Cerita Fuji Tentang Dirinya ADHD, Ungkap Dampaknya pada Karier dan Hidup
(credit: Instagram.com/fuji_an/)
Fuji baru-baru ini terbuka mengenai kondisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang telah ia alami. Influencer kondang ini menceritakan bagaimana gejala ADHD memengaruhi kehidupannya sehari-hari, mulai dari sulit fokus, mudah lupa, hingga kesulitan mengatur emosi.
Dalam podcast bersama Raditya Dika, Fuji jujur mengungkap bahwa kondisi tersebut sempat membuatnya kewalahan. Terutama ketika harus menjalani kesibukan di dunia hiburan yang menuntut konsentrasi tinggi. Selengkapnya cek di sini cerita Fuji yang alami ADHD.
Baca artikel lainnya dengan topik yang sama di Liputan6.com.
Fuji mengungkapkan bahwa sejak kecil ia sering lupa menaruh barang dan sulit fokus saat belajar. Hal ini menjadi gejala awal yang ia rasakan sebelum mengetahui idap ADHD. "Aku suka lupa taruh barang, suka lupa apa yang aku lakukan. Kalau belajar ramai-ramai enggak fokus." katanya.
Influencer kondang ini menjelaskan bahwa di masa remaja, sekitar usia 15-16 tahun, ia mulai memperhatikan isu kesehatan mental yang ramai dibicarakan di media sosial. Ia sempat menduga dirinya bipolar karena mengalami perubahan suasana hati ekstrem.
Saat mulai bekerja di dunia hiburan, Fuji merasakan kesulitannya semakin nyata. Salah satunya sulit fokus saat menghafal naskah. "Terus habis itu pas aku udah mulai bekerja aku masih belum tahu juga nih aku ADHD, tapi kok aku susah banget namanya ngafalin script aku fokus ke topik pembicaraan." jelasnya.
Fakta lainnya juga terungkap bahwa Fuji sangat menyukai cokelat hingga dapat makan sebanyak 10 batang dalam sehari. Namun, ia sadar bahwa kadar gula tinggi memperparah kondisi ADHD-nya.
"Dan itu ternyata enggak bagus untuk ADHD aku. Nah, dulu karena aku tidak mengerti, aku enggak tahulah sugar itu enggak bagus buat aku. Aku kira sugar itu malah bagus bikin nambah energi jadi aktif." terangnya. Akibatnya, Fuji sering tidur jam 4 atau 5 pagi dengan pola hidup yang tidak sehat.
Fuji akhirnya menemui psikolog atas bujukan sahabatnya. Awalnya ia menolak, merasa belum butuh bantuan. Setelah akhirnya datang, Fuji tidak langsung merasakan perubahan dan memerlukan beberapa kali konseling.
Dalam sesi ketiga dengan psikolog, Fuji menjalani tes dan mendapat penjelasan tentang gejala ADHD. Ia mengaku merasa lebih lega karena mulai memahami dirinya. "Terus aku bilang, "Aku enggak bisa fokus deh." Terus aku suka meledak-ledak. Dia bilang, "Oh, kamu kayaknya punya gejala ADHD", terus dijelasin." ujar Fuji.
Sejak itu, ia mulai mencari tahu lebih banyak dan berusaha menerima kondisinya. Setelah tahu penyebabnya, Fuji mulai mengurangi konsumsi gula dan mencoba menjalani hidup lebih teratur. Ia mengaku kini lebih santai dan berusaha tidak mempedulikan tekanan dari luar.
Fuji menegaskan bahwa orang dengan ADHD tetap normal, hanya perlu terapi. "Mereka normal kok. Heeh. Mereka tuh bukan gangguan mental yang kayak gimana-gimana, cuman ya mereka cuman butuh terapi aja sih." jelasnya.
Ikuti kabar terbaru selebriti hanya di Kapanlagi.com. Kalau bukan sekarang, KapanLagi?