Warung kecil itu seolah menjadi pesan tersirat dari almarhum agar keluarganya bisa tetap mandiri. Epy ingin memastikan bahwa istri dan anak-anaknya memiliki pegangan hidup meski ia sudah tidak ada lagi di sisi mereka.

"Dia ngasih warung kecil itu kayak meninggalkan, 'Ini loh buat bekal kalian' gitu. Nah tinggal sayanya bagaimana? Untuk menjalankan amanah beliau. Apakah bisa terus?" tutur Karina dengan mata berkaca-kaca.

Karina kini bertekad untuk bekerja keras demi melanjutkan hidup dan membiayai pendidikan putranya. Ia menyadari posisinya sekarang sebagai tulang punggung keluarga yang harus kuat dalam situasi apapun.

"Jadi ya, saya pastinya akan bekerja keras karena saya masih punya anak yang masih akan tetap mengejar pendidikan, sekolah. Kita harus hidup, harus makan, harus tetap bertahan dengan kondisi apapun. Dan ya saya akan menjadi tulang punggung untuk anak saya selama saya masih sehat," tegasnya.

Mengenai persiapan masa depan, Karina mengakui bahwa suaminya memiliki karakter yang unik soal finansial. Epy dikenal sebagai sosok yang menjalani hidup apa adanya dan tidak terlalu memikirkan tabungan jangka panjang secara materi.

"Persiapannya pastinya, ya kalau dia tuh apa ya orangnya tuh, enggak mikirin nabung, enggak mikirin apa, enggak mikirin apa. Berjalan aja gitu. Ya Alhamdulillah-nya saya, kita dengan dua karakter yang berbeda," ungkap Karina.

Meski demikian, Epy sempat menitipkan harapan besar agar anak bungsunya, Quentin, bisa mengenyam pendidikan tinggi. Hal ini menjadi motivasi terbesar Karina untuk terus berjuang mengelola peninggalan suaminya.

"Dia bilang, mudah-mudahan saya sehat. Kalau bisa Quentin sekolah setinggi-tingginya gitu. Ya sudah, sudah kita bicarakan sih waktu itu, sudah sempat kita bicarakan," tutupnya.