Kapanlagi.com - Tuma'ninah merupakan salah satu konsep penting dalam ajaran Islam yang berkaitan erat dengan ketenangan dan kedamaian batin. Istilah ini sering digunakan dalam konteks ibadah, khususnya shalat, namun memiliki makna yang lebih luas dalam kehidupan spiritual seorang muslim.
Dalam bahasa Arab, tuma'ninah berasal dari akar kata yang bermakna ketenangan, kedamaian, dan kestabilan jiwa. Konsep ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ritual ibadah, tetapi juga mencerminkan kondisi batin yang ideal bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan.
Mengutip dari buku Rumah Tangga Sakinah karya Muhammad Sabir, kata sakinah yang berkaitan erat dengan tuma'ninah secara etimologi adalah ketenangan, kedamaian, dari akar kata sakan yang berarti menjadi tenang, damai, merdeka, hening dan tinggal. Dalam Islam, kata sakinah menandakan ketenangan dan kedamaian secara khusus, yakni kedamaian dari Allah yang berada dalam hati.
Tuma'ninah dalam konteks yang paling umum dipahami adalah ketenangan atau kestabilan dalam melaksanakan gerakan shalat. Secara harfiah, tuma'ninah berarti diam sejenak dengan seluruh anggota tubuh dalam keadaan tenang dan tidak tergesa-gesa. Konsep ini menjadi sangat penting karena merupakan salah satu rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan.
Dalam dimensi yang lebih luas, tuma'ninah mencakup aspek ketenangan batin yang muncul dari keyakinan yang kuat kepada Allah. Ini bukan sekadar ketiadaan konflik atau kegaduhan, melainkan kesadaran diri yang mendalam dan penerimaan terhadap segala ketentuan Allah. Seseorang yang memiliki tuma'ninah biasanya memiliki daya tahan yang tinggi terhadap stres dan ketidakpastian hidup.
Tuma'ninah juga berkaitan dengan konsep sabar yang dijelaskan dalam buku Akhlak karya Bisri, M.Fil.I, dimana sabar artinya mau menahan diri baik dalam mencegah diri dari berbuat maksiat maupun bersabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah. Keduanya saling melengkapi dalam membentuk kepribadian muslim yang tenang dan stabil.
Menurut para ulama, tuma'ninah memiliki dua aspek utama: pertama adalah "istiqror a'dho" yang artinya mantap, kuat, dan tidak goyah; kedua adalah "infishol harokah" yaitu memisahkan gerakan shalat satu dengan lainnya sehingga dapat dibedakan tempatnya dengan jelas.
Dalam konteks shalat, tuma'ninah menjadi rukun yang wajib dilaksanakan pada empat posisi utama: rukuk, i'tidal (berdiri setelah rukuk), sujud, dan duduk di antara dua sujud. Setiap posisi ini harus dilakukan dengan ketenangan dan tidak tergesa-gesa, minimal selama waktu yang diperlukan untuk membaca tasbih.
Rasulullah SAW memberikan penekanan khusus terhadap pentingnya tuma'ninah dalam shalat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda kepada seseorang yang tidak melakukan tuma'ninah dalam shalatnya: "Kembalilah dan shalatlah, karena kamu belum shalat!" Perintah ini diulang hingga tiga kali hingga akhirnya beliau mengajarkan tata cara shalat yang benar dengan menekankan pentingnya tuma'ninah dalam setiap gerakan.
Ketika melakukan rukuk dengan tuma'ninah, posisi punggung harus lurus sejajar dengan kepala, membentuk sudut 90 derajat dengan kaki. Kedua tangan diletakkan di atas lutut dengan jari-jari terbuka. Dalam posisi ini, seseorang harus diam sejenak sambil membaca dzikir rukuk dengan khusyuk.
Untuk i'tidal, setelah bangkit dari rukuk, seseorang harus berdiri tegak sempurna sebelum turun untuk sujud. Tidak boleh langsung turun sujud tanpa berdiri tegak terlebih dahulu. Begitu pula saat sujud, ketujuh anggota tubuh (dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki) harus menyentuh lantai dengan sempurna dan diam sejenak.
Tuma'ninah dalam shalat bukan hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan fisik dan mental. Penelitian yang dilakukan oleh Professor Muhammad Khasawneh dari Universitas Binghamton menunjukkan bahwa gerakan shalat yang dilakukan dengan tuma'ninah dapat mengurangi stres, membuat hati tentram, dan pikiran menjadi tenang.
Dari aspek spiritual, tuma'ninah membantu seseorang mencapai kekhusyukan dalam shalat. Ketika gerakan dilakukan dengan tenang dan penuh kesadaran, hubungan antara hamba dan Tuhannya menjadi lebih bermakna. Setiap bacaan dan gerakan dapat dihayati dengan lebih mendalam, sehingga shalat benar-benar menjadi sarana komunikasi dengan Allah.
Tuma'ninah juga mengajarkan nilai kesabaran dan pengendalian diri. Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan, kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan tenang dan tidak tergesa-gesa menjadi sangat berharga. Hal ini sejalan dengan sifat sabar yang disebutkan dalam buku Akhlak, dimana Allah memerintahkan untuk menjadikan kesabaran dan shalat sebagai penolong ketika dihadapkan pada kesulitan.
Manfaat lain dari tuma'ninah adalah terciptanya keseimbangan antara aspek fisik dan spiritual dalam beribadah. Gerakan yang dilakukan dengan sempurna dan tenang tidak hanya memenuhi syarat rukun shalat, tetapi juga memberikan efek relaksasi dan meditasi yang menenangkan jiwa.
Untuk mencapai tuma'ninah dalam shalat dan kehidupan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, menghadirkan kesadaran penuh akan keagungan Allah ketika memulai shalat. Ketika mengucapkan takbiratul ihram "Allahu Akbar", seseorang harus benar-benar merasakan bahwa tidak ada yang lebih besar dari Allah dan meninggalkan seluruh urusan duniawi.
Kedua, mengikhlaskan niat hanya untuk Allah semata. Sebagaimana disebutkan dalam buku Akhlak karya Bisri, ikhlas artinya tulus hati atau hati yang bersih dari perasaan ingin diberi imbalan atau ingin dipuji orang. Dengan niat yang ikhlas, seseorang dapat lebih mudah mencapai ketenangan batin.
Ketiga, memperbanyak istighfar dan dzikir. Hati yang bersih dari dosa akan lebih mudah mencapai ketenangan. Rasulullah SAW sendiri beristighfar tidak kurang dari tujuh puluh kali dalam sehari semalam, menunjukkan pentingnya menjaga kebersihan hati.
Keempat, berlatih secara konsisten. Tuma'ninah bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dalam sekali waktu, tetapi memerlukan latihan dan pembiasaan yang berkelanjutan. Mulailah dengan memperlambat gerakan shalat dan benar-benar merasakan setiap posisi yang dilakukan.
Konsep tuma'ninah tidak terbatas pada shalat saja, tetapi dapat diaplikasikan dalam seluruh aspek kehidupan. Dalam menghadapi berbagai tantangan dan cobaan hidup, seseorang yang memiliki tuma'ninah akan mampu merespons dengan tenang dan bijaksana, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Tuma'ninah dalam kehidupan sehari-hari berkaitan erat dengan sifat-sifat terpuji lainnya seperti qana'ah (merasa cukup), tawakal (berserah diri kepada Allah), dan sabar. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Akhlak, qana'ah artinya merasa rela dan cukup terhadap apa yang telah diterima dari Allah, namun tetap terus berusaha untuk mencapai kemajuan.
Dalam konteks keluarga, tuma'ninah membantu menciptakan suasana yang tenang dan harmonis. Keluarga yang sakinah, sebagaimana disebutkan dalam buku Rumah Tangga Sakinah, adalah keluarga yang tenang dan tentram, rukun dan damai, dengan hubungan yang mesra dan harmonis di antara semua anggota keluarga.
Tuma'ninah juga berperan penting dalam komunikasi dan interaksi sosial. Seseorang yang memiliki ketenangan batin akan lebih mampu mendengarkan dengan baik, berbicara dengan bijaksana, dan merespons situasi dengan tepat. Hal ini sejalan dengan konsep tabayun yang disebutkan dalam Ensiklopedi Budaya Islam Nusantara, yaitu melakukan penjelasan dan klarifikasi dengan tenang sebelum mengambil kesimpulan.
Tuma'ninah adalah aspek fisik berupa ketenangan dan kestabilan gerakan dalam shalat, sedangkan khusyuk adalah aspek batin berupa konsentrasi dan kehadiran hati saat beribadah. Keduanya saling melengkapi untuk mencapai kesempurnaan shalat.
Menurut para ulama, minimal tuma'ninah adalah selama waktu yang diperlukan untuk membaca satu kali tasbih atau hingga seluruh anggota tubuh menjadi tenang dan stabil dalam posisi tertentu.
Ya, tuma'ninah adalah rukun shalat yang wajib dilakukan. Jika seseorang sengaja meninggalkan tuma'ninah, maka shalatnya tidak sah dan harus diulang. Rasulullah SAW pernah menyuruh seseorang mengulangi shalatnya karena tidak melakukan tuma'ninah.
Mulailah dengan memperlambat gerakan shalat, fokus pada setiap posisi, dan benar-benar merasakan ketenangan dalam setiap gerakan. Latihan konsisten dan kesadaran penuh akan membantu mencapai tuma'ninah yang sempurna.
Tidak, konsep tuma'ninah dapat diaplikasikan dalam seluruh aspek kehidupan sebagai bentuk ketenangan batin dan kestabilan emosi dalam menghadapi berbagai situasi.
Tuma'ninah memiliki efek positif terhadap kesehatan mental karena mengajarkan ketenangan, pengendalian diri, dan kemampuan mengatasi stres. Gerakan shalat yang dilakukan dengan tuma'ninah juga terbukti dapat mengurangi ketegangan dan memberikan efek relaksasi.
Ajarkan anak-anak untuk melakukan gerakan shalat dengan perlahan dan sabar. Berikan contoh yang baik, jelaskan pentingnya ketenangan dalam beribadah, dan bimbing mereka secara bertahap hingga terbiasa melakukan tuma'ninah dalam setiap shalat.