Mengenal Hak Cipta Karya Seni, Jangan Buru-Buru Bilang Plagiat!
Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Polemik film SURAT DARI PRAHA yang dituding menjiplak cerpen karya dosen Universitas Brawijaya bernama Yusri Fajar menjadi bahan perbincangan publik. Tak mau kredibilitas sebagai production house profesional tercoreng, Visinema Pictures diwakili Angga Dwimas Sasongko selaku sutradara memberikan klarifikasi Senin kemarin (1/2/2016).
Angga menangkis tudingan Yusri yang menyebut bila judul film dengan bintang Julie Estelle dan Tio Pakusadewo itu terilhami oleh cerita pendeknya yang berjudul sama. Dalam kisruh yang bergulir, mari kita mengenal lebih dekat tentang hak cipta sebuah karya seni dalam kasus ini buku, film dan musik.
Perihal kesamaan judul dalam media seni hakikatnya bukan persoalan krusial, lho. Coba ingat, berapa lagu, buku dan film yang memiliki judul serupa?
Dipaparkan Prayudi Setiadharma selaku pihak HKI, tidak ada perlindungan hak cipta terhadap judul karena sudah menjadi prinsip universal sejak tahun 1981. Perlu diketahui sebelum Yusri, ada dua karya penulis asing berjudul Letter From Prague yang terbit di tahun berbeda. Namun hal itu tak lantas membuat penulisnya saling menuduh dan melakukan klaim.
Angga Dwimas Sasongko menunjukkan telah mengantongi hak cipta atas naskah Surat Dari Praha dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. ©KapanLagi.com/Budy Santoso
"Tidak ada perlindungan hak cipta terhadap judul. Itu tersirat dalam UU nomor 28 Tahun 2014 di Indonesia sehingga judul yang sama, apalagi judul yang tersusun dari kata umum, tidak bisa diklaim oleh siapa pun. Dan tidak serta merta karya berjudul sama memplagiat dari karya yang sudah edar sebelumnya," tutur Prayudi ditemui di kawasan Melawai, Jakarta Selatan.
Pun dengan ide dan gagasan cerpen yang dinilai telah diplagiasi karena film SURAT DARI PRAHA juga menyorot eksil politik di Praha tahun 1965. Coba ingat film romance mana yang tidak mengangkat tema cinta segitiga? Yang terpenting adalah ia memiliki eksekusi berbeda.
"Dalam Pasal 41 UU nomor 28 Tahun 2014 untuk prinsip ide, konsep, tema, itu juga tidak ada perlindungan. Kalau melihat dari film ini, keberadaan eksil di Eropa Timur termasuk Praha adalah fakta sejarah yang tak bisa diklaim oleh siapa pun. Sudah begitu banyak karya-karya yang memuat latar belakang kejadian ini tanpa ada satupun berhak berkata bahwa dia satu-satunya yang bisa mengangkat tema tersebut," pungkasnya.
Bagaimana, sudah cukup mendapat gambaran? Bagi kamu yang tertarik menulis novel atau menjadi filmmaker, hal ini penting sekali dijadikan bahan pembelajaran di kemudian hari lho. Yuk, jangan buru-buru bilang plagiat. :)
Angga menangkis tudingan Yusri yang menyebut bila judul film dengan bintang Julie Estelle dan Tio Pakusadewo itu terilhami oleh cerita pendeknya yang berjudul sama. Dalam kisruh yang bergulir, mari kita mengenal lebih dekat tentang hak cipta sebuah karya seni dalam kasus ini buku, film dan musik.
Perihal kesamaan judul dalam media seni hakikatnya bukan persoalan krusial, lho. Coba ingat, berapa lagu, buku dan film yang memiliki judul serupa?
Dipaparkan Prayudi Setiadharma selaku pihak HKI, tidak ada perlindungan hak cipta terhadap judul karena sudah menjadi prinsip universal sejak tahun 1981. Perlu diketahui sebelum Yusri, ada dua karya penulis asing berjudul Letter From Prague yang terbit di tahun berbeda. Namun hal itu tak lantas membuat penulisnya saling menuduh dan melakukan klaim.

"Tidak ada perlindungan hak cipta terhadap judul. Itu tersirat dalam UU nomor 28 Tahun 2014 di Indonesia sehingga judul yang sama, apalagi judul yang tersusun dari kata umum, tidak bisa diklaim oleh siapa pun. Dan tidak serta merta karya berjudul sama memplagiat dari karya yang sudah edar sebelumnya," tutur Prayudi ditemui di kawasan Melawai, Jakarta Selatan.
Pun dengan ide dan gagasan cerpen yang dinilai telah diplagiasi karena film SURAT DARI PRAHA juga menyorot eksil politik di Praha tahun 1965. Coba ingat film romance mana yang tidak mengangkat tema cinta segitiga? Yang terpenting adalah ia memiliki eksekusi berbeda.
"Dalam Pasal 41 UU nomor 28 Tahun 2014 untuk prinsip ide, konsep, tema, itu juga tidak ada perlindungan. Kalau melihat dari film ini, keberadaan eksil di Eropa Timur termasuk Praha adalah fakta sejarah yang tak bisa diklaim oleh siapa pun. Sudah begitu banyak karya-karya yang memuat latar belakang kejadian ini tanpa ada satupun berhak berkata bahwa dia satu-satunya yang bisa mengangkat tema tersebut," pungkasnya.
Bagaimana, sudah cukup mendapat gambaran? Bagi kamu yang tertarik menulis novel atau menjadi filmmaker, hal ini penting sekali dijadikan bahan pembelajaran di kemudian hari lho. Yuk, jangan buru-buru bilang plagiat. :)
Simak Juga:
Dituduh Menjiplak, Sutradara 'SURAT DARI PRAHA' Beri Klarifikasi
Dee Fokus Buku Terakhir, 'SUPERNOVA AKAR' Difilmkan 2 Tahun Lagi
Rio Dewanto Buka-Bukaan Bakal Produseri Film 'SUPERNOVA AKAR'
Siap Adaptasi 'Akar', Angga Tunggu Seri Buku Terakhir Supernova
Filmkan Novel 'Akar', Angga Dwimas Sasongko Butuh Waktu Tahunan
(Kondisi Vidi Aldiano bikin khawatir, kesakitan jalan di panggung dan dituntun Deddy Corbuzier.)
(kpl/abs/sjw)
Reporter:
Adi Abbas Nugroho
Advertisement
More Stories
Advertisement
Advertisement