Selama 16 Tahun, Vidi Aldiano Diduga Tak Izin kepada Keenan Nasution untuk Bawakan 'Nuansa Bening'
instagram.com/vidialdiano
Selama bertahun-tahun, lagu Nuansa Bening dinyanyikan Vidi Aldiano di banyak konser tanpa izin resmi dari pencipta lagu. Menurut kuasa hukum Keenan Nasution dan Budi Pekerti, Minola Sebayang, lamanya durasi penggunaan itulah yang menjadi dasar gugatan.
Ia menyebutkan bahwa lagu itu menjadi bagian penting dari karier Vidi hingga dikenal luas oleh publik. Namun apresiasi terhadap penciptanya dianggap belum terpenuhi.
"Durasi penggunaan lagu tersebut yang begitu panjang hampir 16 tahun lamanya, dan kita tidak menutup mata bahwa Vidi dikenal karena Nuansa Bening, itu lah yang membuat Vidi seperti sekarang, meskipun itu rezekinya dia," kata Minola Sebayang di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Rabu (28/7/2025).
"Kalau melihat 16 tahun itu, hampir sekian banyak pertunjukan langsung menggunakan lagu tersebut, belum lagi lagu itu juga ada di iklan misalnya, klien kami menganggap itu belum merupakan wujud dia menghargainya sebagai pencipta," sambungnya.
Minola menjelaskan bahwa pihaknya sempat menahan proses hukum selama Ramadan. Saat itu mereka berharap ada perubahan dari pihak Vidi maupun kliennya.
"Karena belum ada titik temu, maka kita masuk ke bulan puasa hold dulu, kita berharap di bulan puasa ada hidayah ke Vidi dan ke klien kami. Kan ada dua kemungkinan, bisa Vidi berubah memenuhi permintaan klien kami, atau Vidinya yang berubah, akhirnya menerima apa yang ditawarkan Vidi," kata Munola.
Namun setelah Idulfitri berlalu, komunikasi antara kedua belah pihak tak lagi berlanjut. Karena itu, Keenan dan Rudi memutuskan untuk membawa kasus ini ke ranah hukum.
"Tapi setelah puasa usai, masuk lebaran, sampai hari ini tidak ada lagi pembicaraan lebih lanjut, agar tidak berlarut-larut, dan tidak ada kepastian hukum, maka kita bawa ke Pengadilan Niaga," katanya.
"Dengan harapan, kalau Pengadilan Niaga memutuskan berapa nilai yang wajar dan patut atas penggunaan lagu Nuansa Bening tersebut tanpa izin, pasti kan kedua belah pihak akan menerimanya," sambung Minola.
Minola menegaskan bahwa tujuan gugatan bukan lagi memperdebatkan soal pelanggaran. Fokusnya kini adalah menentukan nilai kompensasi yang sesuai.
"Jadi sebenarnya kita ke pengadilan bukan lagi berdebat ada permasalahan atau tidak, tapi lebih kepada berapa sih nilai ganti rugi yang patut dan wajar, apakah sesuai dengan yang ditawarkan Vidi, atau yang diharapkan klien kami. Berapa sih nilai ganti rugi yang patut dan wajar, apakah yang ditawarkan Vidi selama ini ataukah yang diharapkan oleh klien kami," pungkas Minola.