Cara Aman Menggunakan Atap Asbes

Kapanlagi.com - Atap asbes masih banyak digunakan di Indonesia karena harganya yang terjangkau dan mudah dipasang. Namun, penggunaan material ini memerlukan perhatian khusus karena dapat menimbulkan risiko kesehatan jika tidak ditangani dengan benar. Memahami cara aman menggunakan atap asbes menjadi penting untuk melindungi penghuni rumah dari paparan serat berbahaya.

Serat asbes yang terlepas dari atap dapat terhirup dan mengendap di paru-paru, menyebabkan berbagai penyakit serius seperti asbestosis dan kanker paru-paru. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023, syarat penggunaan material asbes yang diperbolehkan maksimal hanya 5 serat per mililiter. Oleh karena itu, penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk meminimalkan risiko paparan.

Melansir dari badankebijakan.kemkes.go.id, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa tidak ada batas aman untuk paparan asbes, dan seratnya dapat menyebabkan penyakit yang gejalanya baru muncul 20 hingga 40 tahun setelah paparan. Artikel ini akan membahas secara lengkap cara aman menggunakan atap asbes beserta langkah-langkah pencegahan yang perlu diterapkan.

1 dari 7 halaman

1. Memahami Risiko Kesehatan dari Atap Asbes

Memahami Risiko Kesehatan dari Atap Asbes (c) Ilustrasi AI

Asbes adalah mineral alami yang digunakan sebagai bahan bangunan karena sifatnya yang tahan panas, kuat, dan murah. Namun, bahaya asbes terletak pada serat-seratnya yang sangat halus dan tajam. Ketika atap asbes rusak, retak, atau dipotong, serat-serat ini dapat terlepas ke udara dan mudah terhirup oleh manusia.

Serat asbes yang terhirup akan masuk ke paru-paru dan menetap seumur hidup karena ukurannya yang sangat kecil, dengan diameter kurang dari 3 mikrometer atau lebih tipis dari 1/700 helai rambut. Serat ini tidak dapat dikeluarkan oleh sistem pernapasan dan akan terakumulasi di dalam paru-paru, menyebabkan kerusakan jaringan secara bertahap.

Melansir dari Alodokter.com, asbestosis adalah penyakit paru-paru kronis yang disebabkan oleh paparan serat asbes dalam jangka panjang. Penyakit ini menyebabkan paru-paru menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang dan mengempis dengan normal, mengakibatkan kesulitan bernapas. Gejala asbestosis biasanya baru muncul 10-40 tahun setelah seseorang terpapar asbes, yang meliputi sesak napas, batuk kering terus-menerus, nyeri dada, dan penurunan berat badan.

Risiko kesehatan tidak hanya mengancam pekerja industri asbes, tetapi juga masyarakat umum yang tinggal di rumah beratap asbes. Atap rumah lama yang retak, proses pembongkaran yang tidak tepat, atau limbah konstruksi yang tidak dikelola dengan baik dapat melepaskan debu beracun ke udara. Bahkan aktivitas sederhana seperti menyapu atap asbes yang sudah tua dapat menyebabkan serat beterbangan dan terhirup oleh penghuni rumah.

2. Cara Aman Merawat Atap Asbes yang Sudah Terpasang

Cara Aman Merawat Atap Asbes yang Sudah Terpasang (c) Ilustrasi AI

Bagi yang sudah terlanjur menggunakan atap asbes, perawatan yang tepat menjadi kunci untuk meminimalkan risiko paparan serat berbahaya. Berikut adalah langkah-langkah perawatan yang aman:

1. Periksa Kondisi Atap Secara Berkala

Lakukan pemeriksaan rutin terhadap kondisi atap asbes setidaknya setiap 6 bulan sekali. Perhatikan apakah ada tanda-tanda kerusakan seperti retakan, pelapukan, atau lubang. Atap asbes yang masih dalam kondisi baik dan utuh tidak berbahaya karena serat asbes masih terikat kuat dalam material. Namun, segera lakukan tindakan perbaikan atau penggantian jika ditemukan kerusakan.

2. Cat Atap dengan Warna Terang

Mengecat atap asbes dengan warna putih atau terang memiliki dua manfaat sekaligus. Pertama, lapisan cat akan menutup permukaan asbes dan mencegah serat terlepas akibat kikisan cuaca. Kedua, warna terang memantulkan panas matahari sehingga ruangan di bawahnya tidak terlalu panas. Pastikan menggunakan cat khusus untuk atap yang tahan cuaca dan memiliki daya rekat kuat.

3. Basahi Atap Sebelum Dibersihkan

Jika perlu membersihkan atap asbes dari debu atau kotoran, selalu basahi permukaan terlebih dahulu dengan air. Cara ini mencegah debu dan serat asbes beterbangan ke udara. Gunakan semprotan air bertekanan rendah dan hindari menyikat atau mengamplas permukaan atap karena dapat merusak lapisan pelindung dan melepaskan serat berbahaya.

4. Pasang Lapisan Pelindung Tambahan

Memasang material peredam panas di bawah atap asbes dapat memberikan perlindungan ganda. Selain mengurangi suhu ruangan, lapisan tambahan seperti aluminium foil, bubble foil, atau polyester wool juga berfungsi sebagai penghalang antara atap asbes dengan ruangan di bawahnya. Ini mengurangi risiko paparan jika terjadi kerusakan kecil pada atap.

5. Hindari Aktivitas yang Merusak Atap

Jangan pernah memotong, menggergaji, mengamplas, atau mematahkan atap asbes karena aktivitas ini akan melepaskan serat dalam jumlah besar ke udara. Hindari juga berjalan di atas atap asbes karena dapat menyebabkan retakan. Jika perlu melakukan perbaikan, sebaiknya gunakan jasa profesional yang terlatih dalam penanganan material asbes.

3. Prosedur Aman Pembongkaran dan Pembuangan Atap Asbes

Prosedur Aman Pembongkaran dan Pembuangan Atap Asbes (c) Ilustrasi AI

Pembongkaran atap asbes memerlukan prosedur khusus untuk mencegah paparan serat berbahaya. Berikut adalah langkah-langkah yang harus diperhatikan:

1. Gunakan Alat Pelindung Diri Lengkap

Sebelum memulai pembongkaran, pastikan menggunakan alat pelindung diri (APD) yang memadai. Gunakan masker respirator khusus untuk partikel halus (minimal N95 atau P100), kacamata pelindung, sarung tangan tebal, pakaian kerja tertutup, dan sepatu safety. APD ini wajib digunakan untuk melindungi diri dari paparan serat asbes yang akan terlepas selama proses pembongkaran.

2. Basahi Atap Sebelum Dibongkar

Sebelum melepas atap asbes, semprotkan air secara merata ke seluruh permukaan. Air akan mengikat serat asbes dan mencegahnya beterbangan ke udara. Pertahankan kondisi atap tetap basah selama proses pembongkaran dengan menyemprotkan air secara berkala. Hindari menggunakan tekanan air yang terlalu tinggi karena dapat merusak material dan melepaskan lebih banyak serat.

3. Lepas Atap dengan Hati-hati

Lepaskan lembaran atap asbes secara utuh tanpa memecahkan atau mematahkannya. Gunakan obeng atau alat pembuka yang tepat untuk melepas baut atau paku pengikat. Turunkan lembaran atap dengan perlahan dan hindari benturan yang dapat menyebabkan retakan. Semakin utuh kondisi atap saat dibongkar, semakin sedikit serat yang terlepas ke udara.

4. Bungkus dan Tandai Material Bekas

Setelah dibongkar, segera bungkus lembaran asbes dengan plastik tebal atau terpal. Pastikan pembungkusan rapat dan tidak ada bagian yang terbuka. Beri label atau tanda peringatan "MENGANDUNG ASBES - BERBAHAYA" pada setiap bungkusan. Ini penting untuk melindungi orang lain yang mungkin menangani material tersebut.

5. Buang ke Tempat Pembuangan Khusus

Jangan membuang atap asbes bekas ke tempat sampah biasa atau sembarang tempat. Material asbes termasuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang memerlukan penanganan khusus. Hubungi dinas lingkungan hidup setempat untuk mengetahui lokasi pembuangan limbah B3 atau fasilitas yang dapat menangani limbah asbes dengan aman. Beberapa daerah memiliki tempat pembuangan khusus atau layanan pengambilan limbah berbahaya.

4. Alternatif Material Pengganti Atap Asbes yang Lebih Aman

Alternatif Material Pengganti Atap Asbes yang Lebih Aman (c) Ilustrasi AI

Cara paling efektif untuk menghindari risiko kesehatan dari asbes adalah dengan menggantinya dengan material yang lebih aman. Saat ini tersedia berbagai pilihan material atap yang memiliki kualitas baik dan harga terjangkau:

1. Genteng Metal

Genteng metal terbuat dari lembaran baja ringan yang dilapisi dengan zinc dan cat anti karat. Material ini ringan, kuat, tahan lama, dan memiliki konduktivitas panas yang lebih baik dibandingkan asbes. Genteng metal tersedia dalam berbagai warna dan model, mudah dipasang, serta memiliki harga yang kompetitif. Umur pakai genteng metal bisa mencapai 20-30 tahun dengan perawatan minimal.

2. Genteng Keramik atau Tanah Liat

Genteng keramik adalah pilihan tradisional yang terbukti aman dan tahan lama. Material ini memiliki kemampuan isolasi panas yang sangat baik, sehingga ruangan di bawahnya tetap sejuk. Genteng keramik juga ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami. Meskipun harganya sedikit lebih tinggi dan bobotnya lebih berat, investasi ini sepadan dengan manfaat jangka panjangnya.

3. Atap Polycarbonate atau Fiber

Untuk bangunan yang membutuhkan pencahayaan alami, atap polycarbonate atau fiber menjadi alternatif yang baik. Material ini transparan atau tembus cahaya, ringan, dan mudah dipasang. Polycarbonate modern sudah dilengkapi dengan lapisan UV protection yang mengurangi panas. Material ini cocok untuk kanopi, carport, atau area semi outdoor.

4. Atap Beton atau Semen Fiber Bebas Asbes

Industri material bangunan kini telah mengembangkan semen fiber yang tidak menggunakan asbes sebagai bahan campuran. Material pengganti seperti serat selulosa, polyvinyl alcohol (PVA), atau serat sintetis lainnya digunakan untuk memberikan kekuatan yang sama tanpa risiko kesehatan. Atap beton atau semen fiber bebas asbes ini memiliki karakteristik serupa dengan asbes namun jauh lebih aman.

Melansir dari badankebijakan.kemkes.go.id, lebih dari 60 negara di seluruh dunia telah melarang penggunaan asbes dan beralih ke material pengganti yang lebih aman seperti polyurethane foams, cellulose fibres, dan amorphous silica fabrics. Indonesia perlu mengikuti langkah ini untuk melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya paparan asbes jangka panjang.

5. Tanda-tanda Paparan Asbes dan Langkah Medis yang Perlu Dilakukan

Mengenali gejala paparan asbes sejak dini sangat penting untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat. Berikut adalah informasi yang perlu diketahui:

Gejala Paparan Asbes

Gejala penyakit akibat paparan asbes biasanya tidak langsung muncul, tetapi berkembang secara bertahap dalam waktu 10-40 tahun. Gejala awal yang perlu diwaspadai meliputi sesak napas yang semakin memburuk, batuk kering yang tidak kunjung sembuh, mengi atau suara napas berbunyi, nyeri dada atau bahu, kelelahan yang berlebihan, dan penurunan berat badan tanpa sebab jelas. Pada stadium lanjut, dapat terjadi pembengkakan pada jari dan kuku yang disebut clubbing finger.

Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Jika Anda tinggal atau bekerja di lingkungan yang berisiko terpapar asbes, lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Rontgen dada setiap 3-5 tahun dapat membantu mendeteksi perubahan pada paru-paru sejak dini. Pemeriksaan fungsi paru juga penting untuk mengetahui kapasitas pernapasan dan mendeteksi penurunan fungsi paru sedini mungkin.

Konsultasi dengan Dokter Spesialis

Jika mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter, terutama dokter spesialis paru. Informasikan kepada dokter tentang riwayat paparan asbes, baik dari pekerjaan maupun lingkungan tempat tinggal. Diagnosis dini sangat penting karena meskipun kerusakan paru akibat asbes tidak dapat disembuhkan, penanganan medis dapat memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup.

Pengobatan dan Manajemen Penyakit

Pengobatan asbestosis bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Metode pengobatan meliputi terapi oksigen untuk mengatasi kekurangan oksigen, terapi rehabilitasi paru untuk meningkatkan efisiensi pernapasan, dan dalam kasus yang parah, transplantasi paru-paru. Pasien juga harus menghindari paparan asbes lebih lanjut, berhenti merokok, dan melakukan vaksinasi flu serta pneumonia untuk mencegah infeksi paru-paru.

6. Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Penggunaan Asbes

Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Penggunaan Asbes (c) Ilustrasi AI

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa regulasi terkait penggunaan asbes untuk melindungi kesehatan masyarakat:

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 3 Tahun 1985 mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada penggunaan asbes. Regulasi ini melarang penggunaan asbes biru (crocidolite) yang terbukti paling berbahaya, namun masih memperbolehkan penggunaan asbes putih (chrysotile) dengan syarat-syarat tertentu.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 tentang Kesehatan Lingkungan menetapkan bahwa kadar serat asbes yang diperbolehkan di udara maksimal 5 serat per mililiter. Namun, WHO menegaskan bahwa tidak ada batas aman untuk paparan asbes, sehingga eliminasi total penggunaan asbes menjadi langkah terbaik.

Melansir dari badankebijakan.kemkes.go.id, pemerintah Indonesia sedang mendorong kebijakan menuju Indonesia Bebas Asbes 2035. Langkah-langkah yang direncanakan meliputi inventarisasi nasional bangunan yang menggunakan asbes, sistem surveilans penyakit akibat asbes, program substitusi material dengan insentif bagi industri, reformasi regulasi untuk pelarangan bertahap, dan kampanye edukasi publik tentang bahaya asbes.

Masyarakat perlu mendukung kebijakan ini dengan mulai mengurangi penggunaan asbes dan beralih ke material yang lebih aman. Kesadaran akan bahaya asbes harus ditingkatkan agar generasi mendatang dapat terhindar dari risiko penyakit akibat paparan serat asbes.

7. FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan) (c) Ilustrasi AI

1. Apakah semua jenis atap asbes berbahaya bagi kesehatan?

Ya, semua jenis asbes berpotensi berbahaya bagi kesehatan. Meskipun pemerintah Indonesia hanya melarang asbes biru (crocidolite), WHO menyatakan bahwa asbes putih (chrysotile) yang masih diperbolehkan juga dapat menyebabkan penyakit serius seperti asbestosis, kanker paru-paru, dan mesothelioma. Tidak ada batas aman untuk paparan asbes, sehingga semua jenis asbes sebaiknya dihindari.

2. Berapa lama gejala penyakit akibat asbes baru muncul setelah terpapar?

Gejala penyakit akibat paparan asbes biasanya baru muncul setelah 10-40 tahun sejak paparan pertama. Ini yang membuat penyakit akibat asbes sulit dideteksi dini karena periode laten yang sangat panjang. Oleh karena itu, pencegahan paparan sejak awal sangat penting, dan pemeriksaan kesehatan berkala diperlukan bagi mereka yang berisiko terpapar.

3. Apakah atap asbes yang masih utuh dan tidak rusak tetap berbahaya?

Atap asbes yang masih dalam kondisi baik dan utuh relatif aman karena serat asbes masih terikat kuat dalam material. Bahaya muncul ketika atap mulai rusak, retak, atau lapuk karena serat dapat terlepas ke udara. Namun, untuk keamanan jangka panjang, sebaiknya atap asbes diganti dengan material yang lebih aman atau minimal dicat dan dirawat dengan baik untuk mencegah kerusakan.

4. Bagaimana cara membedakan atap asbes dengan atap semen fiber biasa?

Secara visual, atap asbes dan semen fiber modern sulit dibedakan karena bentuknya mirip. Cara paling akurat adalah dengan melihat label produk atau menanyakan kepada produsen. Atap semen fiber modern yang bebas asbes biasanya mencantumkan label "asbestos-free" atau "non-asbestos". Jika atap dipasang sebelum tahun 2000-an, kemungkinan besar mengandung asbes karena pada masa itu penggunaan asbes masih sangat umum.

5. Apakah mengecat atap asbes cukup untuk mencegah paparan serat berbahaya?

Mengecat atap asbes dapat membantu mengurangi risiko paparan dengan menutup permukaan dan mencegah serat terlepas akibat kikisan cuaca. Namun, ini hanya solusi sementara dan tidak menghilangkan bahaya sepenuhnya. Cat akan aus seiring waktu dan perlu diperbarui secara berkala. Solusi terbaik tetap mengganti atap asbes dengan material yang lebih aman untuk perlindungan jangka panjang.

6. Apakah aman membongkar atap asbes sendiri tanpa bantuan profesional?

Sangat tidak disarankan membongkar atap asbes sendiri tanpa pengetahuan dan peralatan yang memadai. Proses pembongkaran dapat melepaskan serat asbes dalam jumlah besar ke udara dan membahayakan kesehatan. Jika harus membongkar, gunakan alat pelindung diri lengkap, basahi atap sebelum dibongkar, lepas secara utuh tanpa memecahkan, dan buang ke tempat pembuangan limbah B3. Lebih baik menggunakan jasa profesional yang terlatih dalam penanganan material asbes.

7. Di mana harus membuang atap asbes bekas yang sudah dibongkar?

Atap asbes bekas termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang tidak boleh dibuang sembarangan. Hubungi dinas lingkungan hidup setempat untuk mengetahui lokasi tempat pembuangan limbah B3 atau fasilitas yang dapat menangani limbah asbes. Beberapa daerah memiliki layanan pengambilan limbah berbahaya. Jangan pernah membuang asbes ke tempat sampah biasa, sungai, atau lahan kosong karena dapat mencemari lingkungan dan membahayakan orang lain.

(kpl/fed)

Topik Terkait