Ruben mengaku selalu berusaha menyempatkan diri untuk berbagi cerita kepada publik, terutama ketika sedang tidak terburu-buru. Namun bila waktunya sempit, ia lebih memilih menyampaikan pesan melalui video.

"Makanya ketika saya ada waktu untuk berbagi cerita pasti saya akan berhenti (untuk wawancara), tapi kalau udah lagi buru-buru waktunya mepet, bukan saya nggak mau berbagai. Makanya seperti kemarin, di hari baik, bulan baik saya share video aja, dan melalui video itu semoga tidak ada lagi yang salah paham terus jadi fitnah," jelas Ruben.

Ruben juga menjelaskan bahwa bangunan ibadah yang ia dirikan bukanlah masjid melainkan mushola. Ia memilih menghabiskan waktu Lebaran dengan salat di mushola tersebut karena merasa tak memiliki keluarga besar.

"Itu mushola bukan masjid, sebenernya gini mikirin itu aja tuh gini kemarin lebaran aja mikirnya kemana yaa gue kan gak ada saudara ya. Jadi akhirnya ngomong ke abang ada abang dia yang dampingin saya terus, saya bilang Bang temenin gue yuk, gue mau sholat Dzuhur di musholla yang gue bangun, akhirnya berangkat deh ke Sukabumi, Zuhur-nya gak dapat, kena-nya di Ashar," ungkap Ruben.

Tak hanya ke Sukabumi, Ruben juga menyebut dirinya turut terlibat dalam pembangunan tempat ibadah lainnya. Ia pun menyempatkan diri salat di beberapa lokasi meski harus kembali bekerja keesokan harinya.

"Kemarin tuh niat mau ngunjungin ke ada masjid yang ada di Banten, itu juga saya ikut andil gitu ya. Terus juga sama ke masjidnya Jupe. Terus bertepatan dengan hari Minggu, besoknya juga sudah mulai kerja saya pasti sempetin waktu kesana. Saya kepengen ngunjungin tempat tempat ibadah yang saya bangun kemarin, saya pengen langsung solat di sana," katanya.

Dalam kunjungan ke musola yang ia bangun, Ruben tak sendiri karena ditemani oleh seorang sahabat yang menjadi imam salat. Ia bercerita bahwa sahabatnya itu bahkan menangis saat salat bersamanya.

"Ya dia yang bikin sendiri, dia yang nangis sendiri. Ya mungkin karena dari awal saya bukan siapa siapa, dia kan mengikuti perjalanan saya juga gitu," jelasnya.

Menurut Ruben, ia kini lebih sering salat berjamaah dengan orang-orang terdekat. Ia pun tak mempermasalahkan apakah salat sendiri atau bersama, asalkan ibadah tetap dilakukan dengan sungguh-sungguh.

"Jadi sekarang ini kalau saya pilih solat sendiri atau jamaah sama yang lain aja gitu, kalau Igun memang mental baja kan dia, jadi ya gue solat sama dia (temen) nangis aja. Solat sama Ramzi, nangis aja tuh Ramzi," kata Ruben.

Ruben menyadari bahwa tangisan sahabatnya terjadi karena rasa haru melihat perubahan dalam hidupnya. Ia sendiri tidak terlalu menganggap momen itu luar biasa karena baginya salat adalah hal yang biasa.

Ia merasa bahwa perubahan dalam dirinya turut dirasakan oleh sahabat-sahabat terdekatnya. Momen-momen salat bersama pun menjadi pengalaman emosional yang menyentuh bagi sebagian orang di sekitarnya.