan dalam rumah adat Bali?

Konsep Tri Hita Karana diterapkan melalui penataan ruang yang memperhatikan hubungan dengan Tuhan (Pura Keluarga), hubungan antarmanusia (Bale Gede untuk berkumpul), dan hubungan dengan alam (penggunaan bahan alami dan orientasi bangunan sesuai arah mata angin).

5. Apa fungsi Aling-Aling dalam rumah adat Bali?

Aling-Aling berfungsi sebagai dinding pembatas yang melindungi privasi penghuni dan dipercaya dapat menyaring energi negatif. Tamu harus masuk melalui sisi kiri dan keluar melalui sisi kanan, mencerminkan aturan etika dalam memasuki rumah adat Bali.

6. Mengapa Klumpu Jineng dibuat dengan struktur panggung?

Klumpu Jineng dibuat dengan struktur panggung untuk melindungi gabah dari kelembaban, jamur, dan hama. Ketinggian bangunan memastikan sirkulasi udara yang baik sehingga hasil panen dapat disimpan dalam kondisi kering dan awet.

7. Apakah ada aturan khusus dalam membangun rumah adat Bali?

Ya, pembangunan rumah adat Bali harus mengikuti pedoman Asta Kosala Kosali yang mengatur tata letak, ukuran, dan orientasi bangunan. Selain itu, harus dilakukan ritual Nasarin sebelum pembangunan dan upacara Melaspas setelah rumah selesai sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi spiritual Bali.

(kpl/cmk)

Topik Terkait