Cassie Salazar adalah seorang pelayan sekaligus bartender di sebuah bar kecil di Oceanside,
California. Setiap malam, ia tampil bersama band-nya, The Loyal, yang menjadi satu-satunya pelarian
dari kerasnya hidup yang harus ia jalani. Enam bulan sebelumnya, Cassie didiagnosis menderita
diabetes tipe satu, penyakit yang membuatnya bergantung pada insulin setiap hari. Namun, biaya
pengobatan yang tinggi membuat Cassie harus bekerja siang dan malam demi bisa bertahan hidup.
Suatu malam, di tengah padatnya bar yang penuh sorakan, sekelompok Marinir
datang untuk berpesta sebelum mereka berangkat ke Irak. Salah satu dari mereka, Luke Morrow,
mencoba menggoda Cassie dengan caranya yang percaya diri namun kikuk. Cassie, yang sudah
terbiasa menghadapi banyak pria mabuk setiap malam, dengan cepat menolaknya. Ia tahu betul, cinta
bukan sesuatu yang bisa ia prioritaskan saat ini. Yang ia butuhkan hanyalah bertahan hidup.
Namun, di balik sikap tenangnya, Luke juga menyimpan luka masa lalu yang tak kalah
berat. Setelah kematian ibunya, ia terjerumus dalam dunia narkoba. Meski kini sudah dua tahun bersih,
masa lalunya masih menghantuinya dalam bentuk hutang besar kepada seorang pengedar bernama
Johnno. Dengan beban itu, dan hubungan renggang dengan ayahnya yang mantan Marinir, Luke nyaris
tak punya tempat untuk pulang. Ia sempat mencoba meminta bantuan pada kakaknya, namun ditolak
mentah-mentah.
Suatu malam, Cassie yang putus asa mendekati Frankie,
teman masa kecil sekaligus rekan Luke di barak Marinir. Ia meminta Frankie untuk menikahinya agar ia
bisa mendapatkan asuransi kesehatan dari militer yang akan menanggung biaya pengobatannya. Tapi
Frankie sudah memiliki rencana menikahi kekasihnya, Riley. Saat Luke tanpa sengaja mendengar
pembicaraan mereka, awalnya ia menasihati Cassie agar tak melakukan pernikahan palsu. Namun
setelah menyadari bahwa ia sendiri bisa mendapatkan keuntungan finansial dari pernikahan itu, Luke
berubah pikiran. Mereka pun sepakat untuk menikah dengan perjanjian akan bercerai setelah satu
tahun.
Pernikahan mereka berlangsung cepat dan sederhana, hanya disaksikan
oleh Frankie yang menyerahkan cincin yang seharusnya ia pakai untuk menikahi Riley, meminta Cassie
menjaganya sampai waktunya tiba. Setelah upacara itu, Cassie dan Luke bergabung dengan rekan-
rekan Marinir lainnya di bar untuk merayakan malam terakhir sebelum keberangkatan. Namun suasana
berubah tegang ketika Cassie berselisih paham dengan salah satu Marinir soal pandangan terhadap
warga Timur Tengah. Pertengkaran itu berlanjut menjadi debat panas dengan Luke sendiri, meski
akhirnya mereka berdua berpura-pura berdamai agar rencana pernikahan pura-pura mereka tak
terbongkar.
Malam itu, saat suasana mulai tenang, Luke mengaku pada Cassie
bahwa ia takut. Tak hanya karena akan segera pergi ke medan perang, tapi juga karena ia takut dengan
pernikahan yang mereka jalani tanpa dasar cinta. Cassie yang biasanya keras dan mandiri, untuk
pertama kalinya menunjukkan sisi lembutnya. Ia menenangkannya, dan malam itu mereka berdua tidur
bersama.
Keesokan paginya, bus yang membawa pasukan Marinir sudah siap
berangkat ke Irak. Sebelum naik, Luke menyerahkan informasi kontak kakaknya pada Cassie,
menjadikannya ahli waris resmi jika sesuatu terjadi padanya. Cassie hanya bisa menatap kepergian
Luke dengan perasaan campur aduk antara rasa bersalah dan sesuatu yang belum berani ia akui, rasa
sayang yang mulai tumbuh.
Hari-hari berikutnya diisi dengan jarak dan
kerinduan yang aneh. Untuk menjaga alibi pernikahan mereka, Cassie dan Luke mulai saling berkirim
email dan melakukan panggilan video. Namun semakin lama, komunikasi itu tak lagi terasa seperti
kewajiban, melainkan hubungan yang nyata. Mereka mulai saling terbuka, saling memahami, dan
tanpa disadari, mereka mulai jatuh cinta.
Cassie kemudian menulis sebuah lagu
berjudul Come Back Home, terinspirasi dari Luke dan rasa rindu yang tak bisa ia ungkapkan secara
langsung. Lagu itu ia nyanyikan di hadapan para Marinir yang sedang beristirahat dari kerasnya latihan,
memberi semangat bagi mereka yang merindukan rumah. Tak lama kemudian, video penampilannya
viral di media sosial. Banyak yang tersentuh oleh lirik dan emosinya, dan Cassie pun mulai dikenal luas
sebagai penyanyi yang suaranya membawa harapan di tengah kegelapan perang.
Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama. Suatu hari, Cassie menerima kabar buruk. Luke
terluka parah akibat ledakan IED saat bertugas di Irak. Ia segera dipulangkan ke Amerika untuk
menjalani perawatan. Dalam kepanikan dan kebingungannya, Cassie mencoba menghubungi keluarga
Luke untuk memberitahukan kabar itu. Namun tanpa sadar, ia malah menghubungi ayah Luke, seorang
mantan polisi militer yang keras dan tegas. Kesalahan itu membuat Luke marah besar, karena ia tahu
ayahnya tak akan segan melaporkan mereka atas pernikahan palsu yang telah dilakukan.
Kini, hubungan mereka berada di ujung tanduk. Cassie, yang awalnya hanya
menganggap pernikahan ini sebagai kesepakatan bisnis, mulai menyadari bahwa perasaannya
terhadap Luke nyata adanya. Namun di saat yang sama, kebohongan yang mereka bangun mulai
runtuh, dan luka masa lalu Luke kembali menghantui mereka berdua.
Apakah
pernikahan palsu tersebut akan berakhir sesuai rencana, atau kebohongan itu akan menjerat mereka
selamanya?
Penulis artikel Abdilla Monica Permata B.