Tak Punya Uang Saat Riset, Ini Fakta di Balik Novel Gadis Kretek yang Kini Jadi Serial Sukses!
KapanLagi.com/Bayu Herdianto
Netflix baru saja merilis serial orisinil dari Indonesia berjudul GADIS KRETEK. Sajian drama romansa dengan bintang Dian Sastrowardoyo itu diadaptasi dari novel bestseller berjudul sama karya Ratih Kumala.
Ratih menerbitkan novel Gadis Kretek pada tahun 2012 di bawah bendera Gramedia Pustaka Utama dan terus dicetak ulang sampai saat ini. Ternyata banyak fakta menarik di balik proses penulisannya. Berikut banjir fakta yang berhasil dirangkum oleh tim KapanLagi.com!
(AYO JOIN CHANNEL WHATSAPP KAPANLAGI.COM BIAR NGGAK KETINGGALAN UPDATE DAN BERITA TERBARU SEPUTAR DUNIA HIBURAN TANAH AIR DAN JUGA LUAR NEGERI. KLIK DI SINI YA, KLOVERS!)
Ratih Kumala mulai menulis Gadis Kretek pada tahun 2009. Pada saat itu ia belum tahu akan diberi judul apa. Tajuk yang sekarang dikenal oleh publik didapatkan menjelang proses penerbitan.
"Aku mulai menulis novel ini tiga tahun sebelum diterbitkan. Saat menulis aku belum mendapatkan judulnya, jadi isinya dulu, yang jelas aku tahu mau nulis apa. Sempat kepikiran beberapa judul tapi nggak masuk. Baru ketika aku ajukan ke penerbit, judulnya dapat yaitu Gadis Kretek," kata Ratih ditemui di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (11/11/2023).
Proses menulis Gadis Kretek dimulai saat Ratih Kumala masih bekerja di sebuah perusahaan. Lantaran kondisi finansialnya belum stabil, riset ia lakukan saat baru gajian dengan mengambil jatah cuti tahunan.
"Dulu aku nggak punya duit karena budak korporat banget. Aku tahu bahwa riset dari buku nggak cukup, jadi aku harus pergi ke suatu tempat. Masalahnya karena waktu dan duitnya pas pasan, akhirnya habis gajian aku cuti dan datang ke suatu tempat yang jadi tujuanku untuk riset," aku Ratih.
Dalam novel Gadis Kretek, Ratih Kumala memakai Kota M sebagai tempat tinggal karakter Dasiyah. Kota M ternyata merujuk pada Muntilan yang ternyata kota tempat mendiang sang kakek tinggal.
"Kota M merujuk ke Muntilan, di sana ada rumah almarhum kakek. Dulu tiap lebaran selalu pulang ke sana. Pakde Bude cerita dulu di sini ada banyak pelinting datang dari perusahaan rokok kretek. Tapi pas aku lahir perusahaan itu udah gulung tikar lama, jadi tidak merasakan sisa kejayaan," ucap Ratih.
Pilihan Ratih Kumala untuk menulis Muntilan sebagai Kota M ternyata tidak memiliki maksud khusus selain bersenang-senang belaka. Walau dalam novel ia menyebut nama kota dengan inisial, namun detailnya jelas merujuk ke Muntilan.
"Kenapa aku kasih sebut Kota M, buatku alasannya konyol yaitu 'Lucu nih tebak-tebakan' gitu. Makanya aku kasih ciri-ciri visual kotanya, aku gambarkan fisik kotanya, tetapi tidak namanya," jelas Ratih.
Kudus lebih dikenal sebagai Kota Kretek daripada Muntilan. Lantas, kenapa Ratih menjadikan Muntilan sebagai setting cerita dalam novel Gadis Kretek miliknya?
"Kenapa Muntilan, karena aku punya hubungan dengan kota tersebut. Kudus memang jadi salah satu tempat riset utama sebagai Kota Kretek, tapi secara emosional aku lebih dekat dengan Muntilan," tandas Ratih.