Kos-kosan yang ditinggali Fahmi Bo tampak jauh dari kesan mewah, begitu sederhana dengan dinding yang catnya mulai mengelupas.

Ada sebuah kebun kecil yang menjadi area pemakaman. Area ini hanya dipisahkan oleh sebuah tembok dari kos-kosan Fahmi.

Terlihat juga beberapa motor yang diparkir berjajar di depan pintu-pintu kamar penghuni kos lantai satu.

Tangga curam menuju lantai dua membuat Fahmi hampir tidak bisa turun, sehingga kunjungan dokter dan terapis harus dilakukan di tempat.

Kamar mandi bersama yang letaknya di luar kamar juga jadi tantangan tersendiri untuk Fahmi yang kini sulit berjalan.

Namun, ia bersyukur masih ada teman yang selalu ada untuk membantunya saat dibutuhkan, termasuk saat harus ke kamar mandi.

Di dalam kamar yang ukurannya tak terlalu luas, hanya ada lemari kayu sederhana dan kasur tipis yang digelar di lantai.

Barang-barang terlihat menumpuk karena keterbatasan ruang, memperlihatkan betapa terbatasnya fasilitas yang ada.

Bahkan, sebagian peralatan dapur seperti rice cooker dan panci harus diletakkan di lantai bersebelahan dengan kasur.

Meskipun hidup seorang diri setelah berpisah dengan istri lima tahun lalu, Fahmi tetap tegar. Apalagi karena komunikasi dengan anak-anaknya kini mulai membaik.