[Review] 'AZRAX: MELAWAN SINDIKAT PERDAGANGAN WANITA', Ungkap Kisah Kelam TKW

Penulis: Mahardi Eka Putra

Diperbarui: Diterbitkan:

[Review] 'AZRAX: MELAWAN SINDIKAT PERDAGANGAN WANITA', Ungkap Kisah Kelam TKW Foto: PT Gatot Brajamusti Film

KapanLagi.com - Oleh: Puput Puji Lestari

Fanny (Nadine Chandrawinata) wartawati sebuah surat kabar ibu kota yang sangat concern terhadap nasib para korban TKW yang menjadi korban perdagangan wanita. Untuk terus memberitakannya dan menyelidikinya dia dibantu oleh pacarnya Ricky (Mario Irwinsyah), aktivis LSM yang mengurusi TKI. Karena tulisan–tulisannya, kantor TKI illegal yang digrebek petugas dan berbuntut izin usaha TKI ilegal ini dicabut. Bos sindikat TKI itu marah besar dan berusaha akan memberikan hukuman kepada Fanny.

Di sebuah kampung kecil di Kabupaten di Jawa Barat yang tanahnya subur dikejutkan oleh hilangnya beberapa gadis yang ikut berangkat keluar negeri menjadi TKI dan tidak ada beritanya.  Azrax (Gatot Brajamusti), pemilik Pasantren dan Padepokan Persilatan yang terkenal sering menolong sesama, menjadi tumpuan dan harapan para orang korban tersebut untuk bisa menolong dan mencarikan untuk menemukan serta membawa kembali keluarga mereka tersebut.

Secara kebetulan Budi (Yama Carlos), preman terminal yang jago berkelahi, juga kehilangan keponakannya Jamila (Tamara Tyasmara) karena ikut TKI illegal. Ricky yang juga menangani TKI illegal itu merasa khawatir akan keselamatan Fanny yang menjadi pacarnya ikut menyelinap dalam rombongan TKI illegal untuk mendapatkan informasi yang akurat menuju Hongkong.

Karena kesamaan kepentingan tersebut tanpa sengaja ketiganya Azrax, Budi , Ricky bertemu di bekas kantor PJTKI illegal yang sekarang berubah menjadi kantor titipan kilat. Bersama–sama ketiganya mencari informasi, bekerjasama mendatangi alamat dan lokasi jaringan dan menghadapi tantangan dan bentrok secara fisik bahkan nyawa terancam dengan para sindikat TKI illegal tersebut, akan tetapi secara team mereka dapat mengatasinya.

Setelah ditemukannya bos sindikat yang ada di Hongkong mereka mendapatkan informasi yang sangat penting terutama diketahuinya bos nomor satu sindikat tersebut ternyata adalah orang Indonesia. Hal ini membuat bahagia Budi dan Ricky tapi tidak untuk Azrax karena dari kartu nama yang diberikan namanya sama dengan nama Pamannya. Sang Paman sangat rajin membantu pasantrennya Azrax, memberi beasiswa pada santri bahkan menyekolahkan Azrax sampai ke Mesir. Azrax harus menyelesaikan kegundahan hatinya sendiri.

Film ini menawarkan konsep drama laga yang masih jarang diproduksi akhir-akhir ini. Sayangnya, pertarungan di beberapa scene tak digarap dengan serius sehingga bukannya memberikan dampak tegang, justru bisa membuat konsentrasi buyar. Apalagi ditambah dengan ketidakkontinyuitas adegan di berbagai adegan.

Niat mulia menyampaikan kritik terhadap pemerintah dan institusi yang menangani TKI lewat film ini sepatutnya mendapat apresiasi. Sayangnya eksekusi adegan film ini tak semanis niat awalnya. Gaya bertutur dalam menyampaikan masalah cenderung menggurui dan membosankan.

Sesuai dengan judulnya, Azrax menjadi tokoh sentral 'one man show' yang mampu menyelesaikan semua persoalan yang muncul. Sah-sah saja sebenarnya, toh bukan hanya film ini yang menampilkan sosok pahlawan yang tak bisa mati. Tapi jadi terasa aneh jika kita tidak bisa menikmati peran kepahlawanannya dengan sempurna.

#Berita menarik lainnya


   

(Lesti sedang hamil anak ketiga, dan saat ini sedang ngidam hal yang di luar nurul!)

(kpl/uji/dka)

Reporter:

puji puput

Rekomendasi
Trending