KapanLagi.com - Oleh: Adi Abbas Nugroho
Selama ini, mungkin kita hanya bisa membaca sejarah perjuangan Soekarno dari buku-buku. Maka, ketika sineas kenamaan Hanung Bramantyo mengumumkan pembuatan biopik Presiden pertama Indonesia ini pada akhir 2012 silam, rasa penasaran seketika menyeruak. Akan seperti apa jadinya film tersebut?Sempat direncanakan tayang Juni tepat di hari ulang tahun Sang Proklamator, film produksi MVP Pictures itu akhirnya dirilis pada akhir tahun. Mengisahkan sepak terjang Soekarno saat namanya masih Koesno, dicebloskan ke penjara karena dituduh sebagai komunis, hingga berjibaku menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.Tak hanya itu, selain menampilkan intrik politik, film yang naskahnya ditulis oleh Hanung Bramantyo bersama Ben Sihombing ini juga menyorot romansa cinta segitiga antara Soekarno (Ario Bayu) dengan Inggit (Maudy Koesnaedi) dan Fatmawati (Tika Bravani).Sebagai perekam jejak perjuangan Soekarno dalam rentang waktu 1929 sampai 1945, film ini mampu memaparkan hal tersebut dengan cukup baik. Hanung sebagai sutradara patut bersyukur karena memiliki deretan akting yang mumpuni, dan mungkin akan susah dicari tandingannya (jika ada film sejenis).Meski begitu, film ini memiliki poin-poin yang cukup menjadi perhatian. Pertama adalah cara Ben Sihombing dan Hanung menampilkan karakter dalam naskahnya. Dengan alur maju dan ritme penceritaan yang cepat, beberapa karakter tidak dikenalkan secara eksplisit. Satu contoh adalah Inggit yang diperankan Maudy Koesnaedi. Sebagai karakter krusial 'ada wanita di belakang pria hebat', background-nya tak dijelaskan dengan detail.Itulah yang kemudian membuat penonton hanya merasa diberi cerita tanpa dikenalkan. Tapi jangan khawatir, karena beberapa sosok sudah dikenal luas, para penonton lokal tentu akan bisa dengan mudah mengenali siapa-siapa yang ditampilkan.Kedua adalah soal tone warna vintage yang diberikan untuk menegaskan setting, namun terkadang karena efek tersebut gambar menjadi tidak tajam di beberapa adegan.Lepas dari itu, SOEKARNO adalah film yang well made. Meski subplot romansa terlalu mendominasi sajian politik-nya, semua mampu disajikan dengan baik. Setting begitu hidup dan detail. Tata musik padu dan bersinergi dengan adegan-adegan dalam film walau sedikit over di beberapa part.Satu yang tak terlupa dari film ini adalah bagaimana Hanung memvisualisasikan detik-detik proklamasi kemerdekaan. Diiringi musik yang syahdu, penonton seperti terbawa suasana untuk hanyut larut dalam suasana bahagia. Priceless...At least di balik segala kekurangannya, SOEKARNO adalah film penting yang akan dibicarakan beberapa tahun mendatang. Segala kontroversi yang menemani perilisan seharusnya tak perlu. Seperti kata Faozan Rizal dalam tweet-nya: Soekarno milik Indonesia, bukan hanya keluarganya. Film SOEKARNO juga milik Indonesia, bukan hanya kami filmmaker-nya!