Kisah Panglima TNI Agus Subiyanto Diangkat ke Layar Lebar, 'BELIEVE' Sajikan Drama Aksi Penuh Luka dan Keberanian
Diterbitkan:

BELIEVE © instagram.com/rahabimandra
Kapanlagi.com - Sebuah kisah personal yang menyentuh tentang perjalanan hidup Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto akan segera hadir di layar lebar melalui film drama aksi berjudul BELIEVE: Takdir, Mimpi, Keberanian. Disutradarai oleh kolaborasi perdana Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, film ini menawarkan sudut pandang yang berbeda tentang kehidupan seorang prajurit, dengan fokus pada luka batin, perjuangan keluarga, dan penebusan harga diri. Film ini dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 24 Juli 2025.
Film ini mengambil latar belakang Operasi Seroja di Timor Timur pada era 1970-an, namun tidak untuk mengadili benar atau salah dari operasi militer tersebut. Sebaliknya, BELIEVE memilih jalan yang lebih humanis dengan menyoroti dampak perang dari sudut pandang sebuah keluarga prajurit biasa. Ini adalah narasi tentang bagaimana medan tempur tidak hanya meninggalkan jejak di medan perang, tetapi juga di ruang keluarga yang paling intim.
Kisah berpusat pada tokoh utama bernama Agus, yang diperankan secara mendalam oleh aktor muda Ajil Ditto. Agus adalah putra dari Sersan Kepala Daddy (Wafda Saifan), seorang prajurit yang kembali dari tugas bukan dengan medali kehormatan, melainkan dengan luka fisik yang membuatnya harus berjalan menggunakan tongkat serta trauma batin yang mendalam. Situasi diperparah ketika sang ibu meninggalkan mereka, memaksa Agus tumbuh dalam keluarga yang tak utuh dan penuh tekanan sosial.
Advertisement
1. Tantangan Luar Biasa
Tumbuh sebagai anak kolong di Cimahi, kehidupan Agus jauh dari citra gagah seorang anak tentara. Ia dan ayahnya kerap menjadi bahan cemoohan. Sebuah dialog pedih dari teman sebayanya menggambarkan stigma yang mereka hadapi, "Batur mah balik perang teh naek pangkat, ieu mah make tongkat" (Tentara lain pulang perang naik pangkat, ini malah pakai tongkat). Stigma ini membentuk Agus menjadi remaja pemberontak yang terlibat tawuran dan jauh dari disiplin militer.
Titik balik dalam hidup Agus terjadi secara tragis ketika sang ayah meninggal dunia akibat kecelakaan motor. Kehilangan figur ayah yang, terlepas dari segala kekurangannya, menjadi satu-satunya sandarannya, mengguncang jiwa Agus. Peristiwa tersebut menjadi momen refleksi yang mendalam, mendorongnya untuk mengambil keputusan besar: mengikuti jejak sang ayah menjadi tentara demi memulihkan nama baik dan harga diri keluarganya.
Bagi Ajil Ditto, memerankan sosok Agus merupakan tantangan yang luar biasa, terlebih ini adalah film aksi pertamanya. Aktor berusia 23 tahun ini harus menjalani persiapan super intensif selama 45 hari yang mencakup lokakarya akting, latihan koreografi pertarungan, pembentukan sikap militer, hingga latihan menembak menggunakan senjata asli.
(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)
2. Kerjasama dengan TNI
“Proses menjadi seorang Agus bisa dibilang cukup rumit menurut gua. Karena di satu waktu yang bersamaan harus ngelakuin banyak hal, harus workshop, reading, latihan koreo, sikap militer, latihan senjata, nembak semua dilakuin dalam 45 hari. Normalnya tidak sampai segitu ya,” jelas Ajil Ditto dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta Selatan, Jumat (18/7/2025).
Perjuangan Ajil tidak hanya terjadi saat persiapan. Pada minggu pertama syuting, ia mengalami cedera di bagian paha dan pinggang akibat keteledorannya sendiri. Meski begitu, dedikasinya tidak surut. Ia mengaku merasakan sensasi "sakit-sakit nagih" yang membuatnya semakin tertantang untuk memberikan yang terbaik dalam debutnya di genre aksi.
Untuk memastikan keakuratan dan realisme, tim produksi bekerja sama erat dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai konsultan teknis. Produser Celerina Judisari menegaskan bahwa kolaborasi ini tidak mengorbankan independensi cerita, melainkan memperkuat keotentikan visual, mulai dari detail seragam loreng yang berbeda antar periode hingga penggunaan alutsista seperti helikopter dan kapal perang.
“Tentu saja dari awal kami sudah kolaborasi. TNI jadi konsultan supaya semuanya hidup dan akurat, termasuk banyak helikopter, kapal, itu semua dilakukan biar terasa real. Dari tiap periode dijaga betul. Contoh kecilnya loreng baju, antara periode 1970-an dan 1990-an itu beda sekali,” kata Celerina. Film ini turut dimeriahkan oleh jajaran aktor ternama seperti Marthino Lio, Maudy Koesnaedi, Adinda Thomas, Eduwart Manalu, Faqih Iqbal Sulaiman, dan Aditya Lakon.
(Transformasi mencengangkan! Asri Welas sekarang terlihat makin cantik dan hot!)
Advertisement