Pertama Kali Salat Bareng Aisha di Singapura, Denada: Itu Momen yang Aku Syukuri
instagram.com/denadaindonesia
Momen Ramadan tahun ini menjadi pengalaman emosional sekaligus membahagiakan bagi Denada Elizabeth Anggia Ayu Tambunan. Penyanyi yang kini menetap di Singapura itu mengaku sangat bersyukur bisa menjalani ibadah puasa dan salat bersama sang putri, Aisha. Momen tersebut menjadi pengalaman spiritual yang tak terlupakan, terlebih karena merupakan kali pertama mereka salat bersama di bulan Ramadan.
Sebagai ibu tunggal, Denada mengaku sangat menghargai kebersamaan dengan putrinya, terutama di momen keagamaan. Di tengah segala keterbatasan dan tantangan, Ramadan tahun ini memberikan kedamaian dan rasa syukur mendalam dalam hidupnya.
"Ya itu kan mintanya udah lama ya, tapi yang paling seru kemarin sih Ramadan ya bisa berdua di Aisha di Singapura, bisa pertama kali salat berdua sama dia, itu menurut aku yang dekat juga yang di tahun ini aku syukuri sekali," ucapnya saat ditemui di Jalan Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2025).
Denada menuturkan bahwa keinginannya untuk bisa salat bareng Aisha memang sudah lama terpendam. Ketika akhirnya momen itu datang, ia merasa sangat bahagia karena harapan sederhana itu bisa terwujud dengan indah.
Selama bulan suci, Denada melihat banyak perkembangan positif dari putrinya. Aisha, yang sudah mulai belajar puasa sejak beberapa tahun lalu, kini terlihat semakin giat dan serius dalam menjalani ibadah.
"Ya Alhamdulillah tahun ini dia puasanya lebih giat di bulan Ramadan. Sebenarnya dia belajar puasa udah dari beberapa tahun lalu ya tapi tahun ini jadi lebih rajin puasanya terus udah gitu dia alhamdulillah salatnya jadi lebih rajin juga," tuturnya bangga.
Namun di balik kebahagiaan tersebut, ada juga kesedihan mendalam yang dirasakan Denada. Tahun ini adalah Ramadan pertama yang ia jalani tanpa sang ibu. Biasanya, meski terpisah jarak, mereka tetap berkomunikasi lewat video call di hari lebaran. Kini, momen itu sudah tak bisa lagi ia rasakan
"Ya terus pertama kali walaupun ini Ramadan pertama tanpa mama ya cuma biasanya hari lebaran sejak tahun 2018 sejak kita pindah ke Singapura hari lebaran itu selalu kita rayakan dengan bervideo call-an (dengan mama), di tahun ini kan itu tidak bisa kita lakukan lagi, jadi sedih cuma ya bersyukur karena ada hal lain lah yang harus disyukuri," ujarnya pilu.
Meski diliputi rasa kehilangan, Denada tetap mencoba fokus pada hal-hal positif. Ia bersyukur bisa melihat Aisha tumbuh sehat dan semakin memahami nilai-nilai ibadah. Kebersamaan mereka menjadi penguat dalam menjalani kehidupan tanpa sosok sang ibu.
"Ya bersyukur karena ada hal-hal lain yang harus aku syukuri. Alhamdulillah sehat, Alhamdulillah udah lebih ngerti puasa, lebih menjaga salatnya, gitu," imbuhnya.
Tak hanya soal ibadah, Denada juga harus menghadapi kenyataan soal mahalnya biaya perjalanan dari Indonesia ke Singapura. Ia bahkan sempat khawatir tak bisa merayakan lebaran bersama Aisyah karena tiket pesawat yang melonjak drastis.
"Ya aku tuh sampai Alhamdulillah juga senang banget karena udah sempat kepikiran aduh bisa nggak ya lebaran di Singapura? Karena mengingat tiketnya tuh lagi mahal banget ke Singapura," katanya.
Ia lantas memutar akal agar tetap bisa pulang ke Singapura tanpa menguras kantong. Salah satu caranya adalah dengan naik pesawat ke Batam terlebih dahulu, lalu melanjutkan perjalanan dengan kapal feri.
"Ya aku aja kemarin pulang dari Singapura ke sini tuh bayar tiketnya sampai berkali-kali lipat dari harga biasanya. Dan aku berangkatnya dari Jakarta ke Batam terus naik feri, aku bela-belain nyampe malam ke Singapura, makan malam sama Aisha," jelas Denada.