Karina Ranau, sang istri, membenarkan hal tersebut. Saking menjiwainya peran atau karakter yang sedang dimainkan, Karina seringkali kesulitan membedakan apakah suaminya sedang berbicara serius atau sedang berakting.

"Netizen, masyarakat, ataupun media mungkin mereka tidak bisa membedakan yang mana dia ngomongnya beneran, yang mana dia lagi acting, yang mana dia lagi ngaco ngomongnya, gitu. Kan meyakinkan sekali kan?" kata Karina.

Kebiasaan Epy yang mencampuradukkan realitas dan seni peran ini bahkan sempat membuat Karina menegur suaminya. Ia meminta Epy untuk tidak terlalu sering berakting di rumah agar komunikasi bisa berjalan lebih jelas.

"Kamu tuh kalau berbicara tuh harus bisa meyakinkan orang Bun. Harus ini... jangan acting itu jangan nge-acting. Itu jangan ini... akhirnya berhasil ya dia bikin orang ini, dari dialog ininya dia," kenang Karina menirukan perdebatan manis mereka.

Damar menambahkan bahwa ayahnya adalah tipe orang yang jarang mengungkapkan keinginan secara gamblang. Epy lebih sering menggunakan metafora atau gimmick peran untuk menyampaikan sesuatu, yang kadang membuat orang di sekitarnya harus menebak-nebak.

"Ada apa?' tanya di mana. 'Itu kitab apa? Permainan dan senda gurau.' Jadi ya udah hidup sehari-hari dengan totalitas gitu," ujar Damar.

Keunikan karakter Epy inilah yang kini menjadi kenangan manis sekaligus lucu bagi keluarga. Meski kadang membingungkan, totalitas Epy Kusnandar sebagai seniman sejati tidak bisa dibantah oleh siapapun.