Kapanlagi.com - Tim ilmuwan dari Ekspedisi Teluk Saleh baru saja membuat penemuan yang mengejutkan: sebuah spesies baru ikan gobi kerdil yang hanya dapat ditemukan di perairan menawan Teluk Saleh, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Temuan ini menambah kekayaan keanekaragaman hayati bawah laut Indonesia, khususnya dalam genus Eviota, yang dikenal sebagai salah satu kelompok ikan karang dengan tingkat biodiversitas yang sangat tinggi.
Ikan gobi kerdil ini ditemukan hidup di perairan dangkal yang memiliki ekosistem unik, bersembunyi di antara celah-celah koloni karang yang masih hidup. Keberadaan spesies ini tidak hanya menarik perhatian para ilmuwan karena keunikannya, tetapi juga menunjukkan bahwa masih banyak misteri yang tersimpan di kedalaman perairan Indonesia yang menunggu untuk diungkap.
Penemuan ini merupakan bagian dari hasil riset ekstensif yang dilakukan selama Ekspedisi Teluk Saleh pada Oktober 2024. Riset ini didukung oleh Yayasan Konservasi Indonesia (YKI), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta berbagai universitas dan lembaga riset lainnya. Dalam ekspedisi ini, tim peneliti berhasil mengidentifikasi total 570 spesies laut, termasuk enam spesies yang berpotensi menjadi penemuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan. Berikut informasinya, dirangkum Kapanlagi.com, Kamis (6/2).
Dalam sebuah ekspedisi menakjubkan yang berlangsung selama delapan hari, tim ilmuwan menyelami keindahan bawah laut Teluk Saleh untuk mengungkap rahasia biodiversitas laut, terutama dalam pencarian spesies baru.
Mereka menjelajahi terumbu karang dangkal yang kaya akan kehidupan, dan di kedalaman 3 hingga 5 meter, mereka menemukan spesimen ikan gobi kerdil yang unik, bersembunyi di celah-celah karang halus di laguna yang terlindung dari ombak besar. Meskipun terpengaruh oleh sedimentasi akibat perubahan penggunaan lahan, lingkungan ini tetap menjadi rumah bagi keajaiban alam.
Dari dua spesimen yang berhasil diambil, analisis morfologi dan taksonomi menunjukkan bahwa ikan ini memiliki karakteristik berbeda dari spesies gobi lainnya, sehingga dinyatakan sebagai spesies baru dalam genus Eviota.
"Spesies baru itu hanya ditemukan di dua lokasi di Teluk Saleh. Namun, kemungkinan besar spesies itu juga ada di wilayah lain di Indonesia," Focal Species Conservation Senior Manager Yayasan Konservasi Indonesia (YKI) Iqbal Herwata, mengutip ANTARA.
Dikenal dengan nama Eviota samota, spesies baru ini merupakan representasi dari keindahan alam yang mengelilingi Teluk Saleh, mengambil akronim dari tiga wilayah ikonik: Saleh, Moyo, dan Tambora.
Ikan gobi kerdil ini memiliki ciri khas yang menonjol, yaitu pola pori-pori kanal sensorik yang unik di bagian kepalanya, hanya dengan pori supraotik berpasangan (SOT) dan pori interorbital posterior berpasangan (PITO), yang sebelumnya hanya ditemukan pada dua spesies lain dalam genus yang sama.
Tak hanya itu, Eviota samota juga memikat dengan warna tubuh yang khas dan kombinasi pola yang belum pernah terlihat sebelumnya, serta mata hijau mencolok yang membuatnya semakin menonjol di antara spesies gobi lainnya.
Penemuan spesies baru Eviota samota menambah daftar panjang ikan gobi dalam genus Eviota menjadi 134, sekaligus menegaskan bahwa kelompok ikan ini merupakan salah satu yang paling beragam di lautan. Meskipun Teluk Saleh tergolong kecil, kehadiran spesies ini membuka jendela baru untuk memahami kekayaan ekologi perairan tersebut yang luar biasa.
Ikan dalam genus Eviota umumnya berukuran kecil dan hidup di perairan tropis, bersembunyi di antara karang untuk menghindari predator. Dengan ditemukannya Eviota samota, semakin jelas bahwa perairan Indonesia, khususnya Teluk Saleh, memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan spesies ikan gobi.
Keanekaragaman tinggi dalam genus ini juga menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang di Teluk Saleh masih menjadi habitat yang ideal bagi banyak spesies laut, meskipun rentan terhadap ancaman lingkungan seperti perubahan iklim dan sedimentasi.
“Teluk Saleh unik, karena ukurannya kecil, namun memiliki keanekaragaman yang tinggi," tambah dia.
Teluk Saleh, dengan keindahan alamnya yang menakjubkan dan keragaman spesies laut seperti Eviota samota, ternyata menyimpan tantangan ekologis yang serius. Salah satu ancaman utama yang mengintai adalah sedimentasi akibat perubahan penggunaan lahan di sekitar pesisir, yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem terumbu karang.
Sedimentasi ini menutupi karang hidup, menghalangi fotosintesis alga yang menjadi sumber makanan bagi banyak organisme laut, dan dapat menyebabkan penurunan populasi spesies yang bergantung pada ekosistem tersebut, termasuk ikan gobi kerdil.
Ditambah lagi, dengan sirkulasi arus yang terbatas, spesies di Teluk Saleh memiliki komposisi yang unik namun sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena itu, langkah-langkah konservasi yang efektif sangat diperlukan untuk melindungi Eviota samota dan keanekaragaman hayati lainnya di perairan yang istimewa ini.
Penemuan Eviota samota mengungkapkan betapa melimpahnya kekayaan laut Indonesia yang masih tersembunyi, menandai langkah awal untuk menjelajahi keajaiban bawah laut kita. Untuk mengungkap misteri spesies ini lebih dalam, penelitian lanjutan sangat diperlukan, mencakup perilaku, pola makan, dan interaksi Eviota samota dengan ekosistem di sekitarnya.
Di sisi lain, upaya konservasi berbasis sains menjadi kunci untuk melestarikan biodiversitas laut di Teluk Saleh, di mana kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat lokal sangat vital dalam merancang strategi perlindungan yang efektif.
Dengan penemuan ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian laut akan semakin tumbuh, sehingga keanekaragaman hayati yang menakjubkan di perairan Indonesia dapat terjaga demi generasi yang akan datang.
Ikan gobi kerdil adalah spesies ikan berukuran kecil yang biasanya hidup di perairan dangkal dan bersembunyi di antara karang.
Eviota samota memiliki pola pori kepala khas, warna tubuh unik, dan mata berwarna hijau yang membedakannya dari spesies lain.
Ancaman utama meliputi sedimentasi, perubahan lingkungan, dan dampak perubahan iklim pada ekosistem terumbu karang.